Sukses

Persentase Vaksinasi COVID-19 Rendah, Dokter Ingatkan Pentingnya Booster

Banyak masyarakat Indonesia yang belum mendapatkan dosis booster vaksinasi COVID-19 yang pertama. Padahal, penting untuk segera mendapatkannya.

Liputan6.com, Jakarta - Setelah menyasar tenaga kesehatan, kini Indonesia telah mulai pemberian dosis booster kedua vaksinasi COVID-19 pada kelompok lanjut usia (lansia). Populasi tersebut termasuk dalam kelompok rentan jika terinfeksi. 

Vaksinolog dr. Dirga Sakti Rambe, M. Sc, Sp.PD mengatakan, vaksinasi COVID-19—baik vaksinasi primer maupun booster—penting untuk mengurangi risiko keparahan hingga kematian akibat inveksi virus SARS-CoV-2.

"Saat orang sudah divaksinasi maka dia akan punya antibodi atau kekebalan terhadap COVID-19," tutur  Dirga  dalam Virtual Class Liputan 6 bertajuk "Lonjakan Kasus COVID-19 Mengancam, Saatnya Vaksin Booster Kedua?" pada Rabu (30/11/2022).

"Artinya, setelah itu kalau kemudian dia terpapar, dia terinfeksi, dia memang masih bisa sakit, masih bisa positif COVID walaupun sudah vaksinasi, tetapi tadi karena sudah punya antibodi maka sakitnya akan ringan, gejalanya ringan, ya, tidak sakit berat apalagi sampai dengan kematian."

Menurut penelitian, sekitar 6 bulan setelah vaksinasi, antibodi akan menurun. Maksud menurun di sini bukan berarti tidak memiliki antibodi sama sekali, melainkan berkurang. Inilah mengapa perlu dilakukan vaksinasi ulang dalam bentuk booster. Booster yang diberikan akan meningkatkan antibodi yang sudah turun sehingga tubuh tetap terlindungi.

Meskipun demikian, Dirga membeberkan bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang belum mendapatkan vaksinasi primer dosis lengkap.

"Situasi itu sekarang di Indonesia itu bahkan untuk vaksinasi lengkap, ya, untuk 2 kali vaksinasi itu belum 70 persen penduduk. Ini masih di bawah standar WHO," ungkapnya.

2 dari 4 halaman

Vaksinasi Harus Runtut

Dirga mengajak masyarakat yang belum vaksinasi untuk segera melakukan dan melengkapinya. Dia mengimbau agar masyarakat lebih dulu melengkapi vaksinasi primer dosis pertama dan kedua. Jika sudah, maka dapat dilanjutkan dengan booster pertama dan kedua sesuai dengan waktu yang ditetapkan.

Perlu diingat bahwa vaksinasi harus dilakukan secara runtut. Individu tidak bisa melompati salah satu dosis, misalnya belum booster pertama tetapi langsung booster kedua.

"Enggak bisa, ya, vaksinasi itu mesti runtut. Jadi, suntikan ketiga dulu—booster pertama, baru booster kedua," ujar Dirga.

Meski Pemerintah sudah mulai menyuntikkan booster kedua, hingga saat ini, masih banyak masyarakat yang belum mendapatkan dosis booster pertama. Dirga mengungkapkan baru 28 persen penduduk yang sudah mendapatkannya.

"Jadi masih kecil sekali cakupannya," katanya.

Selain itu, ia juga mengatakan bahwa pada 84 persen kasus kematian yang disebabkan oleh COVID-19 pada gelombang kali ini belum mendapat vaksinasi booster. Melihat tingginya persentase tersebut, tentu menjelaskan alasan pentingnya segera mendapatkan vaksinasi booster.

3 dari 4 halaman

Gejala Sulit Dideteksi

Lonjakan yang terjadi dalam 8 hingga 9 pekan terakhir ini disebabkan oleh varian baru yang masuk ke Indonesia yaitu BQ.1 dan XBB yang masih termasuk dalam keluarga Omicron.

Omicron sendiri dikenal akan gejalanya yang lebih ringan jika dibandingkan varian lain seperti Delta. Hal ini menyebabkan sulitnya mendeteksi perbedaan antara gejala COVID-19 dengan batuk dan flu biasa.

Yang menjadi masalah yaitu masih banyak masyarakat yang kurang aware akan hal ini. Ada orang-orang yang cenderung menganggap batuk atau demam yang dialami merupakan sakit biasa dan bukan pertanda COVID-19. Terlebih, vaksinasi juga membuat gejala yang dialami semakin ringan yang membuatnya semakin sulit untuk dideteksi.

Oleh karena itu, hindari bepergian apabila Anda mengalami gejala yang menyerupai COVID-19. "Yang batuk, pilek, sakit tenggorokan mesti sadar diri, jadi jangan kemana-mana dulu, jangan nularin ke orang lain," ucap Dirga.

Sebaliknya, ketika melihat bahwa ada orang di sekeliling Anda yang sedang batuk atau pilek, maka hindari dan jangan dekat-dekat. Ini karena Anda tidak akan pernah tahu apakah orang tersebut terjangkit COVID-19 atau tidak sebelum ia melakukan swab.

4 dari 4 halaman

Patuhi Protokol Kesehatan serta Keterampilan Memilah informasi

Dalam menghadapi pandemi yang sudah berlangsung selama 2 tahun lebih ini, Anda harus lebih bijak dalam bersikap.

"Apapun aktivitas kita, satu tetap, ya, protokol kesehatan, itu masker terutama di ruang tertutup, di tempat-tempat ramai tetap harus digunakan," ujar Dirga.

Selanjutnya, bagi yang belum melakukan vaksinasi, maka segera lakukanlah guna meningkatkan antibodi. Stok vaksin di Indonesia juga mencukupi, yang berarti tidak ada alasan lagi untuk menunda-nunda mendapatkan vaksinasi.

"Vaksinasi itu bukan supaya kita bisa masuk ke mall, vaksinasi itu bukan supaya kita bisa naik pesawat naik kereta, bukan. Vaksinasi itu untuk melindungi kita dari kena COVID yang berat, dari kematian karena COVID. Vaksinasi itu untuk kita sendiri sebenarnya," Dirga mengingatkan.

Selain itu, wajib hukumnya untuk mencari dan menyebarkan informasi yang benar. Sebab, seperti yang dikatakan Dirga, situasi saat ini selain pandemi yaitu infodemic.

Dirga memperingatkan bahwa COVID-19 sangat dipengaruhi oleh hoax. Berita bohong yang tersebar melalui media sosial dapat menimbulkan lonjakan kasus. Oleh karena itu, jangan asal percaya dengan berita yang diperoleh, cek kebenarannya terlebih dahulu sebelum menyebarkannya ke orang lain.

 

(Adelina Wahyu Martanti)