Liputan6.com, Jakarta - Seorang ibu dua anak mendorong para orangtua untuk mengadvokasi kesehatan anak-anaknya setelah dokter salah mengira gejala kanker balitanya sebagai kelebihan berat badan .
Natalie Ridler—seorang fisioterapis berusia 32 tahun dari Wales—yakin ada sesuatu yang salah dengan anak-anaknya meskipun dokter bersikeras bahwa dia hanya kelebihan berat badan.
Baca Juga
Pada akhirnya, insting Ridler benar. Anak laki-lakinya, Morgan, didiagnosis menderita kanker .
Advertisement
"Kami pikir kami akan kehilangan putra kami karena butuh waktu lama untuk membuatnya didiagnosis," kata Ridler dilansir dari situs New York Post .
Ia tahu bahwa anaknya yang baru berusia 2 tahun menunjukkan suatu gejala, hanya saja ia tidak tahu apa.
Berat badan balita itu mulai naik dengan cepat pada bulan April. Ia juga mengalami masalah perilaku serta menumbuhkan rambut tubuh yang berlebihan.
Selama berbulan-bulan Ridler memberi tahu bahwa Morgan hanya makan terlalu banyak, tetapi dia terus meragukan diagnosis dokter dan melakukan konsultasi pribadi.
Setelah berbulan-bulan melakukan banyak tes dan bersikeras bahwa anaknya sakit parah, dokter akhirnya menemukan penyebab sebenarnya dari perubahan tubuh Morgan yang tertekan. Yakni, ada tumor yang mendorong kelenjar adrenalnya.
Pada bulan Oktober, Morgan secara resmi didiagnosis dengan karsinoma adrenokortikal , suatu penyakit langka yang hanya dialami satu dari sejuta anak dengan harapan hidup 10 persen.
Gejala yang dialami pria yaitu pertumbuhan penis yang tidak normal atau pubertas dini seperti peningkatan pertumbuhan otot dan rambut tubuh, menurut National Cancer Institute.
Kondisi Morgan
Riddler merasa marah karena ia merasa dirinya kurang berusaha keras untuk dapat menemukan penyakit anaknya lebih dini.
"Saya khawatir itu mungkin gangguan endokrin atau gangguan hormon, tetapi saya tidak pernah berpikir itu adalah kanker," sebutnya.
Sementara itu, Morgan segera dioperasi karena tumornya telah menyebar ke paru-parunya. Massa besar yang tumbuh di tubuh Morgan menghasilkan sejumlah besar hormon kortisol dan testosteron yang menjadi alasan atas gejalanya yang tidak biasa.
"Sungguh menyakitkan harus melihatnya dalam (keadaan) sangat buruk. Dia sering sakit dan tinggal di rumah karena kondisi immunocompromised—gangguan kekebalan tubuh—akibat kemoterapi. Begitu sakit melihatnya, harus memaksanya melakukan hal-hal yang tidak ingin dia lakukan, kunjungan tak terduga ke rumah sakit."
Dia ingat putranya yang terlihat sangat lemah terbaring di tempat tidur. Ia bahkan kehilangan kemampuan untuk berjalan ketika dia terkena viral meningitis di antara ronde ketiga dan keempat kemoterapinya.
Advertisement
Takut Kehilangan
Morgan yang terbaring sakit terpaksa melewatkan pesta ulang tahun teman-temannya. Dia juga tidak bisa masuk PAUD selama satu tahun, ungkap Ridler.
"Ini juga berarti saya sering menghabiskan waktu terpisah dengan putri saya yang masih sangat kecil, yang berusia 5 bulan ketika Morgan didiagnosis," ujarnya.
Ridler mengungkapkan dirinya ketakutan akan kemungkinan kehilangan anak tercintanya.
Ia juga mengatakan bahwa latar belakang medisnya membantunya memahami kondisi Morgan. Kendati demikian, suaminya, Matthew yang berusia 32 tahun tidak mengerti akan hal itu. Matthew tidak bisa berhenti memikirkan kemungkinan terburuk yang bisa saja menimpa anaknya.
"Ketakutan bahwa kami akan kehilangan anak sulung sekaligus putra satu-satunya adalah sesuatu yang tidak dapat dia pahami tetapi tidak bisa berhenti dipikirkan," kata Ridler.
Matthew berjuang untuk berdamai dengan mimpi buruknya itu. Ia juga terus bekerja untuk membantu menghidupi keluarga karena istrinya tinggal di rumah bersama anak-anaknya. Sayangnya, ia menderita PTSD karena tidak kuat akan kenyataan mengerikan yang membayanginya.
Khawatir Kanker Kembali
Ketika Morgan remisi, Ridler mengaku merasa lega, meskipun dia berharap Morgan dapat sembuh total.
"Sungguh melegakan ketika dia remisi, meski itu tidak seperti perasaan gembira yang saya harapkan,"Â kata Ridler.
Peluang kanker Morgan kembali lagi masih besar sehingga ia harus terus menjalani pemindaian rutin untuk mengetahui sedini mungkin jika ada masalah.
Ridler berkata ia cemas jika kanker Morgan kembali, terutama karena Morgan ditemukan memiliki mutasi genetik yang membuatnya lebih rentan terhadap kanker. Kondisi langka ini disebut sindrom Li-Fraumeni. Menurut situs Cleveland Clinic, sindrom ini tidak dapat dicegah.
Semua orang yang memiliki sindrom Li-Fraumeni memiliki peluang 90 persen untuk terkena satu atau lebih jenis kanker dalam hidupnya serta 50 persen kemungkinan terkena kanker sebelum usia 30 tahun.
Selain itu, Ridler juga masih kesal karena dokter tidak memedulikan rasa khawatirnya sejak awal saat ia bilang ada sesuatu yang tidak beres dengan anaknya.
Ridler percaya jika para profesional kesehatan mau mendengarkannya sejak awal, Morgan mungkin tidak membutuhkan perawatan sebanyak yang dijalaninya saat ini.
Â
(Adelina Wahyu Martanti)
Advertisement