Liputan6.com, Jakarta Kehamilan adalah salah satu hal yang paling membahagiakan bagi pasangan menikah. Di masa kehamilan, tentunya asupan gizi ibu dan bayi harus dipenuhi. Selain asupan gizi dari makanan dan suplemen, pemeriksaan diri ke dokter kandungan pun wajib dilakukan.
Tujuannya tak lain, agar kesehatan bayi dalam kandungan tetap terpantau dan saat lahir, si Kecil pun tumbuh dan berkembang dengan sehat. Dokter Spesialis Bedah Anak RS EMC Sentul, dr. Leo Rendy, Sp.B, Subsp.Ped(K) mengatakan, bayi baru lahir (disebut neonatus) dapat muncul gejala kuning (ikterus) saat 3-4 hari setelah lahir.Â
Baca Juga
Gejala kuning tersebut terjadi pada 40-60% neonatus cukup bulan dan 80% neonatus kurang bulan. Wajib diketahui bahwa kuning merupakan hal normal, akibat adanya perubahan tipe hemoglobin dalam sel darah merah janin, saat dalam kandungan ke sel darah merah bayi pascapersalinan.Â
Advertisement
Selain itu, ada hal lain yang juga harus diketahui terkait tanda waspada gejala kuning pada bayi yang bisa mencirikan suatu kelainan. Lalu, apa saja tanda bayi kuning yang tak normal?Â
Sudah muncul kurang dari 24 jam pertamaKuning menetap lebih dari 8 hari pada bayi cukup bulan dan lebih dari 14 hari pada bayi kurang bulanDalam tiga hari bayi menjadi semakin kuningDisertai demamBayi tampak lemah, tidur terus-menerus, tidak mau menyusuPampers tampak urin berwarna kuning pekat-coklat seperti teh dan tinja warna krem-kuning pucat seperti dempulKuning disertai perut membesar.
Penyebab kuning yang tidak normal pada bayi, bisa saja diakibatkan karena tak normalnya aliran empedu dari hati ke usus (kolestasis) karena beberapa faktor. Berikut berbagai penyakit penyebab kolestasis bayi berusia kurang dari dua bulan:
- Atresia biliaris
- Kista koledokus
- Sindrom Alagille (paucity of the interlobular bile ducts or arteriohepatic dysplasia)
- Inspissated bile / mucous plug
- Cystic fibrosis
- Neonatal Sclerosing Cholangitis
- Congenital hepatic fibrosis / Caroli’s disease
- Tumor/massa (intrinsik/ekstrinsik)
- Infeksi virus (Cytomegalovirus, HIV, Herpes, Rubella, parvovirus, Echovirus, adenovirus), Bakteri (Infeksi saluran kemih, Sepsis, Syphilis), parasit protozoa (Toxoplasma) dan cacing hati
- Batu empedu
Potensi Bayi Baru Lahir Kuning karena Riwayat PenyakitÂ
Bayi baru lahir yang mengalami penyakit kuning saat lahir, memang dapat hilang sendirinya setelah 1-2 minggu. Meski demikian, bukan berarti penyakit ini diabaikan begitu saja. Kamu wajib tahu bahwa ada beberapa riwayat penyakit yang berpotensi menyebabkan bayi mengidap penyakit kuning yang tidak normal, yaitu bila terdapat:Â
- Gejala serupa pada orangtua dan saudara sekandung karena menderita α1-antitrypsin deficiency, progressive familial intrahepatic cholestasis (PFIC), sindrom Alagille, cystic fibrosis
- Infeksi TORCH (Toxoplasma Rubella Cytomegalovirus dan Herpes) dan Hepatitis pada seorang ibu yang sedang mengandung
- Ultrasonografi fetomaternal menemukan gambaran kista koledokus
- Riwayat penyakit ABO atau Rh atau Rh negatif – hemolisisInfeksi neonatus termasuk infeksi saluran kemih, sepsis dan, infeksi virus
- Gejala pencernaan, seperti muntah, buang air besar warna dempul/pucat (dinilai dengan kartu warna tinja)
- Urin gelap atau bilirubinemia.
