Sukses

Menkes Budi: GISAID Platform Penting Berbagi Data Virus Corona

GISAID menjadi platform penting dalam berbagi data virus Corona antar negara di dunia.

Liputan6.com, Bali - Global Initiative on Sharing ALL Influenza Data (GISAID) menjadi platform penting untuk berbagi data virus Corona selama pandemi COVID-19 melanda dalam dua tahun terakhir ini. Sebab, pengurutan genomik dari strain virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 dapat diakses luas oleh seluruh negara di dunia. 

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin menuturkan, Indonesia turut memanfaatkan platform berbagi data virus Corona lewat GISAID. Tak hanya melakukan pemantauan terhadap perkembangan terkini strain virus SARS-CoV-2, Indonesia ikut serta melaporkan persebaran varian virus Corona yang terdeteksi secara nasional.

“Tentang data genomik, sebenarnya kami memiliki contoh yang bagus. Selama dua tahun terakhir (pandemi COVID-19), kami telah menggunakan GISAID sebagai platform yang paling penting untuk berbagi data (virus SARS-CoV-2),” tuturnya saat memberikan keterangan pers 'G20 2nd Health Ministers Meeting' di Hotel InterContinental Bali Resort, Bali, ditulis Jumat, 18 November 2022.

“Seperti yang Anda tahu, GISAID ini kan transparan dan terbuka, dapat diakses oleh setiap ilmuwan di dunia. Hal yang baik tentang GISAID adalah tidak memiliki referensi tertentu menjadi satu nama (single name) khusus.” 

Keunggulan dari GISAID lainnya, yakni setiap pengguna yang mengakses atau mengirimkan data akan dicatat dan terekam pada server. Siapa saja yang menggunakan data virus juga bisa terdeteksi dan ditelusuri, baik ilmuwan/peneliti, institusi/lembaga maupun negara. 

“Jadi kita tahu persis, siapa yang mengakses data ini dan siapa yang menggunakan data ini untuk program penelitian atau program lain berikutnya. GISAID tetap punya keunggulan dan sampai sekarang, kami belum mendengar keluhan apapun soal keamanan data,” jelas Budi Gunadi.

GISAID adalah inisiatif berbagi data global dan sumber utama genomik dan metadata terkait semua virus influenza, Respiratory Syncytial Virus (RSV), dan sindrom pernapasan akut parah Coronavirus 2 (SARS-CoV-2), pandemi virus Corona yang menyebabkan COVID-19.

Platform berbagi data GISAID yang dapat diakses publik memungkinkan kolaborasi lebih dari 42.000 peneliti yang berpartisipasi dari 198 negara dan penghasil data dari lebih dari 3.500 institusi di seluruh dunia.

2 dari 4 halaman

GISAID sebagai Platform Universal

Pemanfaatan GISAID sebelumnya dibahas dalam sesi ‘2nd Health Working Group’ yang berlangsung di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada 7 Juni 2022. Pertemuan ini mendorong adanya berbagi data antar negara, terutama data yang berhubungan dengan pandemi. 

Berbagi data menjadi salah satu cara untuk memerangi pandemi selanjutnya. Penguatan mekanisme berbagi data terpercaya bertujuan memberikan insentif bagi kesehatan masyarakat global yang kuat. 

Contoh konkret yang sudah berjalan dengan menggunakan platform berbagi data universal (model GISAID) yang memungkinkan semua negara G20 dapat berkomunikasi dan berbagi informasi dan data. Saling berbagi data pun tidak hanya untuk pandemi saat ini, tetapi juga pada patogen global lainnya yang memiliki potensi pandemi di masa depan.

Hasil pertemuan ‘2nd Health Working Group’ dapat memeroleh persetujuan oleh seluruh negara anggota G20 untuk mengakui penggunaan GISAID sebagai platform universal. 

Terkait pandemi, persetujuan penggunaan data GISAID dapat berupa semua laboratorium di dunia bisa berbagi data patogen bilamana ada pandemi berikutnya. Sehingga negara lain sudah ada mekanisme untuk melaporkan data genom sekuens dari patogen yang diberikan dari negara tersebut. Genom yang dimaksud bisa berupa virus, bakteri maupun parasit.

Mengutip rilis resmi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, seluruh negara anggota mendukung usulan ini dengan beberapa rekomendasi dan klarifikasi agar tidak terjadi duplikasi pada upaya global. Perlu lebih detail dalam hal aksesibilitas, manfaat (benefit) dan dampak bagi negara-negara

Soal berbagi data genomik, Mantan Direktur WHO Asia Tenggara, Tjandra Yoga Aditama mengatakan, hal itu termasuk pembahasan yang sudah lama. Berbagi data genomik harus dilakukan.

“Ya karena kita tidak akan bisa menghadapi pandemi global, kalau data penyebabnya tidak tersebar. Pemerintah harus mengetahui peruntukan data yang dibagikan ke negara lain. Berbagi data perlu dilakukan dengan syarat kepentingan nasional harus tetap dijaga,” jelasnya.

Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Jenderal Kemenkes RI Kunta Wibawa Dasa Nugraha menekankan, tidak semua data yang bisa dibagikan ke negara lain, melainkan hanya data penyakit yang kemungkinan menimbulkan pandemi.

