Liputan6.com, Jakarta Tak terasa nuansa Hari Pahlawan menjenguk Indonesia, berdentang mengukir dan menjelajah setiap sudut bangsa, penuh rona dan napas perjuangan untuk meraup kemerdekaan. Napas perjuangan adalah disiplin perjuangan bangsa yang tak lekang dengan waktu, hingga saat ini. Salah satu ‘ikon’ di TNI “disiplin adalah napasku” sudah menjadi kultur yang mengkalbu, sebab mengeratkan jiwa korsa untuk tetap menempa jiwa-jiwa kejuangan.
Jiwa kejuangan adalah rantai-rantai afektif yang mengalir dan ditempa tidak semata oleh satu tantangan dan problematika. Namun beragam kesulitan bak derasnya air mengalir dari hulu yang perlu diurai dengan integritas tangan-tangan bersih dan jujur menjadi aliran-aliran kecil yang memberikan manfaat sungai-sungai kecil dengan keanekargaman hayatinya.
Baca Juga
Jiwa kejuangan adalah substansi kehidupan yang perlu direngkuh dengan segenap keikhlasan hati, menguak sirkulasi tubuh dengan energi-energi biokimia untuk mewujudkan karakter kepribadian tanpa pamrih dan berkorban dengan ketulusan tanpa sekat. Ketulusan adalah bunga mekar yang akan menyenangkan bagi yang memetiknya.
Advertisement
Jiwa keikhlasan dan peduli berkorban mewarnai dokter-dokter di masa perjuangan menjelang kemerdekaan, mereka menembus sekat-sekat mikroskopis kedokteran merambah ruang terbuka makroskopis bidang di luar kedokteran, mewujud peran di bidang sosial, politik dan dukungan kesehatan perang gerilya. Ilmu kedokteran yang didapat seolah menjadi landasan sosiologis yang mengantarkan paradigma berpikir, beragumentasi, analisis dan pengambilan keputusan titik kritis kebangsaan.
Kita mengenal peran dokter-dokter di masa kemerdekaan menyumbangkan varian-varian spirit kebangsaan, baik sumbang saran dan implementasi untuk terwujudnya proklamasi kemerdekaan. Dr Sutomo, Dr Wahidin, Dr Tjiptomangunkusumo, Dr Abdul Rachman Saleh, Dr Moewardi, dan banyak lagi dokter-dokter baik militer dan sipil lainnya, meninggalkan cita dan jejak sejarah kesehatan bangsa nan ranum.
Pada hari Kamis, 3 November 2022, Menko Polhukam Mahfud Md mengumumkan Pahlawan Nasional 5 putera pejuang dan pengisi kemerdekaan Indonesia. Dari kelima tokoh tersebut terdapat dua orang dokter, yakni Dr dr HR Soeharto dan dr R Rubini Natawisastra, Dr dr HR Soeharto diusulkan sebagai Pahlawan Nasional, selain sebagai dokter pribadi Soekarno dan penggagas Ikatan Dokter Indonesia. Pengurus IDI saat ini memiliki perhatian utama terhadap peran sejarah Dr dr HR Soeharto, dan diabadikan sebagai nama Gedung PB IDI di Jalan Samratulangi No 29 Jakarta Pusat.
Jejak Kerakyatan Dokter
Apakah pernah mendengar dan sempat menonton episodik serial Dr Sartika di TVRI? Para dokter yang berkiprah saat Orde Baru pasti mengenal interaksi peran yang dibangun secara ideal, pengabdian dokter di masyarakat. Wahana saat itu modeling Dokter Puskesmas merupakan nilai keteladanan yang dianut.
Bagaimanapun dengan serial tersebut membangun spirit peran dokter di bidang kerakyatan, keswadayaan dan kemandirian, adanya suatu nilai alternatif mengembangkan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sebagai wadah partisipasi jalur akar rumput. Peran dokter yang berjiwa volunter tersalurkan mengembangkan kreativitas baru yang berkemampuan membuat terobosan-terobosan berupa bottom-up planning, dengan tujuan terciptanya kemandirian kesehatan yang di tengah masyarakat untuk menghadapi problematika kesehatan yang semakin kompleks, menghadapi transisi demografi dan epidemiologis.
Saat itu, peran dokter keswadayaan menumbuhkan partisipasi masyarakat mendidik kader-kader kesehatan melalui PKMD dan LKMD, sebagai bagian enterpreunership Posyandu. Pengabdian keswadayaan tersebut mengembangkan fungsi komplementer dalam pendidikan dan pelatihan kader-kader kesehatan di pedesaan secara kontinu sebagai peran membuka jalan (enabling) dan menunjang (supporting) program kesehatan di tingkat akar rumput untuk mengembangkan kesehatan mandiri (self-care) di setiap desa.
Advertisement
Jejak Integrasi Kebangsaan Generasi Dokter Milenial
Kita memahami, setiap dokter sejak menjejak cita di Fakultas Kedokteran sudah menatap tajam masa depan seperti yang ingin diraupnya. Cita yang tidak semata mengikuti pelajaran di kelas, laboratorium dan pengabdian kesehatan di masyarakat.
Di era Pemerintahan Orde Baru dengan pendekatan birokrasi struktural, cita dan perspektif ke depan direngkuh dengan pola terbatas, yakni pengabdian dokter puskesmas atau menjadi dosen, yang selanjutnya dapat mengikuti pendidikan spesialis, pola dan sistem yang belum membuka cita dan berpikir out the box, atau jika mengikuti istilah Edward De Bonno berpikir lateral dengan terobosan-terobosan yang melampau batas-batas definisi. Setidaknya dengan pola saat Orde Baru, Sistem Kesehatan Nasional merupakan otorisasi yang membawa gerbang perubahan menuju derajat kesehatan yang lebih baik.
Era saat ini adalah era terbukanya kotak pandora batas-batas definisi. Digitalisasi teknologi telah merubah pola pikir statis menuju pola pikir dinamis dan lateral. Teknologi kedokteran yang sedemikian pesat mendorong perkembangan keilmuan dan etika untuk beriring secara bersamaan. Sudah tentu, tantangan yang muncul adanya meningkatnya kesenjangan kebutuhan masyarakat akan penggunaan teknologi kedokteran untuk ketepatan terapeutik dengan epistemiologi keilmuan terutama terkait dengan etika dan science of human being.
Digitalisasi teknologi kedokteran merupakan turning point tumbuhnya pahlawan-pahlawan dokter yang mengabdikan keilmuannya dengan riset yang berbasis bukti untuk mendapatkan temuan baru, dan pahlawan pahlawan dokter muda yang diharapkan memberikan kontribusi pemberdayaan beragam teknologi informasi kedokteran sebagai medical influencer.
Medical Influencer diharapkan menjadi titik tumpu Ikatan Dokter Indonesia (IDI) masa depan, bergerak dengan segenap potensinya berakar di masyarakat. Pergerakan ini membawa angin perubahan terhadap peran dokter sebagai agen pengabdian dan agen pembaharu, sebagai community health movement, bukan tidak mungkin menjadi Dokter Pahlawan - Pahlawan Dokter di masanya. Indikatornya adalah pengabdian tanpa pamrih, berintegritas dan menjunjung tinggi kejujuran, semata untuk kualitas hidup sehat masyarakat yang lebih baik.
Selamat Hari Pahlawan!
Jakarta, 10 November 2022
Ketua Departemen Hubungan Lembaga Pemerintah PB IDI
Alumni TOT Lemhannas Gelombang III Tahun 2022
Brigjen Purn. Dr. dr. Soroy Lardo, SpPD KPTI FINASIM