Liputan6.com, Jakarta - Banyak pasangan merasa lebih nyaman tidur terpisah dari satu sama lain. Tidur terpisah ini sering disebut sebagai "sleep divorce". Ini merupakan adalah hal yang banyak dilakukan pasangan dalam hubungannya, menurut seorang psikolog klinis berlisensi dan direktur kesehatan tidur di Sleepopolis Dr. Shelby Harris.
Meski divorce berarti perceraian, tindakan ini tidak melibatkan pergi ke pengadilan atau sesuatu yang ekstrem. Pasangan yang mengikuti praktik ini hanya memilih untuk tidur di kamar atau tempat tidur yang berbeda untuk memperoleh tidur yang lebih berkualitas.
Baca Juga
"Sleep divorce adalah ketika pasangan memutuskan untuk tidur di tempat tidur terpisah atau kamar terpisah karena perbedaan pola tidur, kebiasaan, dan preferensi yang mengganggu kualitas tidur mereka," ujar Harris kepada Bustle.
Advertisement
"Data survei menunjukkan bahwa itu cukup umum, dengan perkiraan setidaknya satu dari empat pasangan tidur terpisah beberapa kali sebulan," tambah terapis pernikahan dan keluarga berlisensi dan terapis seks bersertifikat Shadeen Francis.
Dia juga mengatakan, karena stigma mengenai pengaturan tidur non-tradisional, banyak pasangan tidak mau terbuka tentang hal ini.
Alasan beberapa pasangan memilih sleep divorce seringkali bersifat pribadi, tetapi ada alasan lain di balik pengaturan praktis ini.
"Seringkali, pasangan memilih sleep divorce karena kualitas tidur salah satu atau kedua pasangan hancur," ujar Harris.
"Pilihan ini paling sering dibuat karena perbedaan pola tidur, kebiasaan, dan preferensi atau dengkuran yang mengganggu dari salah satu atau kedua pasangan."
Berdampak Positif
Meski tampak sepele, tetapi kebiasaan tidur Anda dan pasangan dapat memengaruhi ketegangan di rumah. Jika salah satu pasangan hobi begadang sementara yang lainnya adalah morning person, jadwal tidur yang tidak sesuai itu berpotensi menyebabkan masalah dari waktu ke waktu.
"Kita perlu istirahat untuk bertahan hidup dan hidup dengan baik, dan hubungan kita tidak perlu menjadi penghalang untuk itu," jelas Francis. Menurut Francis, lebih baik tidur terpisah dan bahagia daripada tidur bersama tapi sengsara.
Selain itu, pekerja sosial klinis berlisensi Laura J. Brito mengatakan bahwa pengaturan tersebut juga memiliki manfaat emosional jangka panjang.
Banyak pasangan mengungkapkan bahwa tidur di tempat tidur terpisah merupakan cara yang efektif untuk mengakomodasi masalah kesehatan seperti sleep apnea, mengatasi jadwal kerja dan siklus tidur yang berbeda, atau menumbuhkan rasa kemandirian dalam hubungan jangka panjang, katanya.
Jika Anda, pasangan atau bahkan keduanya cenderung kodependen, melalui beberapa malam dalam sebulan dengan tidur terpisah dapat dijadikan alternatif untuk menyembuhkan masalah tersebut.
Advertisement
Efek Sleep Divorce terhadap Hubungan
Seperti halnya perubahan besar dalam suatu hubungan, memilih untuk tidur di ruang terpisah dari pasangan bisa menyebabkan pro dan kontra.
Luangkan waktu untuk memikirkan apa yang menyebabkan Anda memutuskannya dan apa yang Anda berdua inginkan dari keputusan tersebut, saran Brito. Ini penting dilakukan untuk mengetahui bahwa keputusan tersebut tepat untuk Anda dan pasangan.
"Sleep divorce sebenarnya dapat memberi dampak positif pada suatu hubungan jika Anda berdua mau membahas secara spesifik bagaimana hal itu dapat membantu hubungan yang dijalani, berapa lama Anda berniat untuk menerapkan pengaturan ini, dan alternatif yang dapat dilakukan untuk membangun koneksi dan keintiman selain dengan berbagi tempat tidur," katanya.
Di sisi lain, penting juga untuk memastikan bahwa tujuan di balik penerapan pengaturan baru ini adalah untuk membantu hubungan, dan bukan untuk menghukum atau menyakiti satu sama lain.
"Sleep divorce dapat memperparah jarak yang sudah ada dalam suatu hubungan," ucap Brito.
Misalnya, pasangan pergi ke ruang terpisah untuk menghindari konfrontasi atau untuk menghukum pasangannya setelah bertengkar, jelasnya.
Diskusikan Terlebih Dahulu
Ketika ini terjadi, Francis menjelaskan bahwa alih-alih menguntungkan kedua belah pihak, menjaga kesehatan tidur keduanya, serta hubungan secara keseluruhan, sleep divorce dapat benar-benar terlihat seperti 'divorce'.
"Sangat penting agar pasangan membuat keputusan bersama,"Â terang Harris.
"Saya juga suka menekankan bahwa cara ideal untuk melakukan ini adalah memastikan bahwa kedua pasangan memiliki lingkungan tidur yang nyaman ketika mereka memutuskan untuk tidur secara terpisah—jika tidak, (kualitas) tidur yang buruk dan kebencian dapat mengambil alih."
Jika Anda berada di kamar tidur terpisah, mengatur ruang itu sesuai keinginan masing-masing dapat menciptakan lebih banyak perasaan positif dan damai.
Yang paling penting, Francis mengatakan bahwa sleep divorce dapat berhasil jika pasangan benar-benar meluangkan waktu dan pemikiran yang diperlukan untuk menjadikannya pengaturan yang positif—terutama ketika tujuannya adalah untuk memperdalam cinta dan kepuasan dalam hubungan.
Hal ini karena kualitas tidur yang buruk berkaitan dengan frustrasi dan perasaan mudah marah, kurangnya kesabaran, dan perhatian yang menurun. Ini merupakan perpaduan sempurna untuk menciptakan konflik dalam hubungan. Sebaliknya, sleep divorce dengan tujuan yang baik dapat berdampak baik bagi hubungan.
Â
(Adelina Wahyu Martanti)
Advertisement