Sukses

Temuan Kadar EG dan DEG Sangat Tinggi di Obat Sirup, Epidemiolog: Ini Kecolongan Banyak Institusi

Dari hasil uji sampel BPOM, terdapat cemaran EG dan DEG yang hampir 100 persen. Menurut Epidemiolog Dicky Budiman, hal ini sebenarnya merupakan bentuk kecolongan dari banyak institusi.

Liputan6.com, Jakarta Epidemiolog Centre for Environmental and Population Health Griffith University Australia sekaligus Peneliti Keamanan dan Ketahanan Kesehatan Global, Dicky Budiman mengungkapkan bahwa adanya kadar etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) yang tinggi pada obat sirup merupakan sebuah kecolongan dari banyak institusi.

"Yang kecolongan Badan POM (BPOM), Kemenkes (Kementerian Kesehatan) juga kecolongan. Wong dia yang supervisi. Kemudian kita harus lihat di hulu, yang impor ekspor ini urusan siapa apakah (Kementerian) Perdagangan, Perindustrian, atau Bea Cukai," kata Dicky melalui keterangan pada Health Liputan6.com, Kamis (10/11/2022).

Dalam mengusut kasus ini, perlu segera ada penguraian untuk mengetahui pihak pemerintah dan institusi mana saja yang bertanggung jawab.

"Di situlah yang harus diurai. Tidak bisa menunggu hanya satu dua pihak, karena ini pemerintah kerja kolektif dan perlu ada koordinasi di situ. Walaupun ada yang bebannya paling besar, dalam hal ini Badan POM dan Kemenkes," ujar Dicky.

Namun tak menutup kemungkinan institusi lain terlibat dalam terjadinya cemaran EG dan DEG yang tinggi dalam obat sirup di Indonesia. 

"Tapi ada institusi-institusi lain yang kemungkinan belum terungkap atau bahkan belum terlibat. Padahal dalam fakta di lapangan, dia bisa terlibat. Kan itu bisa terjadi. Makanya investigasinya dalam kaitan gagal ginjal akut misterius ini yang jelas, harus tuntas," tambahnya.

 

2 dari 4 halaman

Investigasi Menyeluruh

Sebagai bentuk pertanggungjawaban atas adanya cemaran EG dan DEG di atas ambang batas aman sebuah obat sirup, Dicky meminta ada investigasi menyeluruh. Bukan cuma melibatkan BPOM atau Kemenkes, juga pihak lain. 

"Bukan hanya melibatkan Badan POM, enggak. Ini ada Kemenkes, mungkin ada institusi-institusi lain yang terlibat. Ini harus direspons serius, karena masalahnya ada korban jiwa," tegasnya.

Sebelumnya, kemenkes memastikan bahwa faktor terbesar penyebab gagal ginjal akut yang terjadi pada anak-anak Indonesia akhir-akhir ini adalah keracunan obat. Menyusul itu, BPOM mengumumkan temuannya terkait kadar EG dan DEG yang sangat tinggi dalam sampel obat sirup yang diteliti.

Berdasarkan hasil temuan, terdapat sampel dengan kandungan EG dan DEG mencapai 52 persen hingga 99 persen. Padahal ambang batas EG dan DEG yang boleh digunakan hanya 0,1 persen.

Catatan Kemenkes per 6 November 2022 menemukan total kasus gagal ginjal akut di Indonesia mencapai 324 anak, 195 diantaranya meninggal dunia. Data itu tersebar pada 28 provinsi yang melaporkan.

 

 

 

3 dari 4 halaman

Bukan Lagi Bentuk Cemaran

Dalam kesempatan yang sama, Dicky mengungkapkan bahwa adanya kadar EG dan DEG yang tinggi dalam sebuah obat sirup bukanlah bentuk cemaran. Melainkan mungkin saja bentuk kesengajaan. Sehingga penting untuk melibatkan banyak pihak dari lintas institusi.

"Kalau menurut saya ini bukan cemaran. Dengan jumlah yang tinggi, dengan kasusnya banyak, ini bisa jadi ada unsur kesengajaan. Meskipun ini harus dibuktikan. Ini kenapa harus ada keterlibatan tim yang lintas institusi, termasuk penegak hukum supaya jelas," kata Dicky.

Dicky menambahkan, hal ini tidak bisa dijadikan sesuatu yang biasa. Mengingat ada kemungkinan kejadian serupa terjadi di masa mendatang.

"Kalau dibiarkan, dianggap biasa, (bisa) terulang lagi. Saya kira ini harus ditindak banyak karena kalau tidak berarti tidak menganggap ini sebagai sesuatu yang serius," ujar Dicky.

4 dari 4 halaman

Kadar EG dan DEG Ada yang Hampir 100 Persen dalam Pelarut Propilen Glikol

Kepala BPOM RI, Penny K Lukito mengungkapkan bahwa hasil uji dari 12 sampel propilen glikol yang digunakan untuk melarutkan obat, terdapat kandungan EG dan DEG yang jauh dari ambang batas. Bahkan ada sampel yang kadar EG dan DEG-nya hampir 100 persen.

Salah satu distributor yang didapati menjual bahan baku obat dengan cemaran itu adalah CV Samudra Chemical. Sampel dari CV Samudra Chemical kemudian digunakan oleh pihak BPOM untuk uji laboratorium. Hasil menunjukkan adanya cemaran EG dan DEG jauh di atas ambang batas.

"Hasil uji menunjukkan bahwa 12 sampel dengan integritas propilen glikol terdeteksi memiliki kandungan EG dan DEG yang sangat jauh dari persyaratan," ujar Penny dalam konferensi pers Perkembangan Hasil Pengawasan dan Penindakan Sirup Obat pada Rabu, 9 November 2022.

"Harusnya 0,1 persen. Sembilan sampel terdeteksi kadarnya sampai 52 persen, dan ada yang sampai 99 persen. Jadi hampir 100 persen adalah kandungan EG, bukan lagi propilen glikol."

Menurut Penny, terdapat aspek pemalsuan yang dilakukan oleh CV Samudra Chemical. Hal ini lantaran label yang tertera pada bahan baku tersebut adalah propilen glikol. Padahal isi di dalamnya 99 persen mengandung EG.

"Ada aspek pemalsuan, berarti labelnya propilen glikol. Padahal dalamnya adalah etilen glikol," kata Penny.