Liputan6.com, Jakarta - Psikoterapis AS Gina Simmons Schneider Ph.D., menjelaskan bahwa cinta memengaruhi perkembangan otak.
Sejak anak lahir, cinta dari orangtua dan lingkungan memberi manfaat-manfaat bagi perkembangan otak mereka.
Baca Juga
Contoh ayah dan ibu yang menyambut kelahiran anaknya. Orangtua dari bayi yang baru lahir menunjukkan peningkatan di daerah otak yang terkait dengan perilaku pengasuhan. Perubahan otak ini terjadi dalam empat bulan pertama menjadi orangtua.
Advertisement
Ayah dan ibu baru menunjukkan perubahan dalam jaringan saraf yang membantu mereka menyesuaikan diri dengan kebutuhan bayi mereka yang baru lahir. Ketika orangtua menghibur anak yang menangis, suara, penciuman, dan sentuhan orangtua yang menenangkan merangsang pelepasan beberapa zat kimia saraf selain oksitosin. Bahan kimia otak seperti prolaktin, endorfin, dan dopamin memberi orangtua dan anak perasaan hangat dan menyenangkan.
Pengalihan energi yang menenangkan memupuk perasaan saling aman, cinta, dan koneksi. Neurobiologi interpersonal ini memberikan bahan mentah untuk membentuk ikatan yang erat dengan orang lain. Hubungan kepedulian ini membantu seseorang mengelola stres dengan lebih baik dan mengatasi kehilangan.
Sayangnya, beberapa anak terlahir di zona perang, kekurangan, penderitaan, dan keputusasaan.
Trauma awal ini memengaruhi bagaimana otak berkembang. Untungnya, bagaimanapun, hubungan yang sehat dapat membantu otak pulih dari trauma.
“Ketika anak-anak tumbuh dengan kekerasan verbal, fisik, dan seksual, pengabaian, atau menyaksikan kekerasan, stres dari pengalaman tersebut secara langsung mengubah perkembangan otak,” kata Gina mengutip Psychology Today, Jumat (18/11/2022).
Kekerasan Hambat Perkembangan Otak Anak
Penganiayaan anak usia dini menghambat perkembangan hippocampus atau pusat ingatan jangka panjang di otak. Semakin besar jumlah kejadian berbahaya pada anak usia dini, semakin signifikan penurunan volume hippocampus.
Pelecehan emosional memberikan dampak yang berbeda pada otak. Mereka yang mengalami pelecehan emosional di masa kanak-kanak menunjukkan penipisan di dua bagian otak. Pertama pada bagian yang memproses kesadaran diri di korteks prefrontal. Dan kedua pada bagian yang membantu orang memahami dan mengatasi emosi diri sendiri di lobus temporal medial.
Penipisan di wilayah otak ini membantu menjelaskan tingginya tingkat kecemasan dan depresi pada mereka yang pernah mengalami pelecehan dan penelantaran emosional.
Pengalaman traumatis adalah hal biasa. Faktanya, 80 persen dari masyarakat akan mengalami setidaknya satu peristiwa traumatis dalam hidup. Sebagian besar dari masyarakat akan mengalami berbagai peristiwa traumatis.
“Untungnya, otak manusia yang perkasa dibangun untuk menahan banyak bahaya. Otak Anda akan belajar dari pengalaman dan beradaptasi.”
Advertisement
Manfaatkan Pengalaman Traumatis
Gina menambahkan, orang-orang bisa mendapatkan keuntungan dari mengenali kekuatan dan kebijaksanaan yang diperoleh dari pengalaman traumatis yang sempat dialami.
Para penyintas trauma seringkali memiliki keterampilan bertahan hidup yang diasah dengan hati-hati, karakter, dan kemampuan beradaptasi yang dapat meningkatkan setiap bidang kehidupan.
Mereka yang selamat dari peristiwa traumatis dapat menemukan kesembuhan dalam pengalaman kolektif yang bertujuan untuk membuat dunia menjadi lebih baik.
Memanfaatkan pengalaman traumatis dapat dimulai dengan tiga langkah berikut:
- Akui masa lalu
Ini termasuk menerima bagaimana trauma memengaruhi diri, perasaan apa yang muncul ketika memikirkan tragedi lampau itu, dan apa saja yang telah dipelajari dari masa lalu yang menyakitkan.
- Kenali kekuatan saat ini
Kenali kekuatan pribadi apa yang telah dikembangkan karena trauma ini. Ini bisa termasuk kesadaran, ketahanan, kemampuan beradaptasi, kepekaan interpersonal, ketegasan, keterampilan bertahan hidup, ketahanan akal, dan lain-lain.
- Punya tekad meraih tujuan di masa depan
Pengang tekad untuk meraih masa depan yang lebih baik dengan cara menentukan perubahan positif apa yang ingin dicapai. Pikirkan pula orang atau organisasi seperti apa yang dapat dijadikan mitra untuk membantu menuju perubahan itu.
Hubungan Sehat Bantu Atasi Trauma
Apa pun yang telah dialami dalam hidup, pengalaman baru akan membentuk kembali otak. Hubungan yang sehat dapat menurunkan stres dan membantu mengatasi trauma dengan lebih baik.
Ikatan dengan komunitas sosial dapat membantu merasa aman dan terjamin. Jika merasa sulit membangun komunitas sosial, maka tak ada salahnya memulainya dengan mengadopsi hewan peliharaan berbulu.
Hal ini dilakukan pula oleh Gina. Bertahun-tahun yang lalu, keluarganya mengadopsi seekor anak anjing sehingga ketiga anaknya dapat belajar cara membesarkan dan melatih seekor anak anjing dan menjalin ikatan dengan seekor binatang.
“Kami adalah keluarga musisi dan pecinta musik, jadi kami ingin memberi anak anjing kami nama musisi jazz. Kami semua menyukai nama Miles, jadi itulah nama yang kami pilih meskipun jenis kelaminnya tidak cocok dengan namanya.”
Gina menambahkan, saat ia menatap mata cokelat Miles, ia dan keluarganya merasakan gelombang cinta dan kasih sayang.
“Kami berani bersumpah bahwa dia juga merasakannya, ketika dia menciumi kami dengan hidungnya dan merangkak naik ke pangkuan kami.”
Secara medis, saat menatap mata anjing kesayangan, hormon cinta oksitosin dilepaskan baik pada manusia maupun pada anjing.
“Apa yang keluarga kami rasakan di dalam muncul dalam neurokimia kami. Oksitosin dilepaskan saat kita manusia merasakan hubungan emosional satu sama lain, seperti setelah orgasme, saat mengobrol, atau saat menyusui.”
Advertisement