Liputan6.com, Jakarta Penetapan KLB Polio di Pidie, Aceh dengan temuan satu kasus pasien usia 7 tahun 2 bulan menjadi sorotan dan menimbulkan pertanyaan, 'Apakah karena berkaitan dengan masih ada kelompok antivaksin di sana?' Seperti diketahui, pencegahan penyakit polio utamanya dilakukan melalui imunisasi.
Menanggapi Kejadian Luar Biasa (KLB) tersebut, diakui Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia Maxi Rein Rondonuwu, cakupan imunisasi Polio di Aceh terbilang rendah.
Baca Juga
Imunisasi yang dimaksud, yaitu pemberian Polio Tetes (Bivalent Oral Polio Vaccine/bOPV) dan Polio Suntik (Inactivated Polio Vaccine/IPV). bOPV biasa diberikan pada bayi usia 1 - 4 bulan, sedangkan IPV diberikan pada usia 4 bulan.
Advertisement
"Sekali lagi, cakupan imunisasi baik OPV sampai IPV di wilayah Sumatera, khususnya Aceh itu (masuk kategori pemetaan) warna merah, di bawah 50 persen. Kemudian wilayah lain ada di Papua," jelas Maxi saat 'Press Conference: Kejadian Luar Biasa Polio di Indonesia' pada Sabtu, 19 November 2022.
"Papua tahun 2018 ada satu kasus Polio tapi Tipe 1. Lalu, wilayah Kalimantan, jelas banyak yang merah juga -- cakupan imunisasi rendah. Memang ya hampir semua, 30 provinsi itu IPV-nya rendah semua."
Ditegaskan Maxi kembali, 30 provinsi dengan cakupan imunisasi bOPV dan IPV Polio yang rendah membuat virus Polio masih 'berkeliaran' dan berpotensi terjadi penularan.
"Jadi, kemungkinan daerah-daerah yang (cakupan imunisasi) rendah itu kemungkinan virus Polio-nya ya masih ada," tegasnya.
Walau begitu, Maxi menyatakan, masih ada keengganan masyarakat di Aceh untuk tidak membawa anaknya diimunisasi polio. Hasil survei yang pernah dilakukan Kemenkes bersama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), orangtua takut anaknya kena Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI).
Ada pula berkaitan dengan adat atau keyakinan setempat, misalnya, adat di Aceh, suami tidak memberikan izin anak untuk imunisasi, sebelum turun tanah -- anak bisa jalan.
Pemberian Imunisasi Polio
Pemberian imunisasi Polio, lanjut Maxi Rein Rondonuwu, saat ini di Indonesia menggunakan Polio Tetes (Bivalent Oral Polio Vaccine/bOPV) dan Polio Suntik (Inactivated Polio Vaccine/IPV).
"Untuk vaksin Polio yang dilemahkan ini buat Polio Tipe 1 dan Tipe 2, sebelumnya kita pakai trio-trivalen untuk Tipe 1, 2, dan 3, tapi karena kita sudah eradikasi -- bebas polio -- jadi Tipe 2 itu tidak dipakai lagi sehingga kita sudah shifting (ganti) ke bOPV," katanya.
"bOPV diberikan 1 - 4 bulan, Jadi, ada 4 kali tetes dan di bulan keempat dikombinasi dengan IPV-nya dan nanti ada booster juga di usia 9 bulan, bersamaan dengan vaksin campak atau rubella."
Adapun tiga Tipe virus Polio yang dapat menyebabkan kelumpuhan, antara lain:
- Tipe 1, yaitu tipe Brunhilde yang berawal dari nama seekor kera, yang mana tipe ini pertama kali ditemukan
- Tipe 2, yaitu tipe Lansing yang ditetapkan menurut nama kota di Amerika Serikat, yang mana tipe 2 pertama kali ditemukan
- Tipe 3, yaitu tipe Leon yang berasal dari nama seorang penderita yang pertama kali ditemukan tipe 3 dari kotorannya (tinja)
Advertisement
Cakupan Imunisasi Polio Rendah
Berdasarkan data yang dihimpun Kemenkes per November 2022, cakupan imunisasi Polio, baik Polio Tetes (Bivalent Oral Polio Vaccine/bOPV) dan Polio Suntik (Inactivated Polio Vaccine/IPV) terlihat rendah di berbagai wilayah Indonesia.
Pemetaan secara nasional yang dianalisis dari tools Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), cakupan imunisasi Polio yang rendah sudah terlihat sebelum pandemi COVID-19 melanda.
"Cakupan bOPV dan IPV memang di tingkat kabupaten/kota itu rendah. Tapi ini sempat juga sebelum pandemi COVID-19, lumayan lah OPV-nya di angka 86,8 persen, sekalipun ada yang di bawah 50 persen," papar Maxi Rein Rondonuwu.
"Yang masih rendah ada di Kalimantan, Sumatera. Kalau lihat Aceh ya sejak tahun 2020 (masuk kategori) merah -- cakupan imunisasi Polio rendah. Di Papua dan Kalimantan paling banyak rendah IPV-nya juga, di bawah 50 persen tahun 2020."
Selanjutnya, tahun 2021, cakupan imunisasi bOPV turun di angka 80,2 persen. Wilayah yang turun cakupan bOPV di Aceh dan di beberapa di wilayah Sumatera dan Papua.
Di sisi lain, Maxi mengungkapkan, cakupan IPV justru naik tahun 2021 di angka 66,2 persen. Walau begitu, wilayah Sumatera dan Papua masih ada yang cakupan IPV rendah, terutama di Aceh.
"Aceh dan Papua masih merah IPV-nya. Tapi ya kenyataannya memang Papua sudah dari tahun 2018 dapat Sertifikat Bebas Polio untuk (virus Polio) Tipe 1. Yang Aceh kasus kita sekarang itu Tipe 2," ungkapnya.
Siapkan Outbreak Response Immunization
Dalam upaya temuan satu kasus Polio di Kabupaten Pidie, Aceh, Kemenkes sudah mempersiapkan Outbreak Response Immunization (ORI). ORI merupakan kegiatan imunisasi massal bagi masyarakat, terutama pemberian imunisasi Polio.
"Nanti (ORI) dimulai di Kabupaten Pidie tanggal 28 November 2022. Kita harapkan ya di bawah 13 tahun semua sudah dilakukan imunisasi. Kita lakukan satu minggu, kemudian ke seluruh Aceh," Maxi Rein Rondonuwu melanjutkan.
"Kami lakukan juga imunisasi OPV, di samping itu tentu imunisasi rutin tetap dilakukan apalagi untuk kita tingkatkan IPV-nya."
Upaya yang digencarkan, Kemenkes tetap meminta surveilans kasus lumpuh layu Polio ini diperkuat.
"Tetap dilaporkan rutin oleh daerah ya. Saya harus akui petugasnya (petugas kesehatan) di Aceh, kemarin saya datang memberikan apresiasi. Terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Pidie, karena mereka dengan cepat melaporkan lumpuh layu ini dengan cepat," imbuh Maxi.
"Jadi orang (petugas kesehatan) Puskesmas sudah tahu (ada temuan kasus), kemudia melaporkan ke Dinas Kesehatan (Dinkes), ke rumah sakit juga, dan cepat dikirim sampelnya. Berarti kan surveilans kita berjalan bagus."
Advertisement