Liputan6.com, Jakarta Dalam beberapa tayangan tv atau film, acap kali ada tayangan yang menunjukkan bahwa orang-orang di luar negeri langsung meminum air dari keran.
Sedangkan, di Indonesia air keran selalu dimasak terlebih dahulu sebelum bisa diminum. Lantas, mengapa konsumsi air di Indonesia tidak seperti di luar negeri?
Baca Juga
Terkait hal ini, water specialist sekaligus Lektor Fakultas Teknik Lingkungan dan Sipil (FTSL) ITB Dr. Ir. Rofiq Iqbal, ST., M.Eng. menjelaskan alasannya.
Advertisement
Menurutnya, air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) memiliki syarat harus bisa diminum ketika disalurkan ke masyarakat. Masalahnya, pipa-pipa penyaluran air tersebut tidak bersih.
“Masalahnya pipanya. Jadi pipa-pipa di Indonesia itu pipa tahun 60-70an sudah lebih tua dari Anda semua. Sudah banyak lumut, anything lah,” kata Iqbal dalam media gathering bersama Coway, Rabu (21/12/2022).
Artinya, air dari PDAM sebetulnya sudah dalam keadaan bagus dan aman. Namun, permasalahannya ada di pipa.
Di beberapa daerah di Indonesia seperti Riau atau Batam ada yang sudah memiliki PDAM portable. PDAM ini menggunakan pipa baru dan foodgrade sehingga aman konsumsi. Namun, di daerah lain seperti Bandung, penyaluran airnya mayoritas menggunakan pipa tua dan selain pipanya kotor, cemaran pun bisa masuk dari pipa yang bocor.
Air Bau Besi
Dalam beberapa kejadian, ada pula air yang cenderung bau besi. Menurut Iqbal, besi dan mangan adalah sesuatu yang sangat melimpah di alam.
“Besi dan mangan tuh memang tersedia di alam dan di beberapa tempat tertentu dia mengandung zat alam yang lebih banyak. Dan biasanya di air tanah, kalau di air permukaan seperti air sungai itu jarang. Besi itu terlarut dalam air.”
Dalam kesempatan tersebut, Iqbal juga menerangkan keterkaitan septic tank dengan kualitas air. Menurutnya, jarak ideal antara sumur dengan septic tank adalah 10 meter.
Namun di perkotaan, jarak satu rumah dengan rumah lainnya sangat berdekatan sehingga septic tank-nya pun dekat dengan sumber air yang digunakan sehari-hari. Limbah dari septic tank berpotensi mencemari sumber air jika jaraknya terlalu dekat.
Hal ini yang menyebabkan air di kawasan padat penduduk berpotensi mengandung bakteri e coli. Bakteri e coli sendiri merupakan bakteri yang sudah pasti berasal dari tinja atau kotoran manusia.
“Jadi kalau ada sumber air yang tercemar e coli berarti cemarannya berasal dari kotoran masyarakat,” ujar Iqbal.
Advertisement
Teknologi Biofilter
Guna menghindari hal tersebut, maka ada teknologi yang lain selain septic tank yakni biofilter.
“Septic tank itu artinya tangki atau bak yang tidak berhubungan dengan udara untuk menampung limbah (kotoran) dan diharapkan bakteri dapat mengolah limbah tersebut.”
Sedangkan, biofilter adalah tank yang diberi penyekat dan alat sebagai media tumbuh bakteri sehingga bakteri yang dihasilkan lebih banyak. Hal ini berkaitan dengan sumber air yang lebih baik. Meskipun jarak antara biofilter dengan sumber air hanya 1,5 meter maka tidak banyak memengaruhi air.
Iqbal juga menyatakan bahwa sejauh ini pihaknya belum melakukan penelitian di setiap daerah di Indonesia. Namun, ia dan timnya melakukan pelatihan pada perusahaan air minum.
“Kami memang terus terang sekarang ini masih bekerja sama dengan PDAM. Kami memang lebih ke arah meng-improve kualitas air yang dihasilkan dari perusahaan-perusahaan air minum. Jadi kami memberikan pelatihan dan konsultasi supaya produk airnya bagus.”
“Tapi, untuk satu per satu kualitas air di daerah, bahasa jeleknya ‘enggak usah diteliti udah tahu deh’.”
Memasak Air
Penelitian kualitas air tidak dilakukan langsung oleh pihak ITB melainkan ada kerja sama dengan pemerintah kota. Misalnya, sekarang sudah ada program Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas).
“Itu kita bekerja sama dengan mereka bagaimana supaya kita melakukan kegiatan yang lebih terorganisasi supaya limbah bisa diolah dengan bagus. Menjadikan pengolahan air minum yang bagus,” katanya.
Iqbal turut menerangkan soal air yang dimasak sebelum dikonsumsi. Menurutnya, air yang dimasak bisa dikonsumsi dengan aman tapi tetap ada beberapa catatan.
“Nah kalau air dimasak, kalau sudah mendidih itu sudah aman. Kecuali kalau mengandung logam-logam berat.”
“Jadi, kalau air-air yang tercemar limbah domestik seperti bakteri, kalau sudah dimasak, kalau sudah mendidih inshaAllah sudah aman. Namun, kalau dia tercemar yang lain, seperti limbah industri, itu enggak cukup hanya dimasak karena ada kemungkinan ada logam berat yang tidak tersisihkan.”
Tempat yang berisiko memiliki air tercemar oleh limbah industri adalah pemukiman-pemukiman padat yang jaraknya memang dekat dengan industri.
Advertisement