Liputan6.com, Jakarta - Ilmuwan Prancis khawatir akan munculnya pandemi lainnya setelah menghidupkan kembali "virus zombie" yang telah terjebak di bawah danau beku Rusia selama 50.000 tahun.
Penelitian baru ini dipimpin oleh mikrobiolog Jean-Marie Alempic dari French National Centre for Scientific Research.
Baca Juga
Manfaat Kunyit untuk Mengobati Apa Saja? Ini 5 Keajaiban Kesehatannya yang Tak Terduga!
Sekilas Profil Anas Khalid, Kakak Aisar Khaled yang Ramai Dirumorkan Dekat dengan Violenzia Jeanette
Jelang Laga Timnas Indonesia vs Filipina di Piala AFF 2024: Marselino Kembali hingga Duet Hokky dan Struick yang Siap Cetak Gol
"Situasinya akan menjadi lebih berbahaya pada kasus penyakit pada manusia, tumbuhan, atau hewan yang disebabkan oleh pembangkitan virus purba yang tidak diketahui," tulis studi "viral" tersebut seperti yang dikutip dari New York Post.
Advertisement
Menurut studi sebelumnya, pemanasan global menyebabkan sebagian luar lapisan es—tanah beku permanen yang menutupi seperempat belahan bumi utara—mencair. Ini menyebabkan pelepasan bahan organik yang telah beku selama 1 juta tahun—termasuk patogen yang berpotensi bahaya.
"Sebagian bahan organik ini terdiri dari mikroba seluler, (prokariota dan uniseluler eukariota) serta virus yang tertidur sejak zaman prasejarah," tulis ilmuwan tersebut.
Sebelumnya, yang tertua—dijuluki Pandoravirus yedoma—berusia 48.500 tahun, mencetak rekor virus beku tertua yang dapat kembali ke keadaan di mana ia berpotensi menginfeksi organisme lain.
Profesor Aix-Marseille University sekaligus rekan penulis studi Jean-Michel Claverie memperingatkan tenaga kesehatan mengenai update signifikan virus "hidup" di lapisan es sejak studi 2014 dan 2015, menurut situs the Sun.
Salah jika menganggap bahwa kejadian ini langka dan "virus zombie" bukanlah ancaman kesehatan masyarakat, tulis ilmuwan tersebut dalam temuannya.
Untuk mempelajari organisme yang terbangun ini, para ilmuwan mungkin telah menghidupkan kembali apa yang disebut sebagai "virus zombie" dari lapisan es Siberia.
Dapat Menular
Setelah mempelajari kultur hidup, ilmuwan menemukan bahwa semua "virus zombie" berpotensi menular, yang mengakibatkan munculnya ancaman kesehatan.
Mereka menunjukkan bahwa dunia akan merasakan pandemi semacam COVID-19 di masa depan yang disebabkan oleh lapisan es yang mencair tanpa henti yang terus melepaskan virus yang telah lama tertidur.
"Oleh sebab itu, tidak ada salahnya untuk memikirkan risiko partikel viral purba menular yang kembali ke peredaran karena pencairan lapisan es purba," tulisnya.
Sayangnya, ini merupakan lingkaran setan sebab bahan organik yang lepas karena pencairan lapisan es terurai menjadi karbon dioksida dan metana, yang kemudian meningkatkan efek rumah kaca serta mempercepat proses pencairan.
Virus ini tampaknya hanyalah ujung gunung es epidemiologis karena kemungkinan ada lebih banyak virus hibernasi yang belum ditemukan.
"Jika penulis benar-benar mengisolasi virus hidup dari lapisan es purba, ada kemungkinan bahwa bahkan virus mamalia yang lebih kecil dan sederhana juga dapat bertahan hidup (meskipun) beku selama ribuan tahun, ujar virolog University of California Eric Delwart kepada New Scientist.
Advertisement
Cacing Zombie
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan tingkat penularan virus yang tidak diketahui ini ketika terpapar berbagai faktor, seperti panas, oksigen, cahaya, dan faktor lingkungan luar lainnya.
Meskipun demikian, ini bukanlah kali pertama organisme yang telah lama tertidur dihidupkan kembali dari tidurnya. Pada Juni 2021, ilmuwan Rusia menghidupkan kembali cacing "zombie" yang beku selama 24.000 tahun di kutub utara.
Binatang mikroskopis multiseluler—yang disebut bdelloid rotifers—ini menghuni lingkungan air tawar selama 50 juta tahun.
Studi lainnya tentang rotifera menunjukkan bahwa binatang tersebut dapat dihidupkan kembali meski telah 10 tahun berada di dalam es. Kendati demikian, studi baru di jurnal Current Biology on Monday mengonfirmasi bahwa makhluk pandai ini bahkan masih memiliki potensi untuk bertahan hidup jutaan tahun lagi.
Selain itu, ilmuwan juga mencatat bahwa binatang yang bereproduksi secara aseksual ini tidak memiliki masalah untuk melakukan kloning setelah mereka hidup kembali.
Cryptobiosis
Hal yang tampaknya tidak mungkin bisa saja terjadi untuk beberapa spesies berkat cryptobiosis—yang merujuk pada metabolisme lambat atau tersembunyi.
Seorang ilmuwan di Institute of Physicochemical and Biological Problems in Soil Science di Pushchino, Rusia Stats Malavin menjelaskan bahwa binatang ini dapat menghentikan metabolismenya dan mengakumulasi senyawa khusus seperti protein chaperons yang membantunya pulih dari cryptobiosis ketika kondisinya membaik.
Proses resusitasi ini sederhana. "Kami meletakkan lapisan es ke hidangan Petri berisi wadah yang sesuai dan menunggu hingga organisme yang hidup bangun dari tidurnya, mulai bergerak dan berkembang biak," tutur Malavin.
Meski penemuan ini penting bagi cryobiology—yaitu studi tentang bagaimana organisme hidup dalam temperatur yang sangat rendah—Malavin mengatakan bahwa perjalanan manusia masih panjang untuk dapat melakukan hal menakjubkan ini.
"Semakin kompleks organisme tersebut, semakin sulit untuk membekukannya hidup-hidup," tegasnya. "Bagi mamalia, saat ini tidak mungkin."
Â
(Adelina Wahyu Martanti)
Advertisement