Sukses

Mayoritas Kasus Kematian RI Bisa Dicegah dengan Inovasi dan Transformasi Ristek Kesehatan

Sebagian besar kematian yang terjadi di Indonesia merupakan kasus yang dapat dicegah. Pada bayi, 96,8 persen dari total kematian disebabkan oleh neonatal disorder.

Liputan6.com, Jakarta Sebagian besar kematian yang terjadi di Indonesia merupakan kasus yang dapat dicegah. Pada bayi, 96,8 persen dari total kematian disebabkan oleh neonatal disorder.

Hal ini disampaikan Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia Dante Saksono Harbuwono melalui keterangan video dalam Roche Innovation Day, Sabtu (10/12/2022).

Pada anak-anak, 76,4 persen kematian juga disebabkan oleh neonatal disorder. Sedangkan, pada remaja kasus kematian kebanyakan (63,9 persen) disebabkan cedera transportasi. Pada dewasa, 72,6 persen kematian disebabkan kanker dan pada lanjut usia (lansia) kematian terbanyak (73,5 persen) disebabkan stroke.

“Dan, kematian-kematian tersebut, terutama pada dewasa dan lansia, seperti stroke, kanker, jantung, dan penyakit degeneratif merupakan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dan dapat diturunkan dengan menggunakan inovasi, transformasi riset, dan teknologi,” kata Dante.

Dante menambahkan, Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian tertinggi. Total kematian akibat PTM adalah 834.312 per tahun dengan rincian penyakit sebagai berikut:

- Stroke 331.349

- Penyakit jantung koroner 245.343

- Penyakit jantung hipertensi 50.620

- Kanker 207.000.

PTM juga berdampak pada pembiayaan kesehatan yang besar, antara lain adalah penyakit jantung. Pemasangan ring yang banyak, operasi jantung terbuka itu menjadi masalah pembiayaan yang menelan biaya kesehatan nasional yang paling tinggi di Indonesia,” ujar Dante.

2 dari 4 halaman

Butuh Inovasi Pelayanan Kesehatan

Inovasi dalam pelayanan kesehatan dibutuhkan untuk menekan masalah kesehatan. Ini sesuai dengan tujuan transformasi sistem kesehatan yang terdiri dari enam pilar.

Khususnya pada transformasi layanan primer, transformasi sistem ketahanan kesehatan, serta transformasi teknologi kesehatan.

Dalam pilar pertama yakni transformasi primer, ada makna bahwa semua orang harus memiliki akses yang mudah ke layanan primer. Seperti imunisasi, konsultasi dokter umum, pemeriksaan kesehatan, dan edukasi masyarakat soal pola hidup sehat.

Pencegahan penyakit tidak menular dan menular juga bisa dilakukan dengan skrining. Ada 14 jenis skrining di layanan primer yang dapat diakses. Skrining-skrining tersebut adalah:

- Hipotiroid kongenital

- Thalasemia

- Anemia

- Stroke

- Serangan jantung

- Hipertensi

- Penyakit paru obstruksi kronik

- Tuberkulosis

- Kanker paru

- Hepatitis

- Diabetes

- Kanker payudara

- Kanker serviks

- Kanker usus.

3 dari 4 halaman

Pencegahan Lainnya

Selain skrining, pencegahan penyakit tidak menular dan menular juga dapat dilakukan dengan imunisasi rutin dari 11 menjadi 14 jenis vaksin.

Vaksin-vaksin tersebut adalah:

- BCG untuk cegah tuberkulosis

- DPT-Hib untuk mencegah difteri, tetanus, pertusis serta bakteri haemophilus influenzae tipe B

 - Hep B untuk mencegah hepatitis B

- MMR/MR untuk mencegah campak, rubella, dan gondongan

- OPV-IPV untuk mencegah polio

- IT/DT/tD untuk mencegah tetanus, difteri, dan pertusis

- JE untuk mencegah penyakit Japanese Encephalitis (JE) atau adalah radang otak akibat infeksi virus yang ditularkan oleh nyamuk culex

- HPV untuk mencegah human papillomavirus (HVP)

- PCV untuk mencegah mencegah penyakit akibat infeksi bakteri streptococcus pneumoniae atau kuman pneumokokus

- Vaksin Rotavirus untuk mencegah infeksi rotavirus yang bisa menyebabkan muntaber.

Kanker serviks merupakan satu-satunya kanker yang bisa dicegah dengan imunisasi HPV. Pneumonia dan diare merupakan 2 dari 5 penyebab tertinggi kematian balita di Indonesia yang dapat dicegah dengan imunisasi (PCV dan Rotavirus).

4 dari 4 halaman

Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak

Peningkatan kesehatan ibu dan anak juga merupakan upaya mencegah kematian dari tingkat layanan primer.

Hal ini bisa dilakukan dengan pemantauan tumbuh kembang anak di Posyandu dengan alat antropometri atau pengukur tubuh terstandar.

Pemeriksaan kehamilan juga dikembangkan dari 4 kali dalam masa kehamilan menjadi 6 kali. Termasuk 2 kali USG dengan dokter pada trimester 1 dan 3.

“USG ini kita sebarkan ke seluruh puskesmas di Indonesia sehingga pemeriksaan bayi di puskesmas dilakukan dengan menggunakan alat USG.”

Skrining dan berbagai pencegahan kematian tersebut perlu didukung dengan laboratorium kesehatan masyarakat yang dikembangkan dalam berbagai tingkatan, khususnya di puskesmas.

“Layanan kesehatan mulai dari puskesmas, kabupaten/kota, provinsi, regional, dan nasional itu punya tanggung jawab sendiri-sendiri untuk infrastruktur laboratorium dan jenis pemeriksaan menggunakan teknologi yang masing-masing secara berjenjang semakin meningkat.”

Dari mulai yang sederhana menggunakan rapid diagnosis di puskesmas sampai yang paling canggih menggunakan genome sequencing di tingkat nasional.