Sukses

1,7 Juta Remaja di Jabar Alami Anemia

Dinas Kesehatan Jawa Barat bekerja sama dengan lembaga Nutrisi Internasional sejak 2018 konsisten melakukan berbagai program upaya pencegahan anemia pada remaja putri.

Liputan6.com, Bandung - Sebanyak 1,7 juta atau 40 persen remaja di Provinsi Jawa Barat mengalami kekurangan darah (anemia).

Agar tidak meningkat jumlahnya, Dinas Kesehatan Jawa Barat bekerja sama dengan lembaga Nutrisi Internasional sejak 2018 konsisten melakukan berbagai program upaya pencegahan anemia pada remaja putri.

Menurut Ketua Tim Kerja Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinkes Jabar Prima Nurahmi, anemia bisa berakibat buruk pada bukan saja kesehatan penderita tapi juga keturunannya.

"Akibatnya bisa panjang, penderita anemia itu saat melahirkan bisa terjadi pendarahan, salah satu penyebab tertinggi kematian ibu melahirkan, kemudian bayi yang lahir kemungkinan menderita stunting dan sebagainya," ujar Prima ditulis Rabu, 9 November 2022.

Prima menjelaskan anemia atau kurang darah harus dicegah sejak dini, diantaranya dengan rutin mengonsumsi suplemen tablet tambah darah atau TTD satu kali dalam seminggu sepanjang tahun.

Penyaluran TTD melibatkan seluruh sekolah dan puskesmas yang ada. Alur penyalurnya, sekolah bisa mengambil suplemen TTD ke puskesmas dan memberikannya ke siswa remaja putri.

"Itu rutin dilakukan dari usia 18 hingga 24 tahun, secara gratis dan tidak berefek samping karena ini bentuknya suplemen," kata Prima.

Penanggulangan anemia ini sebut Prima, harus melibatkan seluruh lintas instansi pemerintah. Bahkan diminta agar lebih gencar lagi dalam kampanye dan pelaksanaan TTD.

Prima menjelaskan, tanpa perhatian semua kelompok masyarakat gerakan atau program TTD akan terhambat. 

 

2 dari 3 halaman

Anemia

Dicuplik dari laman Klik Dokter, anemia merupakan kondisi di mana seseorang tidak memiliki sel darah merah dalam jumlah yang cukup untuk mengantarkan oksigen ke berbagai jaringan yang terdapat di dalam tubuh.

Mengalami anemia dapat membuat seseorang merasa lelah dan lemas. Terdapat berbagai jenis dari anemia, dan masing-masing memiliki penyebab yang berbeda.

Anemia dapat terjadi sementara atau dapat menetap selama jangka panjang, dan memiliki derajat keparahan yang bervariasi dari ringan hingga berat.

Terdapatnya anemia dapat disebabkan oleh adanya kondisi kesehatan lain yang mendasarinya.

Penanganan dari anemia dapat bervariasi, mulai dari konsumsi suplemen hingga menjalani prosedur medis tertentu.

Sebagian jenis anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi diet sehat yang bervariasi dan bernutrisi.

3 dari 3 halaman

Prevalensi Anemia pada Remaja Putri

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Badan Litbangkes Kemenkes RI tahun 2018, prevalensi anemi pada remaja putri di Indonesia berkisar pada 32 persen.

Dalam kesempatan berbeda, Ketua Tim Pengmas serta dosen Departemen ANatomi FKUI dr Isabella Kurnia Liem mengatakan, dari data tersebut diketahui 3 sampai 4 dari 10 remaja putri di Indonesia menderita anemia.

Salah satu penyebab anemia, kata Isabella adalah malnutrisi, baik karena defisiensi besi maupun karena cacingan, khususnya di daerah dengan sanitasi rendah dan akses terhadap air bersih yang terbatas, seperti dilansir Antara.

Jika dibiarkan, anemia berisiko memengaruhi kesehatan remaja, misalnya gangguan pada kesehatan jantung paru, kehamilan, tumbuh kembang, dan kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari. Hal ini dapat menghambat perkembangan mereka untuk produktif, kreatif, dan berdaya saing di masa depan.