Sukses

BAB Sembarangan Kemungkinan Picu KLB Polio di Pidie Aceh

Dugaan perilaku BAB sembarangan yang memicu terjadinya KLB Polio di Pidie, Aceh.

Liputan6.com, Jakarta Perilaku Buang Air Besar (BAB) sembarangan kemungkinan menjadi salah satu pemicu terjadinya KLB Polio di Kabupaten Pidie, Aceh. Lingkungan atau air yang terkontaminasi tinja mengandung virus Polio pun dapat menginfeksi tubuh.

Meski begitu, Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia Maxi Rein Rondonuwu menyampaikan, pihaknya masih menunggu hasil sampel dari air yang berada di sekitar tempat tinggal pasien anak yang positif Polio.

Temuan Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio berasal dari satu anak positif Polio berusia 7 tahun 2 bulan. Pelaporan bermula pada awal November 2022 berdasarkan penelusuran RT-PCR, yang kemudian Pemerintah Kabupaten Pidie menyatakan, temuan itu sebagai Kejadian Luar Biasa Polio Tingkat Kabupaten Pidie.

Hasil observasi Kemenkes didapati masih ada penduduk yang BAB sembarangan di sungai di sekitar tempat temuan kasus anak positif Polio. Lalu, walau tersedia toilet, lubang pembuangan langsung mengalir ke sungai.

"Hasil observasi di lingkungan, di belakang tempat main anak, memang hampir semua dibangun Mandi Cuci Kakus (MCK), tapi buangannya itu ke ya sungai-sungai kecil yang di belakang. Ini tempat main anak-anak di sini ya," ujar Maxi saat 'Press Conference: Kejadian Luar Biasa Polio di Indonesia' pada Sabtu, 19 November 2022.

"Kami sudah ambil sampel untuk diperiksa, tinggal menunggu hasil, ya mungkin satu-dua hari sudah keluar sampel air di beberapa titik yang sudah diambil. Jadi, perilaku Buang Air Besar sembarangan punya potensi kemungkinan penularannya."

Selain masih ada penduduk yang BAB sembarangan seperti di sungai atau kali, observasi Kemenkes dari temuan satu kasus Polio di Aceh juga menemukan air sungai dipakai sebagai sumber aktivitas penduduk, termasuk tempat bermain anak-anak. Padahal, air sungai sudah tercemar tinja.

2 dari 4 halaman

Kronologi Satu Kasus Polio

Temuan pasien positif Polio di Desa Mane, Kabupaten Pidie, Aceh, Maxi Rein Rondonuwu menuturkan dirinya ikut terjun ke tempat tinggal anak tersebut. Ia datang langsung ke rumah dan mengecek kondisi lingkungan sekitar.

"Saya juga sudah datang langsung ke rumahnya, melihat kondisinya. Pasien ini usia 7 tahun 2 bulan ya dengan gejala kelumpuhan di kaki kiri. Anak mulai sakit tanggal 6 Oktober, kemudian merasa sakit biasa, ada  panas," tuturnya.

"Itu gejala awalnya. Selanjutnya, dia mulai lemah ototnya tanggal 9 Oktober. Tanggal 18 Oktober masuk ke RSUD TCD Sigil. Kemudian tanggal 21 - 22 Oktober, dokter anak mencurigai Polio dan mengambil spesimen, dikirim ke provinsi. Kemudian dikirim ke Jakarta."

Hasil sampel diterima Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Kemenkes tanggal 28 Oktober dan diperiksa. Tanggal 7 November 2022, keluar hasilnya melalui PCR, yakni Tipe 2 Polio dan Tipe 3 Sabin.

"Sampel dikirim lagi ke Bio Farma untuk sekuensing dan ternyata memang betul dia Tipe 2 ya. Anak itu mengecil pada di bagian otot paha dan betis dan memang tidak ada riwayat imunisasi, tidak memiliki riwayat perjalanan kontak," papar Maxi.

"Perjalanan keluar enggak ada. Tapi anak ini kalau lihat kondisinya, kemarin saya lihat sudah bisa jalan, sekalipun masih tertatih-tatih ya cuma memang tidak ada obat. Nanti tinggal difisioterapi untuk mempertahankan massa ototnya."

3 dari 4 halaman

Kontak dengan Tinja

Sebagaimana pembaruan informasi dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat (AS) pada 11 Agustus 2022, virus Polio atau Poliovirus disebut sangat menular dan menyebar melalui kontak orang ke orang.

Virus Polio hidup di tenggorokan dan usus orang yang terinfeksi. Hal itu dapat mencemari makanan dan air sehingga dalam kondisi tidak sehat.

Poliovirus hanya menginfeksi manusia, masuk ke dalam tubuh melalui mulut. Virus Polio menyebar melalui:

  • Kontak dengan kotoran (kotoran) orang yang terinfeksi
  • Percikan (droplet) dari bersin atau batuk dari orang yang terinfeksi (kurang lazim)

Seseorang dapat terinfeksi virus Polio jika:

  • Mengambil potongan-potongan kecil kotoran (tinja) di tangan, kemudian menyentuh mulut sendiri
  • Memasukkan benda-benda seperti mainan ke dalam mulut yang terkontaminasi tinja

Orang yang terinfeksi dapat menyebarkan virus Polio ke orang lain segera sebelum dan hingga 2 minggu setelah gejala muncul.

  • Virus dapat hidup di usus orang yang terinfeksi selama berminggu-minggu
  • Orang yang tidak memiliki gejala masih bisa menularkan virus Polio ke orang lain dan membuat mereka sakit
4 dari 4 halaman

Kelumpuhan Total dalam Hitungan Jam

Polio adalah penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh virus. Virus menyerang sistem saraf dan dapat menyebabkan kelumpuhan total dalam hitungan jam. Virus Polio ditularkan oleh orang-ke-orang yang menyebar terutama melalui fecal-oral, misalnya, air atau makanan yang terkontaminasi dan berkembang biak di usus.

Pada pembaruan informasi WHO per 4 Juli 2022, gejala awal Polio berupa demam, kelelahan, sakit kepala, muntah, leher kaku dan nyeri pada tungkai. Satu dari 200 infeksi Polio menyebabkan kelumpuhan permanen -- biasanya di kaki. Di antara mereka yang lumpuh, 5 – 10 persen meninggal saat otot pernapasan tidak bisa bergerak.

Polio lebih banyak menyerang anak-anak di bawah usia 5 tahun. Namun, siapa pun dari segala usia yang tidak divaksinasi Polio dapat tertular penyakit ini.

Penyakit polio tidak ada obatnya, hanya bisa dicegah. Vaksin Polio dapat melindungi seorang anak seumur hidup. Ada dua vaksin yang tersedia, yakni vaksin polio oral dan vaksin polio yang tidak aktif (inaktif)

Kedua vaksin Polio efektif dan aman serta digunakan dalam kombinasi yang berbeda di seluruh dunia, tergantung pada keadaan epidemiologis. Tujuannya, untuk memastikan perlindungan terbaik bagi populasi.