Liputan6.com, Jakarta Demi mendukung Sub Pekan Imunisasi Nasional (Sub PIN) Polio, tokoh agama di Aceh diharapkan memberi edukasi seputar imunisasi Polio.
Pemberian imunisasi polio serentak dilakukan selama sepekan, yang ditargetkan kepada 95.603 anak berusia nol sampai 12 tahun di Kabupaten Pidie, Aceh pada Senin, 28 November 2022.
Baca Juga
Ketua Tim Kerja Perilaku Ibu Hamil, Anak dan Remaja, Direktorat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia Herawati menegaskan, pendekatan tokoh agama di Aceh kepada masyarakat untuk edukasi imunisasi Polio sangat penting. Hal ini lantaran tokoh agama di sana sangat dipercaya oleh masyarakat.
Advertisement
"Tokoh agama itu sangat dipercaya terutama di Aceh. Untuk daerah-daerah yang ada 'sensitif' soal imunisasi, ya kita pendekatannya harus ke mereka (tokoh agama), karena mereka yang dipercaya," tegas Hera, sapaan akrabnya kepada Health Liputan6.com usai acara 'Fight for Access Accelerator' di The Dharmawangsa Jakarta pada Selasa, 29 November 2022.
"Jadi, edukasi itu penting. Melalui khotbahnya atau komunitas-komunitas, misalnya mereka ada kumpul keagamaan, dimasukkan pesan-pesan di situ. Itu yang utama supaya edukasi."
Adanya pendekatan dari tokoh agama di Aceh agar masyarakat lebih teredukasi pentingnya imunisasi. Upaya ini dapat membuat orangtua membawa anak mereka untuk diimunisasi.
"Pendekatan melalui tokoh agama, tokoh masyarakat ya supaya mereka (orangtua) mau membawa anaknya imunisasi," terang Hera.
"Yang kita harapkan seperti itu ya, sehingga mereka teredukasi. Kenapa sih harus diimunisasi gitu kan, apa sih manfaatnya. Nah, itulah yang harus dijelaskan."
Kolaborasi dengan Tokoh Agama dan Kader
Kolaborasi menyukseskan imunisasi Polio di Aceh juga harus dilakukan, terutama edukasi kepada masyarakat.
"Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan harus berkolaborasi untuk melaksanakan imunisasi. Berbagai cara dilakukan, salah satunya dengan pendekatan tokoh agama, tokoh masyarakatnya," Herawati melanjutkan.
"Jadi tokoh-tokoh agama itu bagaimana harus melakukan edukasi, bukan hanya konten, Tetapi bagaimana cara menyampaikannya. Itu kan juga punya skill (kemampuan) tersendiri ya sehingga orang tuh yakin, Oh oke ini (imunisasi Polio) perlu gitu."
Tak hanya itu saja, kader setempat juga dapat membantu untuk memberikan edukasi imunisasi Polio. Informasi dari kader bisa menjadi penggerak buat orangtua membawa imunisasi Polio.
"Kader kan juga bisa dianggap dipercaya masyarakat itu ya. Memang peningkatan kapasitas bagi kader sangat diperlukan. Itulah kami juga enggak bisa kerja sendiri. Karena itu kita harus bekerja bergandengan tangan," imbuh Hera.
"Kita percaya kalau bersama, kita bisa. Network (jaringan), kita perluas juga bantuan dari tokoh agama dan kader. Nah, hal-hal itulah yang perlu kita gerakkan bersama-sama."
Advertisement
Lindungi Anak dari Polio
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, imunisasi Polio serentak sebagai tindak lanjut dari Kejadian Luar Biasa Polio di Kabupaten Pidie, Aceh beberapa waktu lalu.
Oleh karena itu, perlu dukungan dan peran serta semua pihak di jajaran pemerintahan dan segenap lapisan masyarakat sangat diperlukan untuk menyukseskan kegiatan tersebut.
Utamanya, dukungan dari para orangtua dengan mengajak anak-anaknya dari usia nol bulan sampai dengan 12 tahun termasuk pendatang, tanpa memandang status imunisasi sebelumnya untuk datang ke fasilitas pelayanan kesehatan atau pos imunisasi terdekat demi mendapatkan imunisasi Polio.
“Mari bersama kita lindungi anak-anak kita dari Polio dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi lainnya," pesan Maxi usai pencanangan Sub PIN di Alun-Alun Kota Sigli, Aceh pada Senin (28/11/2022).
"Ayo, bawa anak-anak kita ke Puskesmas, Posyandu maupun pos pelayanan imunisasi lainnya untuk mendapatkan imunisasi!"
Tingkatkan Kesadaran Imunisasi
Sebelumnya, 9 Oktober 2022 dilaporkan satu kasus lumpuh layuh akut pada anak usia 7 tahun di Kabupaten Pidie, Aceh. Setelah dilakukan pengambilan sampel tinja dan pemeriksaan di laboratorium diperoleh hasil Polio VDPV Tipe 2.
Dalam pernyataan resmi yang diterima Health Liputan6.com, Selasa (29/11/2022), Maxi Rein Rondonuwu menjelaskan, kondisi di atas dapat terjadi karena beberapa hal, salah satunya cakupan imunisasi di Kabupaten Pidie yang rendah.
Berdasarkan data yang diterima dari Aceh, diketahui bahwa cakupan imunisasi Polio di Aceh dan Kabupaten Pidie sangat rendah selama beberapa tahun. Rendahnya cakupan imunisasi menjadi sebuah ancaman untuk mempertahankan status bebas Polio.
Padahal, penyakit Polio adalah penyakit yang hanya dapat dicegah dengan imunisasi. Dengan demikian, pemberian imunisasi lengkap mutlak harus diberikan.
"Selain untuk melindungi anak-anak dari transmisi virus Polio, pemberian imunisasi massal diharapkan mampu meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya para orangtua akan pentingnya imunisasi untuk memastikan anak-anak terlindungi dari ancaman penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi," jelas Maxi.
Advertisement