Liputan6.com, Jakarta - Banyak pertanyaan terkait, 'Apakah diabetes bisa sembuh total atau enggak?' Bagi pengidap diabetes yang teratur menjalani pengobatan dan terapi seperti suntik insulin, kesembuhan sepenuhnya dari penyakit kronis ini menjadi harapan.
Menjawab pertanyaan di atas, Dokter spesialis bedah vaskular dan endovaskular dari RS EMC Tangerang, Londung Brisman Sitorus mengatakan, penyakit diabetes tidak bisa sepenuhnya disembuhkan. Upaya yang dilakukan pengidap diabetes adalah harus tetap mengontrol gula darah dan menjaga kesehatan.
Baca Juga
"Saya cuma bisa dibilang (penanganan diabetes) diregulasi -- dikelola gula darah dan gaya hidup. Sehingga ya tidak bisa sembuh total," katanya saat sesi Healthy Monday: Diabetes Picu Banyak Penyakit Cegah dengan Pola Hidup Sehat yang digelar Liputan6.com bersama EMC Healthcare pada Senin, 21 November 2022.
Advertisement
Di kesempatan yang sama, dokter spesialis penyakit dalam - konsultan metabolik, endokrin dan diabetes, Wardhana menambahkan, pengelolaan gaya hidup (lifestyle) sangat dibutuhkan bagi pengidap diabetes. Utamanya, membatasi kalori yang dikonsumsi dan rajin berolahraga.
"Kita mengenal yang namanya diabetes remission (remisi diabetes), jadi istilahnya bagaimana kita bisa meregulasi (mengelola) lifestyle dalam arti luas. Ini mencakup pola makan dan juga lebih banyak mencakup activity ya lebih banyak berolahraga," tambahnya.
"Kemudian mulai membatasi kalori yang kita masukkan ke dalam tubuh. Tentu akan membentuk atau membuat gula darah untuk diabetes menjadi terkendali dengan sendirinya. Bahkan mungkin obat-obatan bisa juga disetop."
Remisi diabetes adalah ketika gula darah seseorang turun ke tingkat yang sehat dan bertahan di sana selama setidaknya enam bulan sehingga pengidap diabetes bisa lepas obat. Pengidap diabetes yang menunjukan nilai HbA1C (rata-rata kadar glukosa) di bawah 6,5, berlangsung lebih dari tiga bulan dapat dikatakan mengalami remisi diabetes atau diabetes yang terkendali.
Remisi Diabetes buat Seakan-akan Kembali Normal
Apabila pengidap diabetes menerapkan remisi diabetes lewat pengaturan gaya hidup, ditegaskan Wardhana, dapat membuat seakan-akan pengidap diabetes kembali normal seperti orang normal lainnya. Walau begitu, bukan berarti sepenuhnya sembuh dari diabetes.
Artinya, gaya hidup yang diterapkan dengan baik dapat menjadikan pengidap diabetes tetap bisa menjalani hari-hari seperti orang normal.
"Seperti biasa saja gitu (penerapan remisi diabetes), jadi seolah-olah bukan seorang diabetes. Padahal, tadinya mungkin butuh obat yang cukup banyak, bahkan dengan suntikan insulin," terang Wardhana yang sehari-hari berpraktik di RS EMC Alam Sutera.
"Tetapi dengan pengaturan lifestyle yang termasuk remisi ini, maka seakan-akan kembali normal seperti bukan (pengidap) diabetes."
Menyoal diabetes, dokter Theresia Yunita dari KlikDokter menulis, fase remisi diabetes ini tidak ditentukan oleh kemauan pasien sendiri, melainkan harus sesuai diagnosis dari dokter.
"Walau tidak dapat sembuh seratus persen, bukan berarti penderita diabetes harus minum obat seumur hidup. Sebab, ada waktunya diabetes memasuki fase remisi," tulisnya dalam artikel berjudul, Haruskah Penderita Diabetes Minum Obat Diabetes Seumur Hidup? yang tayang 1 November 2022.
"Tentunya, remisi hanya berlangsung sementara, tidak selamanya. Artinya, kondisi ini bisa saja bertahan hanya beberapa saat. Jadi, pasien tetap perlu kontrol ketat ke dokter. Jika pasien menjalani pola hidup sehat dengan baik, bukan tidak mungkin obat-obatan antidiabetes tidak diperlukan kembali."
Advertisement
'Ibu dari Segala Penyakit'
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin menguraikan pola hidup sehat yang bisa dilakukan masyarakat, terutama bagi pengidap diabetes. Yakni menjaga pola makan sehat, menjaga berat badan ideal, mengontrol kolesterol dan kadar gula dalam darah.
Kemudian aktif melakukan aktivitas fisik serta mengajak masyarakat untuk rutin memeriksakan kesehatannya di Posyandu Prima.
“Tolong jaga kesehatan, kalau kita bisa jaga kesehatan dengan baik agar lebih produktif dan sehat,” ajak Budi Gunadi saat mengunjungi sejumlah Posyandu Prima di Kecamatan Jereweh, Kabupaten Sumbawa Barat pada 14 Oktober 2022.
Diabetes yang tidak terkontrol, menurut Budi Gunadi, dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan masalah kesehatan serius seperti komplikasi jantung, stroke dan gagal ginjal yang mengharuskan pasien melakukan cuci darah sepanjang hidupnya.
“Penyakit gula itu jelek sekali. Kenapa? Karena dia 'ibu dari segala penyakit.' Kalau kadar gula tidak terkontrol selama 3-5 tahun itu pasti harus cuci darah atau kena stroke atau kena jantung,” ucapnya.
Gula Darah Harus Terkontrol
Seorang penderita diabetes yang telah mengalami komplikasi gagal ginjal harus melakukan cuci darah sekitar 3 sampai 4 hari per minggu. Dalam sekali cuci darah membutuhkan waktu 3 sampai 4 jam. Hal ini akan memengaruhi kualitas hidup, produktivitas serta ekonomi penderita.
“Artinya, ini tidak ada kehidupan lagi. Kalau bisa jangan sampai cuci darah, supaya jangan cuci darah jangan diabetes, supaya jangan diabetes gula darahnya harus di kontrol,” harap Menkes Budi Gunadi Sadikin.
Masalah kesehatan diabetes beserta penyakit lainnya adalah masalah bersama. Sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan, Budi Gunadi mengajak kader-kader kesehatan di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) untuk menjadi pelopor kesehatan di masyarakat.
Di antaranya, aktif melakukan kegiatan promotif preventif melalui edukasi dan sosialisasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas).
Tujuannya, agar masyarakat sadar akan pentingnya pola hidup sehat agar terhindari dari berbagai penyakit berbahaya khususnya empat penyakit tidak menular penyebab kematian tertinggi di Indonesia, yakni jantung, stroke, diabetes, dan gagal ginjal.
"Peranan teman-teman di Posyandu dan Puskesmas sangat penting untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat. Oleh karena itu, saya harapkan kader-kader kesehatan ikut membantu mengkampanyekan pola hidup sehat kepada masyarakat di wilayahnya masing-masing,” lanjut Budi Gunadi dalam pernyataan resmi.
Advertisement