Sukses

Kebas dan Kesemutan Tanpa Henti, Waspada Gejala Penyakit Neuropati

Neuropati merupakan gangguan fungsi saraf yang ditandai dengan kebas dan kesemutan yang sering dan tak kunjung hilang. Neuropati perifer merupakan salah satu jenis neuropati diabetik yang disebabkan oleh diabetes.

Liputan6.com, Jakarta - Apa pernah mendengar soal neuropati? Ini adalah gangguan fungsi atau kerusakan pada satu atau lebih saraf. Dalam kehidupan, kasus neuropati umum dijumpai ada 1 diantara 2-3 pasien diabetes mengalamai neuropati seperti disampaikan dokter spesialis saraf DR. dr. Rizaldy Taslim Pinzon, M.Kes, Sp.S.

"Neuro itu saraf, pati itu sesuatu yang buruk. Jadi, neuropati itu sesuatu yang buruk yang menimpa saraf," ujar Pinzon dalam konferensi pers "Peringatan Hari Diabetes Sedunia 2022 dan Peluncuran Neurometer" pada Rabu (9/11/2022).

"Neuropati itu mengacu pada kerusakan di saraf tepi," jelas Pinzon.

Ada banyak penyakit yang dapat menyebabkan neuropati, salah satunya yang bisa dicegah adalah diabetes, ucap Pinzon.

Sekitar 30 persen neuropati disebabkan oleh diabetes. Sedangkan penyebab lainnya dapat berupa kecanduan alkohol, herpes zoster atau cacar ular, dan lainnya.

Neuropati diabetik adalah jenis kerusakan saraf yang dapat terjadi jika menderita diabetes. Gula darah tinggi dapat merusak saraf di seluruh tubuh, tetapi paling sering merusak saraf di kaki.

Ada 4 jenis neuropati diabetik, yaitu neuropati perifer, neuropati otonom, neuropati proksimal dan neuropati fokal atau monoeuropati. Sekitar 50 persen penderita diabetes terkena neuropati perifer.

Neuropatik perifer terjadi akibat kerusakan saraf di luar otak dan sumsung tulang belakang (saraf perifer) yang menyebabkan kelemahan, mati rasa, dan nyeri. Ini memengaruhi sistem motorik, sensorik, dan otonom.

Gejala neuropati perifer yaitu:

-Mati rasa atau kebas

-Kesemutan

-Rasa tertusuk-tusuk

-Nyeri tajam

-Sensasi terbakar

-Kram otot

-Berkurangnya sensitivitas terhadap rasa sakit

-Kelemahan otot.

2 dari 4 halaman

Kesemutan Tanpa Henti

Gejala kesemutan yang dirasakan penderita neuropati berbeda dengan kesemutan pada umumnya yang biasa dirasakan saat salah posisi atau terlalu lama duduk.

Pada neuropati, kesemutan dan kebas seringkali dirasakan dan tidak berhenti-berhenti. "Ternyata ada orang-orang yang sudah advanced (neuropatinya) tidak berhenti kebasnya," ujar Pinzon.

Anda juga mungkin merasakan sensasi seperti tertusuk jarum atau tersengat listrik. Keadaan ini akan memburuk saat malam, hingga pada level di mana Anda merasa kesakitan saat selimut yang digunakan menyentuh kaki.

"Pada kasus yang serius menyebabkan susah berjalan," kata Pinzon.

Meskipun demikian, ini bisa diobati jika ditemukan sebelum kondisinya parah.

"Bisa kalau ditemukan secara dini," ujar Pinzon. "Kalau kita temukan dini, kita obati dini, hasilnya lebih baik."

Selain itu, gula darah pasien juga harus baik.  "Apa pun yang dikerjakan, kalau gulanya enggak baik, penyakitnya kan malah jalan terus, ya kan jadi kerusakan sarafnya juga akan jalan terus," tutur Pinzon.

3 dari 4 halaman

Bersifat Irreversible

Namun, adakalanya meskipun gula darah pasien cukup baik, pasien tersebut tidak bisa diobati.

"Ini karena sarafnya sudah irreversible, tidak bisa balik lagi, tidak bisa diperbaiki," ujar Sekretaris Umum Perkumpulan Endoktrinologi Indonesia (PERKENI) DR. Dr. Wismandari, SpPD, K-EMD dalam kesempatan yang sama.

"Kalau neuropatinya sudah severe, sudah parah, gitu, ya, saya tahu ini nggak akan kembali normal," tambahnya.

Neuropati perifer bersifat irreversible (tidak dapat diperbaiki) jika lebih dari 50 persen serabut saraf rusak.

"Ketika kerusakan itu sudah lebih dari 50 persen dari serabut saraf, itu kami sudah sangat khawatir," ujar Pinzon.

Menurut Pinzon, pengobatan yang dijalani mungkin bisa mengurangi gejala, tetapi tidak bisa mengembalikan kondisinya seperti sedia kala.

"Kita kerjakan apa pun kerusakan sarafnya sudah enggak bisa balik lagi," ucapnya.

Masalahnya, 8 dari 10 orang terkena neuropati perifer tanpa terdiagnosis lebih awal. Ini karena tidak ada gejala yang spesifik sehingga seseorang merasa baik-baik saja.

Seseorang dengan neuropati perifer baru akan datang ke dokter apabila rasa sakit yang dirasakan sudah parah.

"Masalahnya adalah seringkali mereka datang berobat itu advanced case," ujar Pinzon. "Atau bahkan enggak tahu kalau diabetes."

4 dari 4 halaman

Siapa yang Berisiko Terkena Neuropati Perifer?

Seseorang berisiko terkena neuropati perifer apabila ia merupakan:

1. Penderita diabetes

Sekitar 50 persen penderita diabetes terkena neuropati perifer.

2. Individu yang kekurangan vitamin neurotropik (B1, B6, B12)

Pinzon mengungkapkan bahwa kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan neuropati.

Konsumsi vitamin B1, B6, dan B12 yang cukup mampu memperbaiki gejala nyeri neuropati. Vitamin B1 berfungsi untuk mengaktifkan saraf, vitamin B6 menghantarkan sinyal saraf, dan vitamin B12 meregenerasi serabut saraf.

3. Vegetarian

"Vegetarian punya risiko karena sebagian besar sumber B12 dari meat," ucap Pinzon.

4. Perokok aktif

"Merokok meningkatkan risiko neuropati," ucap Pinzon.

5. Lansia

Orang yang berusia lanjut memiliki risiko neuropati perifer yang lebih tinggi. Meskipun demikian, ini bukan berarti anak muda tidak bisa terkena neuropati.

6. Orang yang mengonsumsi alkohol secara berlebihan (pecandu alkohol)

Alkohol juga meningkatkan risiko neuropati perifer.

7. Melakukan gerakan berulang

Misalnya, menggunakan gadget atau gawai terlalu lama dan dalam posisi yang tidak benar.

Neuropati perifer sering bersifat kronis. Jika tidak ditangani secara berkelanjutan, gejala seperti kebas dan kesemutan dapat muncul kembali.

Untuk mengetahui apakah Anda berisiko memiliki neuropati, dapat melakukan deteksi dini melalui Neurometer. Neurometer adalah aplikasi penilaian risiko neuropati pertama di Indonesia persembahan Neurobion yang dapat diakses melalui akun instagram Neurobion, yaitu @Neurobionid.

 

(Adelina Wahyu Martanti)