Liputan6.com, Jakarta Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengatakan bahwa salah satu upaya transformasi kesehatan yakni transformasi kesehatan sekunder sudah terlaksana secara konkret.
Hal ini ditandai dengan berhasilnya pemasangan Percutaneous Coronary Intervention (PCI) atau ring jantung di RSUP Dr. Johannes Leimena, Ambon, Maluku. Di rumah sakit tersebut dibuka pula secara perdana cathlab atau laboratorium kateterisasi jantung.
Baca Juga
“Kita tahu angka kematian akibat penyakit jantung adalah salah satu yang paling tinggi di dunia dan di Indonesia yang menyebabkan angka pembiayaannya juga paling tinggi untuk cover Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) di Indonesia,” kata Dante dalam konferensi pers daring, Jumat (2/12/2022).
Advertisement
Tindakan PCI memang harus dilakukan segera dengan aksesibilitas yang lebih baik, lanjut Dante. Selama ini, salah satu hal yang menjadi kendala dalam menekan angka kematian akibat penyakit jantung adalah tindakan intervensi (kateterisasi jantung) yang masih terbatas. Bahkan, pasien penyakit katastropik jantung ini harus menunggu waktu layanan sekitar satu tahun untuk dipasang ring.
Untuk itu, Kementerian Kesehatan menunjuk Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita sebagai rumah sakit pengampu nasional dalam upaya intervensi penyakit jantung.
Pelayanan ini akan dibagi menjadi tiga pelayanan utama, yakni strata madya, utama, dan paripurna.
“Rumah sakit strata madya adalah rumah sakit yang mampu melakukan intervensi, kegiatan untuk melakukan pemasangan ring jantung. Dan, kami targetkan seluruh ibu kota kabupaten punya minimal satu rumah sakit madya yang bisa melakukan intervensi jantung PCI.”
Di RS Strata Utama
Sedangkan, rumah sakit strata utama diharapkan mampu melakukan bedah jantung terbuka.
“Bedah jantung terbuka ini diperuntukkan kasus-kasus yang lebih berat dan tidak bisa lagi ditangani dengan metode pemasangan ring. Dan ini kita targetkan di semua provinsi di Indonesia mampu mempunyai satu rumah sakit strata utama.”
Selanjutnya, pada rumah sakit strata paripurna maka segala jenis pelayanan jantung harus bisa dilakukan.
“Yang paripurna ini tentu mampu melakukan seluruh tindakan intervensi jantung yang nanti akan diampu oleh Rumah Sakit Jantung Harapan Kita.”
Program ini akan terus berjalan dan dengan intervensi ini maka kegiatan yang dilakukan dapat terintegrasi, terukur, dan terencana. Sehingga semua rencana untuk membangun rumah sakit madya, utama, dan paripurna di seluruh Indonesia dapat berjalan dengan lancar.
“Terima kasih kepada Rumah Sakit Jantung Harapan Kita yang hari ini sudah mampu menjalankan tindakan invasif di RSUP Dr. Johannes Leimena yang akan menjadi salah satu rumah sakit madya, bahkan mungkin nanti menjadi utama di tahun 2023-2024 dan mampu melakukan bedah jantung terbuka.”
Advertisement
Intervensi Pertama di Maluku
Dalam kesempatan yang sama, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dari Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Hananto Andriantoro mengatakan bahwa hari ini, pihaknya melakukan pelayanan intervensi pertama di Provinsi Maluku. Tepatnya di RSUP Dr. Johannes Leimena.
“RSUP Dr. Johannes Leimena adalah provinsi ke-28 di Indonesia yang telah melakukan tindakan intervensi dan pemasangan ring pada penyakit jantung koroner,” kata Hananto.
“Masih ada 5 provinsi lagi yang nanti akan kita kejar agar bisa melakukan pelayanan intervensi pemasangan ring. Yaitu Kalimantan Utara, Nusa Tenggara Timur, Papua Barat, Maluku Utara, dan Sulawesi Barat.”
Untuk mampu melakukan intervensi jantung, maka rumah sakit juga harus memiliki dokter intervensi dan perawat intervensi. Dokter dan perawat ini pun diberi beasiswa pendidikan soal tindakan intervensi dan pemasangan ring.
Sebaran Cathlab
Hananto menambahkan, saat ini ada 267 rumah sakit kabupaten/kota dan yang sudah memiliki alat kateterisasi jantung dan laboratoriumnya (cathlab) jumlahnya masih sedikit yakni 41 rumah sakit kabupaten/kota.
“Yang sudah ada alat kateterisasi yang pasti adalah 41 rumah sakit kabupaten/kota. Kami tidak menghitung rumah sakit provinsi maupun rumah sakit vertikal, ini murni rumah sakit kabupaten/kota.”
Di tahun 2023, akan ada lagi dana alokasi khusus untuk cathlab di 14 rumah sakit kabupaten/kota. Sehingga, di akhir 2023 akan ada 55 rumah sakit kabupaten/kota yang memiliki cathlab.
“Ini masih 15,1 persen (dari 267 RS). Targetnya memang semua rumah sakit kabupaten/kota memiliki laboratorium kateterisasi jantung, tapi untuk cathlab ada persyaratannya. Ukuran bangunan, panjang, lebar, tinggi, dan jarak antara cathlab dengan instalasi gawat darurat (IGD).”
“Masih banyak RS yang belum memenuhi kriteria bangunan, jadi alat cathlab akan kita berikan jika sudah memenuhi kriteria bangunan,” katanya.
Advertisement