Liputan6.com, Jakarta Eks Direktur Penyakit Menular Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) Asia Tenggara, Prof Tjandra Yoga Aditama mengungkapkan bahwa penting untuk tetap mewaspadai kematian akibat COVID-19 di Tanah Air.Â
"Kasus COVID-19 kita meningkat dan angka kematiannya amat perlu diwaspadai. Jumlah kasus kita pada 9 Oktober 2022 dibawah 1.000, yaitu 999 orang. Sekarang kasusnya sudah naik 7.5 kali lipat menjadi lebih dari 7.500 orang pada 22 November 2022 kemarin," ujar Tjandra melalui keterangan pada Health Liputan6.com, Rabu (23/11/2022).
Baca Juga
Tjandra menjelaskan, puncak kasus tertinggi di RI sebelumnya terjadi pada 9 Agustus 2022 dengan total 6.276 kasus. Kemudian kasus menurun dan saat ini kembali mengalami kenaikan yang bahkan sudah lebih tinggi.
Advertisement
"Memang sudah banyak dibicarakan bahwa kasus memang akan masih meningkat. Tetapi yang perlu jadi perhatian dan membuat kita prihatin adalah angka kematian," kata Tjandra.
Pada 8 Oktober 2022 lalu, angka kematian di Indonesia sempat berada dibawah 10 orang. Namun per 22 November 2022 kemarin, angka kematian sudah naik delapan kali lipat menjadi 51 orang.
"Ini terjadi pada 7.644 kasus kita. Jadi perbandingannya cukup tinggi, 51 per 7.644, atau 0.66 persen. Perbandingan seperti ini tidak terjadi di negara lain."
Perbandingan Angka Kematian di Negara Lain
Tjandra mengungkapkan bahwa bila dibandingkan dengan Singapura, puncak kasus disana mencapai 11.934 orang pada 18 Oktober 2022. Namun, angka kematian tertingginya hanya mencapai 5 orang.
"Jadi kasus puncak harian (Singapura) lebih tinggi dari kita, tapi puncak jumlah yang meninggal jauh dibawah kita. Contoh lain adalah Malaysia, yang jumlah kasus puncaknya adalah 4.621 orang pada 6 November, tetapi yang meninggal tertinggi adalah 15 orang, jadi 0.32 persen. Angka persentase kematian Indonesia jelas lebih tinggi," ujar Tjandra.
Lebih lanjut Tjandra memberikan contoh dari negara lainnya. Terdapat negara-negara lain yang kasus COVID-19 hariannya jauh lebih banyak dari Indonesia, namun angka kematiannya tetap lebih kecil.
Puncak kasus Korea Selatan sejauh ini adalah 72.873 pada 21 November 2022, sekitar sepuluh kali lipat lebih tinggi dari Indonesia. Namun, angka kematiannya hanya 45 orang, yang mana lebih rendah dari Indonesia.
Begitupun dengan Jepang pada 16 November 2022 yang kasusnya mencapai 107.702 orang atau 15 kali lebih tinggi dari Indonesia. Angka kematiannya tetap tiga kali dibawah Indonesia yakni 140 orang atau 0.12 persen.
Advertisement
Angka Kematian Akibat COVID-19 yang Tinggi
Sehingga menurut Tjandra, persentase kematian di Indonesia jelas lebih tinggi dari negara-negara tetangga. Meskipun diketahui bahwa varian Omicron XBB yang beredar saat ini seharusnya punya gejala yang lebih ringan.
"Jadi jelas persentase kematian di negara kita lebih tinggi dari negara tetangga. Di kita jumlah yang meninggal yang sudah lebih 50 orang, dan persentasenya lebih tinggi dari negara tetangga," kata Tjandra.
"Padahal kita tahu bahwa XBB ini adalah bagian dari Omicron juga yang harusnya tidaklah terlalu berat, tetapi entah kenapa di kita menimbulkan angka kematian naik cukup tinggi. Ini harus diantisipasi segera," pungkasnya.
Jumlah Angka Kematian COVID-19 di RI Sepekan Terakhir
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, angka kematian di Indonesia memang tidak pernah berada dibawah 10 belakangan ini. Berikut rangkuman angka kematian di Indonesia selama sepekan terakhir.
- 22 November 2022: 51 orang
- 21 November 2022: 43 orang
- 20 November 2022: 31 orang
- 19 November 2022: 25 orang
- 18 November 2022: 32 orang
- 17 November 2022: 38 orang
- 16 November 2022: 54 orang
Dengan penambahan tersebut, jumlah angka kematian di Indonesia akibat COVID-19 telah mencapai 159.473 jiwa.
Advertisement