Sukses

WHO Beri Nama Baru untuk Cacar Monyet, Kini Disebut dengan Mpox

WHO secara resmi merekomendasikan penggunaan nama baru untuk cacar monyet. Penyakit satu ini kini bisa disebut dengan Mpox.

Liputan6.com, Jakarta Monkeypox atau cacar monyet menjadi salah satu penyakit yang muncul di beberapa negara pada tahun 2022. Kini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara resmi merekomendasikan nama baru untuk cacar monyet yang disebut dengan Mpox.

Mpox merupakan sinonim untuk cacar monyet. WHO mengungkapkan bahwa keputusan ini dibuat berdasarkan konsultasi dengan para ahli global. Monkeypox maupun Mpox pun akan digunakan secara bersamaan selama satu tahun kedepan sampai akhirnya resmi menghilang nantinya.

"Ketika wabah cacar monyet meluas pada awal tahun ini, bahasa rasis dan menstigmatisasi muncul secara daring, di tempat lain dan di beberapa komunitas yang diamati dan dilaporkan ke WHO," tulis WHO melalui keterangan pada laman resminya, Senin (28/11/2022).

"Dalam beberapa pertemuan, publik dan swasta, sejumlah individu dan negara menyuarakan keprihatinan dan meminta WHO mengusulkan cara untuk mengubah nama tersebut," sambung keterangan itu.

Menetapkan nama untuk penyakit baru maupun penyakit yang sudah ada merupakan tanggung jawab WHO dibawah Klasifikasi Penyakit Internasional (International Classification of Diseases/ICD).

Dalam hal ini, WHO sesuai dengan proses pemutakhiran ICD bertugas untuk mengadakan konsultasi. Fungsinya untuk mengumpulkan pandangan dari berbagai pakar, negara, dan masyarakat umum yang diundang untuk mengusulkan nama baru.

Berdasarkan konsultasi diskusi lebih lanjut dengan Direktur Jenderal WHO, Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, WHO merekomendasikan sebagai berikut:

  • Mpox merupakan sinonim baru dalam bahasa Inggris untuk penyakit cacar monyet.
  • Mpox merupakan istilah pilihan untuk menggantikan monkeypox setelah masa transisi satu tahun.
  • Perubahan nama berfungsi untuk mengurangi kekhawatiran para ahli tentang kebingungan yang disebabkan oleh nama tersebut.
  • Sinonim Mpox akan dimasukkan dalam ICD-10 dalam beberapa hari mendatang.
2 dari 4 halaman

Kekeliruan Soal Mpox

Setelah dinyatakan sebagai darurat kesehatan global, cacar monyet telah menginfeksi ribuan orang pada lebih dari 100 negara. Bersamaan dengan itu, tak sedikit informasi yang keliru menyebar soal penyakit ini.

Mengutip laman Everyday Health, berikut beberapa kekeliruan yang sempat muncul soal Mpox selama beberapa bulan belakangan.

1. Dianggap sebagai Penyakit Baru

Meskipun begitu banyak orang baru mendengar soal cacar monyet baru-baru ini. Namun, cacar monyet sebenarnya sudah ada sejak dahulu kala, tepatnya sejak akhir tahun 1950an.

"Kami sudah mengetahuinya sejak akhir 1950-an," kata profesor kedokteran epidemiologi di Columbia Mailman School of Public Health, New York City, Jessica Justman.

Virus cacar monyet pertama kali terdeteksi di Afrika, tempat dimana cacar monyet dijadikan tujuan penelitian. Namun, cacar monyet yang muncul saat ini dan yang dahulu kala memang memiliki perbedaan.

3 dari 4 halaman

2. Proses Penularan Mpox

Cacar monyet dianggap sama menularnya dengan COVID-19. Faktanya, cacar monyet tidak memiliki proses penularan yang sama seperti COVID-19. Sehingga kedua penyakit ini tidak setara bila dibandingkan lewat cara penularannya.

"COVID sangat menular dengan cara yang tidak bisa dilakukan cacar monyet," kata profesor kedokteran dan spesialis penyakit menular di Fakultas Kedokteran Universitas Washington, dr Shireesha Dhanireddy.

"Untuk COVID-19, Anda pergi ke acara publik, mengobrol di restoran, makan di restoran. Itu adalah paparan. Itu bukan jenis paparan yang kita bicarakan dengan cacar monyet," tambahnya. 

Peter menambahkan, meskipun penyebaran cacar monyet mungkin terjadi, itu sama sekali tidak mudah. Setidaknya, seseorang harus menghabiskan tiga hingga enam jam secara tatap muka untuk virus cacar monyet dapat menyebar lewat pernapasan.

"Meskipun ada kemungkinan untuk tertular cacar monyet dari benda yang terkontaminasi. Tapi sangat tidak mungkin tertular cacar monyet dari sesuatu seperti pegangan pintu atau peralatan olahraga," kata sarjana senior di Johns Hopkins Center for Health Security in Baltimore, Amesh A Adalja.

4 dari 4 halaman

3. Kontak dengan Pasien Mpox

Sebuah studi yang diterbitkan dalam The New England Journal of Medicine (NEJM) menemukan bahwa 95 persen kasus cacar monyet kemungkinan besar tertular virus melalui kontak seksual.

"Namun, kontak seksual tidak harus terjadi agar penyakit dapat ditularkan dari orang ke orang. Bahkan sesi ciuman atau pelukan yang lama dapat menyebabkan penularan virus," kata Amesh.

Sehingga menurutnya, keliru apabila orang berpikir cacar monyet hanya dapat menular lewat kontak seksual saja. Mengingat cacar monyet dapat menular lewat kontak kulit ke kulit dalam waktu cukup lama.

"Jika seseorang dengan cacar monyet memiliki luka di kulitnya dan kulitnya bergesekan dengan kulit orang lain, itu bisa menularkan penyakitnya. Semakin dekat kontak dan semakin lama durasi kontak, semakin besar kemungkinan penularan terjadi," kata Amesh.