Sukses

Tangani KLB Polio, Imunisasi Massal di Aceh Bakal Sasar 1,2 Juta Anak

Target imunisasi massal Polio di Aceh akan menyasar 1,2 juta anak.

Liputan6.com, Jakarta - Sebagai upaya penanggulangan KLB Polio Tingkat Kabupaten Pidie, Aceh, imunisasi massal Polio akan menyasar 1,2 juta anak, tepatnya di angka 1.217.939. Rencana imunisasi massal dilakukan di seluruh wilayah Aceh, yang mulai digelar pada 28 November 2022.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia Siti Nadia Tarmizi menyampaikan, perencanaan dan persiapan pelaksanaan imunisasi Polio di Aceh sedang dilakukan saat ini.

Imunisasi massal Polio akan digelar dalam dua putaran, yakni dengan pemberian vaksin Polio lengkap yang dimaksud berupa Polio Tetes (Bivalent Oral Polio Vaccine/bOPV) dan Polio Suntik (Inactivated Polio Vaccine/IPV).

Dari data Kemenkes, bOPV biasa diberikan pada bayi usia 1 - 4 bulan, sedangkan IPV diberikan pada usia 4 bulan. Namun, merespons kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan temuan satu kasus Polio di Kabupaten Pidie, Aceh, imunisasi massal Polio ditujukan kepada semua anak usia nol sampai 13 tahun.

Sebagai informasi, pelaksanaan imunisasi massal di Aceh masuk kategori PIN (Pekan Imunisasi) Polio. PIN Polio adalah pemberian imunisasi tambahan polio kepada kelompok sasaran imunisasi untuk mendapatkan imunisasi polio, tanpa memandang status imunisasi yang dilakukan berdasarkan hasil evaluasi program dan kajian epidemiologi.

"Jumlah target anaknya (imunisasi massal Polio) 1.217.939. Pelaksanaan imunisasi massal atau sub PIN Polio membutuhkan perencanaan dan persiapan yang matang," kata Nadia saat dikonfirmasi Health Liputan6.com melalui pesan singkat pada Minggu (20/11/2022) malam.

'"Karena untuk dapat memutus penularan virus harus dicapai cakupan yang tinggi dan merata dalam waktu yang singkat."

2 dari 4 halaman

Surveilans hingga Pengambilan Sampel Tinja

Tak hanya perencanaan dan persiapan pelaksanaan imunisasi massal Polio, Kemenkes dan pemerintah daerah di Aceh juga tetap harus melanjutkan upaya surveilans. Pengambilan sampel tinja di sekitar lingkungan tempat tinggal anak positif Polio di Kabupaten Pidie, Aceh masih dilakukan.

"Bersamaan dengan upaya perencanaan dan persiapan ini (imunisasi massal Polio), harus dilaksanakan upaya surveilans, seperti pencarian kasus tambahan, pengambilan sampel tinja kontak erat kasus dan anak-anak sehat di wilayah sekitar kasus untuk diperiksa di laboratorium," Siti Nadia Tarmizi menambahkan.

"Kemudian pengambilan sampel lingkungan serta penilaian risiko. Di samping upaya imunisasi tambahan dan penguatan surveilans, penguatan imunisasi rutin juga dilakukan."

Kemenkes sudah melakukan observasi terhadap lingkungan di sekitar tempat tinggal pasien anak positif Polio di Aceh. Ada sejumlah hasil yang ditemukan, antara lain:

1. Polio ditularkan melalui lingkungan yang tercemar tinja yang mengandung virus Polio. Virus polio dapat bertahan hidup selama beberapawaktu di air dan tanah, terutama dalam suhu dingin dan tidak ada paparan langsung sinar matahari.

2. Perilaku Buang Air Besar (BAB) sembarangan berperan dalam penyebaran polio

3. Dari observasi, didapati Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) penduduk yang masih kurang, yakni:

  • Masih ada penduduk yang menerapkan BAB terbuka (di sungai)
  • Meskipun tersedia toilet, lubang pembuangan langsung mengalir ke sungai
  • Air sungai dipakai sebagai sumber aktivitas penduduk, termasuk tempat bermain anak-anak
3 dari 4 halaman

Perkuat Perlindungan Terhadap Virus

Merespons temuan satu kasus Polio, Pemerintah Kabupaten Pidie, Aceh akan menggelar imunisasi massal yang dimulai pada 28 November 2022. Imunisasi massal ini akan berlangsung dalam dua putaran, yang ditujukan untuk pemberian vaksin polio tambahan pada usia nol sampai 13 tahun.

Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, pemberian imunisasi polio yang merupakan bagian dari imunisasi rutin anak.

Imunisasi polio yang diberikan berupa Polio Tetes (Bivalent Oral Polio Vaccine/bOPV) dan Polio Suntik (Inactivated Polio Vaccine/IPV).

Adanya pemberian imunisasi tambahan demi memperkuat perlindungan terhadap virus Polio. Apalagi di Aceh, cakupan imunisasi polio, baik bOPV maupun IPV masih terbilang rendah, di bawah 50 persen.

"Tentu yang diinginkan ke depan, respons dalam penanggulangan Kejadian Luar Biasa atau KLB Polio, yaitu kami akan melakukan Outbreak Response Immunization (ORI) ya dan juga tentu cakupan imunisasi rutin -- imunisasi polio -- kita tingkatkan," kata Maxi saat 'Press Conference: Kejadian Luar Biasa Polio di Indonesia' pada Sabtu, 19 November 2022.

"Direncanakan nanti di Pidie (imunisasi tambahan polio) dimulai tanggal 28 November 2022. Kita harapkan selesai dalam seminggu dan tanggal 5 Desember di seluruh kabupaten/kota di wilayah Aceh."

4 dari 4 halaman

Investasi Anak di Masa Depan

Ditegaskan kembali oleh Maxi Rein Rondonuwu, manfaat vaksin Polio dapat melawan virus Polio yang berkembang pada saluran pencernaan. Penularan virus terutama melalui faecal- oral, yakni lingkungan atau air yang terkontaminasi oleh tinja yang mengandung virus Polio.

"Dampaknya (vaksin Polio) besar sekali, kita dulu cakupan imunisasi Polio masih tinggi. Apalagi tahun 2014, kita dinyatakan Eradikasi atau Bebas Polio tahun 2014," jelasnya.

"Tapi dapat satu kasus di Papua (tahun 2018) dan sekarang di Aceh. Kita harus bilang yang di Aceh ini jadi Kejadian Luar Biasa (KLB), ternyata masih ada virus Polio."

Demi kebersihan diri agar tidak tertular virus Polio, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) harus diterapkan.

"Virus Polio kan di pencernaan. Begitu keluar melalui feses. Kita intervensi lingkungan, lingkungan harus bersih, terus sering-seringlah cuci tangan," imbuh Maxi.

"Kembali lagi, cakupan imunisasi itu sangat menentukan. Cakupan imunisasi kita itu investasi buat anak-anak ke depan. Sebenarnya investasi yang murah, intinya bagaimana mendapatkan anak-anak kita sehat dan jadi generasi penerus bangsa."