“Kita ingin berbagi data dan informasi, tapi tidak semua kita bagi ya, tapi lebih kepada penyakit-penyakit yang kemungkinan menimbulkan pandemi,” katanya saat konferensi pers.

Data penyakit yang kemungkinan menimbulkan pandemi itu dianalisis sehingga semua negara bisa mengakses dan bisa memberikan analisa dari berbagai sisi. Kasus monkeypox dan hepatitis, misalnya, data kedua penyakit itu yang dibagikan.

3 dari 4 halaman

Permudah Lacak Varian Corona

Genomik dapat membawa informasi berharga untuk melacak transmisi dan evolusi patogen, salah satunya COVID-19. Pada akhir Agustus 2021, lebih dari 3,1 juta sekuens telah dibagikan melalui GISAID dalam upaya berbagi data secara transparan.

GISAID merupakan database virus SARS-CoV-2 terkemuka dan mengharuskan pengguna mengkonfirmasi identitas mereka dan setuju untuk tidak mempublikasikan ulang genom tanpa izin dari pengirim. 

Artinya, studi yang dibangun berdasarkan data GISAID, tidak dapat mempublikasikan data lengkap, sehingga orang lain bisa dengan mudah memeriksa analisis atau lebih lanjut membangun pengumpulan data, dikutip dari jurnal berjudul, A call for a more comprehensive SARS-CoV-2 sequence database for Brazil yang dipublikasikan pada 17 November 2021.

Mereka pun harus mengarahkan pembaca kembali merujuk ke laman GISAID untuk mendapatkan informasi atau data lebih rinci. Kebijakan ini menguntungkan mereka yang berbagi insentif pengawasan genom.

Selain itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan pembagian urutan genomik dalam hal pemantauan dampak kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, urutan genom yang berkelanjutan mendukung pemantauan penyebaran COVID-19 dan evolusi virus sekaligus integrasi urutan genom ke dalam praktik komunitas kesehatan global diperlukan untuk persiapan ancaman pandemi di masa depan.

Dari jurnal yang terbit di The Lancet, peneliti Euclides Ayres Castilho menulis, sistem pengawasan genom yang efektif tidak hanya membutuhkan pengurutan jenis varian SARS-CoV-2 dari pasien, melainkan juga pengiriman cepat ke platform seperti GISAID. Selanjutnya, memungkinkan para peneliti untuk melacak varian yang berevolusi dan mutasi, studi epidemiologi, dan konsekuensi biologisnya.

4 dari 4 halaman

Berbagi Data SARS-CoV-2 dengan Cepat

Belajar dari pandemi COVID-19, pengawasan genomik, yang dilakukan dengan cara yang efisien sangat penting untuk melaporkan virus SARS-CoV-2 yang beredar dan langkah-langkah respons yang diperlukan, menurut pernyataan resmi WHO berjudul, The essential task of strengthening genomic surveillance: WHO in collaboration with GISAID organizes training workshops for laboratory experts yang terbit 16 Desember 2021.

Urutan sampel genom yang dikumpulkan secara terus menerus dari pasien yang memenuhi ketentuan penyakit seperti influenza, infeksi saluran pernapasan akut, dan infeksi saluran pernapasan akut parah, memungkinkan WHO memantau tren yang berkembang dan proporsi varian yang ada dan muncul.

Global Influenza Surveillance and Response System (GISRS) telah memantau virus influenza sejak 1952 dan sejak Maret 2020, SARS-CoV-2 ditambahkan ke GISRS. Pada Februari 2021, Global Influenza Program (GIP) menerbitkan, Operational considerations to expedite genomic sequencing component of GISRS surveillance of SARS-CoV-2 untuk meningkatkan keterwakilan data secara geografis, demografis dan temporal, memantau tren dan prevalensi varian genetik.

Pada Oktober 2021, GIP menyelenggarakan e-konsultasi untuk memperbarui Operational Considerations dan menggabungkannya dengan dokumen panduan yang diterbitkan sebelumnya Maintaining surveillance of influenza and monitoring SARS-CoV-2: adapting Global Influenza Surveillance and Response System (GISRS) and sentinel systems during COVID-19 pandemic. Publikasi baru ini akan segera diterbitkan.

GISAID telah menjadi mitra penting GISRS, dan basis data EpiFlu-nya menjadi kunci dari surveilans influenza sejak 2008. Pada awal pandemi COVID-19, GISAID dengan cepat meluncurkan platform EpiCoV, yang mana genom lengkap pertama dari SARS-CoV-2 dibagikan secara global dan berbagai alat analisis dikembangkan untuk mendukung pembagian dan interpretasi data SARS-CoV-2 secara cepat.

Kolaborasi GISRS - GISAID pada influenza telah diperluas ke virus pernapasan lainnya termasuk SARS-CoV-2 dan Respiratory Syncytial Virus (RSV). Program pelatihan bioinformatika bersama dikembangkan untuk mendukung Negara-negara Anggota WHO mempercepat surveilans genom efektif SARS-CoV-2 menggunakan sistem surveilans influenza.