Kelainan Saluran Empedu
Salah satu penyebab bayi baru lahir mengalami penyakit kuning karena kelainan saluran empedu atau Atresia bilier. Ini merupakan kelainan saluran empedu berupa kerusakan fibro-proliferatif sehingga aliran empedu dari hati ke usus tidak dapat berjalan sejak bayi lahir.Â
Atresia bilier arti harfiahnya adalah terputusnya kesinambungan saluran empedu. Kelainan ini paling banyak terjadi di Asia Timur termasuk Asia Tenggara. Cairan empedu berguna untuk pencernaan lemak dan akan mewarnai tinja. Namun karena tumpukan bilirubin dalam cairan empedu ini berpotensi meracuni dan merusak hati, tertumpuk di kulit dan seluruh jaringan tubuh termasuk otak dan dapat berakhir pada kematian.
Advertisement
Atresia Bilier Harus Diketahui Sedini Mungkin
Kuning akibat atresia bilier harus didiagnosa sedini mungkin dan dilakukan tindakan segera atau sebelum usia 3 bulan. Alasannya karena bayi dapat ditolong dengan operasi pembuatan jalan pintas buatan untuk aliran empedu disebut operasi Hepatoportoenterostomi Kasai.Â
Jika pertolongan operasi dilakukan sebelum bayi berusia dua bulan, keberhasilan operasi mencapai lebih dari 80% sehingga diharapkan pasien tidak meninggal di tahun pertama atau kedua kehidupannya dan 23% pasien dapat mencapai usia 20 tahun.Â
Bila operasi Kasai baru dilakukan lewat dari usia 3 bulan, angka keberhasilan menurun jauh, paling tinggi hanya sekitar 20%. Keterlambatan penanganan akan berujung pada kerusakan hati yang lebih cepat dan hanya dapat ditolong dengan operasi cangkok/transplantasi hati.Â
Sementara di Indonesia hingga saat ini belum banyak rumah sakit pusat yang sanggup melakukan transplantasi hati kecuali di RSCM Jakarta. Itu artinya, sangat penting bagi orang tua untuk segera memeriksakan bayinya yang menderita kuning tidak normal ke dokter keluarga dan dokter spesialis anak. Hal yang paling mudah dilakukan adalah dengan kartu warna tinja.
Kartu warna tinja
- Keterlambatan saat pertama kali berobat ke pusat kesehatan, hal ini merupakan masalah utama di Indonesia
- Data di bagian penyakit hati anak Rumah Sakit rujukan nasional RSCM menunjukkan rerata umur pasien kuning abnormal saat pertama kali datang yaitu pada usia 4 bulan
- Tingginya angka keterlambatan menyebabkan tingginya angka gagal hati dan kematian pada pasien atresia bilier
- Metode deteksi dini atresia bilier, seperti:Â pemeriksaan warna feses / tinja dan penggunaan Kartu Warna Tinja (KWT)
- Warna tinja pada atresia bilier yang sangat khas adalah pucat (warna 1,2 dan 3)Â
Nah sekarang pertanyaannya, saat muncul gejala kuning pada bayi baru lahir, kapan harus segera merujuk ke dokter? Paling utama, ketika gejala kuning langsung ada pada saat lahir dan di hari pertama dan tak kunjung membaik hingga dua minggu pascapersalinan. Lalu, warna urin bayi gelap seperti teh pekat, warna feses seperti dempul, dan terdapat tanda gagal hati berupa perut yang semakin membesar, buang air besar berdarah merah (hematoschezia), muntah darah (hematemesis), buang air besar berdarah hitam (melena), berat badan sulit naik, anak lemah tampak sangat kuning dan kejang.Â
Dengan melihat gejala dan faktor risikonya, kamu dapat segera datang ke rumah sakit yang memiliki fasilitas memadai dan tenaga ahli (dokter spesialis) terpercaya dari RS EMC Sentul. Kamu dapat berkonsultasi dengan Dokter Spesialis Bedah konsultan pediatri/Anak RS EMC Sentul, dr. Leo Rendy, Sp.B, Subsp.Ped(K).
Â
(*)