Liputan6.com, Jakarta Laporan baru yang dirilis United Nations Children's Fund (UNICEF) menunjukkan bahwa COVID-19 masih memberi dampak pada berbagai sektor termasuk pendidikan.
Laporan kolaborasi United Nations Development Program (UNDP), Australia-Indonesia Partnership for Economic Development (PROSPERA), dan SMERU Research menunjukkan kesulitan yang masih dialami para pelajar.
Baca Juga
Sebanyak 75 persen anak-anak yang disurvei masih mengalami kesulitan untuk belajar karena kendala jaringan internet dan alat yang belum merata di seluruh negeri. Dua per tiga dari anak-anak tetap belajar dari rumah, sementara sepertiganya sudah kembali ke sistem pembelajaran tatap muka di sekolah.
Advertisement
“COVID-19 menciptakan tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi anak-anak dan pengasuhnya di seluruh Indonesia,” kata Perwakilan UNICEF Indonesia Maniza Zaman, Kamis 15 Desember 2022.
“Laporan ini menggarisbawahi pentingnya meningkatkan sistem perlindungan sosial, mengatasi krisis pembelajaran dan memastikan anak-anak penyandang disabilitas tidak tertinggal saat negara pulih dari COVID-19 dan menghadapi dampak krisis global,” tambahnya.
Penyelesaian masalah pendidikan merupakan salah satu kunci bagi Indonesia untuk mencapai visi jangka panjangnya menjadi salah satu dari 10 ekonomi terbesar dunia pada 2030.
Untuk mencapai status negara berpenghasilan tinggi, maka perlu ada pengurangan semua bentuk kemiskinan hingga mendekati nol.
Namun, sebagian komunitas masyarakat masih berisiko jatuh lebih jauh ke dalam jurang kemiskinan setelah pandemi COVID-19. Mereka juga dibayangi ketidakpastian ekonomi.
Komunitas yang rentan mengalami hal ini adalah rumah tangga dengan anak-anak dan keluarga dengan anggota disabilitas.
Tingkat Kemiskinan Turun
Laporan juga menunjukkan, tingkat kemiskinan turun dari 10,14 persen pada Maret 2021 menjadi 9,54 persen pada Maret 2022. Masih ada kebutuhan mendesak untuk penanganan kesejahteraan kelompok rentan yang paling menderita akibat dampak COVID-19 agar mencapai pemulihan inklusif.
Di sisi lain, survei menyoroti pentingnya akses terhadap vaksinasi COVID-19. Terutama bagi rumah tangga yang beranggotakan anak-anak dan kelompok rentan.
Tingginya angka vaksinasi dan ketaatan terhadap kebijakan pembatasan sosial (PPKM) dianggap menjadi faktor penting untuk memacu pemulihan ekonomi.
“Pada tahun 2021, pemerintah menggelontorkan bantuan sebesar Rp 153,4 triliun sebagai salah satu langkah Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) untuk menanggulangi dampak pelemahan perekonomian dan kesejahteraan sosial, termasuk di tingkat rumah tangga,” kata Staf Ahli Bidang Pengeluaran Negara, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Made Arya Wijaya dalam kesempatan yang sama.
“Bantuan ini membuat ekonomi domestik pada kuartal III tahun ini terdongkrak. Daya beli sektor rumah tangga harus kita jaga di tahun 2023, sebagai akibat dari situasi pandemi yang tidak menentu dan krisis dunia,” tambah Made.
Advertisement
Semakin Kuat di 2022
Made juga mengungkapkan bahwa perekonomian Indonesia semakin kuat di 2022 jika dibandingkan pada masa-masa awal pandemi. Hingga kuartal ketiga tahun ini, produk domestik bruto (GDP) Indonesia mengalami pertumbuhan sebesar 4,5 persen.
Sementara itu, angka inflasi per November 2022 adalah 4,2 persen atau tergolong rendah. Tanda-tanda pertumbuhan lainnya adalah turunnya angka kemiskinan, menurunnya tingkat pengangguran, dan bertambahnya partisipasi angkatan kerja.
Dalam kesempatan yang sama, Plt. Konselor Infrastruktur dan Tata Kelola Ekonomi Kedutaan Australia James Gilbert mengungkapkan perhatiannya terhadap situasi kerentanan rumah tangga di Indonesia.
“Selain dalam bidang kesehatan, pemerintah Australia sebagai mitra dari pemerintah Indonesia mendukung segala upaya pemulihan ekonomi dan sosial rumah tangga. Terlebih bagi keluarga yang dikepalai oleh perempuan dan beranggotakan anak, penyandang disabilitas, serta lansia,” kata James.
“Kehilangan pendapatan dan sulitnya akses terhadap kesehatan masih membayangi sebagai dampak dari pandemi yang berkepanjangan serta perlambatan ekonomi global,” tambahnya.
Kesehatan Mental Perlahan Teratasi
Menurut laporan ini, sebanyak 6 dari 10 usaha mikro, kecil, dan menengah UMKM berbasis rumah tangga mulai bergeliat untuk berbisnis.
Ini diiringi isu kesehatan mental yang perlahan teratasi. Pasalnya, keluhan terkait depresi dan kecemasan menurun sebanyak 1,4 kali dari sebelumnya.
Namun, perempuan masih mengalami kemunduran dalam pertumbuhan di angkatan kerja sebagai akibat beban ganda dalam urusan domestik dan tanggung jawab terhadap pengasuhan. Akibatnya, banyak perempuan justru beralih ke pekerjaan dengan keterampilan rendah di sektor nonformal.
Dalam laporan terungkap bahwa 82 persen pendapatan rumah tangga ternyata masih belum berubah semenjak tahun 2020 atau bahkan semakin menurun. Terutama di keluarga yang dikepalai oleh perempuan dan yang beranggotakan anak-anak.
“Survei ini membuktikan kekhawatiran kami terhadap rumah tangga paling rentan di Indonesia yang tetap berada dalam kondisi rentan dan membutuhkan dukungan, terutama dalam menghadapi kenaikan harga pangan.”
“Kami berharap bahwa temuan dari survei ini akan membantu para pengambil keputusan mempertimbangkan cara yang paling tepat ke depannya. Hal ini diperlukan tidak hanya untuk pulih dari pandemi, tetapi juga untuk capaian di masa depan untuk indikator pembangunan lainnya, sembari memastikan tidak ada yang tertinggal,” kata Wakil Residen UNDP di Indonesia, Sujala Pant.
Advertisement