Liputan6.com, Jakarta - Sembelit atau susah buang air besar disampaikan sebagian pengungsi gempa Cianjur, Jawa Barat. Guna mencegah agar tak kembali muncul masalah saluran pencernaan ini, dokter spesialis gizi klinik konsultan Krisadelfa Sutanto mengungkapkan ada tiga hal yang perlu dilakukan.
Berikut rinciannya:
Baca Juga
1. Perbanyak konsumsi air putih
Advertisement
"Agar BAB kembali lancar, cara paling mudah adalah memperbanyak konsumsi air sesuai rekomendasi minimal 8 gelas per hari," kata Krisadelfa ke Health Liputan6.com pada Rabu, 30 November 2022.
2. Menambah asupan kaya serat
Selain makanan kaya karbohidrat dan protein, diharapkan bisa mengonsumsi makanan lain yang kaya serat. Bisa dari sayuran hingga buah seperti jeruk dan apel. Asupan makanan kaya serat lain seperti puding dan agar-agar juga bisa dimasukkan dalam daftar makanan yang disantap.
3. Perbanyak gerak
Saat berada di tenda pengungsian kebanyakan pengungsi hanya berdiam. Hal ini bisa dimaklumi terjadi karena pengungsi belum bisa beraktivitas seperti biasa. Namun, Krisadelfa menyarankan pengungsi untuk berolahraga maupun melakukan aktivitas fisik. Selain membuat bugar juga membantu gerakan usus.
"Saat kita melakukan aktivitas/ olahraga kecil, akan juga membantu gerakan/ aktivitas usus kita sehingga membantu mengurangi sembelit," saran wanita yang sehari-hari aktif di Program Studi Spesialis Ilmu Gizi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) ini.
Sembelit, Pada Dasarnya Kurang Serat
Krisadelfa menjelaskan bahwa seseorang yang sulit buang air besar kemungkinan karena mengonsumi asupan makanan yang sedikit serat.
"Saat kita mengonsumsi jenis makanan yang sedikit serat, kemungkinan untuk sembelit akan lebih besar," katanya.
Bahan pangan yang minim serat bukan cuma mi instan. Ada beberapa bahan pangan yang minim serat seperti bihun dan nasi putih.
Bila mengonsumsi makanan tersebut tanpa ditambah sayur dan buah, memang bisa sembelit. Maka dari itu, ia menyarankan bagi pengungsi gempa Cianjur jika memang mengonsumsi mi instan disertai dengan sayuran. Jika akses sayuran sulit didapat, bisa menambah asupan buah.
Bagi yang suka makan mi, Krisadelfa mengatakan dapat dicarikan alternatif jenis mi yang bukan berasal dari tepung terigu. Melainkan dari tepung gandum yang lebih tinggi kandungan seratnya, sarannya.
Advertisement
Makan Tidak Teratur dan Gizi Tidak Seimbang
Tim Medis PT Pertamina Bina Medika Indonesia Healthcare Corporation (IHC) yang bertugas di posko di sana menjumpai beberapa gangguan kesehatan masyarakat dengan kondisi sarana dan prasarana yang minim di pengungsian.
Pada lansia, selain mengeluh pegal dan linu, banyak juga yang mengeluhkan nyeri lambung karena pola makan yang tidak teratur serta asupan gizi yang kurang baik.
Dokter Yan Fernandez Sembiring Sp.EM dari RS PELNI yang menjadi bagian Tim Medis IHC menyampaikan dari segi kesehatan warga di pengungsian memerlukan perhatian khusus mengingat setiap orang memiliki keluhan yang berbeda. Saat itulah penting bagi tim medis untuk memahami kondisi pasien ketika melakukan penanganan di posko pelayanan kesehatan setempat.
“Kami menemukan beberapa kasus seperti bayi dengan pneumonia berat dan korban bencana dengan luka yang tidak terawat. Sangat penting bagi kami menentukan apakah korban masih dapat ditangani di posko pelayanan kesehatan setempat atau perlu dirujuk ke rumah sakit terdekat” kata Yan dalam keterangan tertulis yang diterima Health-Liputan6.com.
Tak hanya lansia, anak-anak di pengungsian mulai mengalami diare dikarenakan faktor kebersihan yang minim, serta demam karena pola tidur dan gizi yang kurang seimbang.