Liputan6.com, Jakarta Hubungan seks itu mengeluarkan banyak energi. Nah, Anda yang penderita asma perlu berhati-hati jika berhubungan seksual karena dapat memicu serangan asma.
Menurut sebuah penelitian dari American College of Allergy, Asthma and Immunology, bagi sebagian penderita asma aktivitas hubungan seksual dianggap sebagai olahraga berat yang membutuhkan banyak energi.
Baca Juga
“Banyak orang tidak menyadari bahwa pengeluaran energi untuk aktivitas seksual setara dengan menaiki dua tangga,” kata Dr. Ariel Leung, penulis studi tersebut dikutip dari New York Post.
Advertisement
Kenapa bisa begitu? Ariel mengutarakan bahwa hubungan seks itu seperti olahraga yang membuat jantung berdetak cepat dan bernapas juga lebih cepat. Seperti olahraga, jika seks memicu gejala asma seperti sesak napas, batuk, mengi, dada kencang, itu mungkin berarti asma Anda tidak terkontrol dengan baik.
Pada penelitian tersebut, penderita asma yang aktif secara seksual dapat mengalami eksaserbasi asma pasca-koital jika keadaan menjadi terlalu gaduh. Namun, saat berhubungan intim secara fisik, kebanyakan orang tidak menyadari gejala serangan asma.
Mengontrol Asma untuk Hidup yang Lebih Baik
Leung mengatakan bila orang dengan riwayat asma dan kerap mendapati penyakit tersebut muncul kala aktivitas seksual maka perlu diatasi. Cari tahu pemicunya sehingga bisa diatasi dengan baik.
“Ketika asma yang dipicu aktivitas seksual diidentifikasi dan diobati dengan benar, ahli alergi lebih mampu meningkatkan kualitas hidup pasien mereka,” kata Leung.
Leung mengimbau penderita asma untuk menggunakan inhaler 30 menit sebelum berhubungan seks untuk mencegah serangan asma.
Seperti diketahui, olahraga memang selalu menjadi risiko pada penderita asma karena napas yang berat dapat membuat saluran udara membengkak, yang menyebabkan saluran pernapasan menyempit. Beberapa pemicu lainnya termasuk serbuk sari, alergi, asap, dan jamur.
Advertisement
Tidak Bisa Disembuhkan
Asma adalah penyakit jangka panjang pada saluran pernapasan yang ditandai dengan penyempitan dan peradangan saluran napas. Akibatnya timbul rasa sesak dan kesulitan bernapas.
Orang dengan asma tidak dapat disembuhkan namun ia bisa menghindari pemicu munculnya asma.
"Asma tidak dapat disembuhkan, namun manifestasi klinis asma dapat dikendalikan," kata Wamenkes Dante Saksono Harbuwono beberapa waktu lalu.
Menurut Dante, perilaku pencegahan terhadap paparan faktor risiko asma seperti alergen dari tungau, bulu binatang, debu, pajanan asap rokok, dan udara dingin, lebih diutamakan ketimbang pengobatan.
"Intervensi awal untuk menghentikan dan mengurangi paparan terhadap faktor risiko asma sangat dibutuhkan," kata Wamenkes Dante.