Liputan6.com, Jakarta - Berbicara bullying atau perundungan di sekolah, ternyata bukan cuma siswa yang menjadi pelakunya. Bisa juga guru yang melakukan hal tersebut seperti disampaikan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA).
"Bukan hanya terjadi sesama siswa tapi dapat juga terjadi pada para pendidik dan tenaga kependidikan," ujar Plt Asisten Deputi Pemenuhan Hak Anak atas Kesehatan dan Pendidikan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) Anggin Nuzula Rahma.
Baca Juga
Anggin Nuzula Rahma menuturkan guru yang melakukan bullying kerap dengan dalih agar anak disiplin.
Advertisement
"Tidak sedikit guru yang melakukan kekerasan dengan tujuan pendisiplinan. Ada oknum guru berdalih mendisiplinkan anak-anak yang menggunakan cara-cara kekerasan termasuk melakukan bullying," kata Anggin Nuzula Rahma mengutip Antara.
KemenPPPA memandang bahwa kasus bullying di Indonesia sangat memprihatinkan dan perlu upaya yang holistik dan integratif dalam pencegahan bullying.
Anggin Nuzula Rahma menuturkan upaya untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas, bukan hanya tanggung jawab guru semata sebagai pendidik.
Seluruh pihak seperti orangtua sebagai pendidik utama, pemerintah, dunia usaha, lembaga masyarakat, media, dan masyarakat bisa bekerja sama dalam membangun pendidikan berkualitas.
Dampak Bullying pada Korban
Merujuk data yang dilakukan ilmuwan Finlandia, mereka yang pernah dan sering menjadi korban bullying saat umur delapan tahun lebih rentan terserang gangguan kejiwaan saat mereka dewasa.
Riset ini dilakukan dengan menganalisis kejiwaan sebanyak 5.000 pasien berusia 16 hingga 29 tahun, setelah sempat tercatat menjadi korban kasus penindasan atau bullying ketika masih kecil seperti mengutip Live Science.
Riset tersebut juga mengungkap fakta bahwa gangguan jiwa pada sebagian besar dari 5.000 korban bullying ini dinilai cukup serius sehingga banyak dari mereka membutuhkan perawatan medis sekaligus pelatihan mental khusus dalam upaya penyembuhannya.
Selain itu, mereka yang ditindas saat usia 8 tahun juga sangat rentan terserang depresi ketika proses beranjak dewasa.
Advertisement