Sukses

Studi: Sidik Jari Dapat Memprediksi Skizofrenia

Studi yang dilakukan oleh para peneliti Spanyol menunjukkan manfaat sidik jari untuk memprediksi skizofrenia.

Liputan6.com, Jakarta - Studi mengungkapkan bahwa gambar sidik jari berpotensi untuk memprediksi potensi skizofrenia. Studi yang dilakukan oleh para peneliti Spanyol menggunakan sejenis mesin yang disebut convolutional neural network (CNN) untuk menemukan kelainan pada sidik jari orang yang diketahui mengidap skizofrenia yang tidak ditemukan pada orang sehat.

"Hasil (penelitian) kami menunjukkan bahwa sidik jari adalah sumber berharga untuk mendiagnosis psikosis non-afektif dan bahwa CNN adalah alat yang dapat mencapai tujuan ini," tulis penelitian yang dilakukan oleh FIDMAG Germanes Hospitalàries Research Foundation di Barcelona dilansir dari New York Post.

Berdasarkan algoritma yang dikembangkan menggunakan CNN—yang merupakan sejenis sistem komputasi yang digunakan untuk menganalisis gambar visual, para peneliti meninjau sampel sidik jari dari 612 pasien dengan psikosis non-afektif serta 844 individu sehat.

Hasilnya, ibu jari kanan terbukti menjadi prediktor terkuat, dengan tingkat akurasi 68 persen.

"Meskipun akurasi maksimum 70 persen tidak memberikan cukup presisi untuk diagnosis yang sempurna, gambar sidik jari tetap berharga, terutama jika dikombinasikan dengan sumber informasi lain yang memiliki kekuatan prediktif terhadap skizofrenia seperti genetika dan data pencitraan otak," catat tim penelitian tersebut.

Sidik jari sebagai prediktor skizofrenia telah menjadi subjek beberapa penelitian selama beberapa tahun terakhir. Sebuah penelitian yang dipublikasikan pada 2011 mengidentifikasi kemungkinan pola asimetri yang berfluktuasi serta jumlah ridge jari telunjuk kiri pasien skizofrenia jika dibandingkan dengan individu yang sehat.

Studi "Schizophrenia Bulletin" juga muncul tak lama setelah para ilmuwan mengumumkan potensi dasar genetik yang menghubungkan skizofrenia dengan gangguan bipolar, suatu kondisi kesehatan mental yang menyebabkan perubahan suasana hati yang ekstrem.

"Itulah yang diberikan sains kepada kita—indikasi yang jelas bahwa terdapat penanda genetik serta faktor risiko," ucap kepala petugas medis untuk National Alliance on Mental Illness Dr. Ken Duckworth.

 

2 dari 4 halaman

Skizofrenia

Skizofrenia sendiri merupakan salah satu bentuk gangguan mental yang serius. Skizofrenia mengacu pada kondisi tunggal dan spektrum kondisi yang termasuk dalam kategori gangguan psikotik, menurut situs Cleveland Clinic. Ini adalah kondisi di mana seseorang mengalami beberapa bentuk "pemutusan" dari kenyataan.

Skizofrenia dapat terjadi pada rentang usia yang berbeda, tergantung pada jenis kelamin. Biasanya dimulai antara usia 15 dan 25 untuk pria dan antara 25 dan 35 untuk wanita. Sementara itu, jumlah yang terdampak baik pria ataupun wanita cenderung sama.

Skizofrenia jarang terjadi pada anak-anak berusia di bawah 18 tahun. Namun, jika terjadi, biasanya sangat parah. Kemunculan skizofrenia yang ebih awal menyebabkan kondisi yang lebih parah serta lebih sulit diobati.

Gejala skizofrenia mencakup berbagai masalah pemikiran (kognitif), perilaku dan emosi yang tanda dan gejalanya dapat bervariasi tergantung jenis dan tingkat keparahan dari waktu ke waktu.Gejala skizofrenia menurut situs Mayo Clinic meliputi:

 

 

 

3 dari 4 halaman

1. Halusinasi

 

Halusinasi merupakan kondisi di mana pasien skizofrenia melihat atau mendengar hal-hal yang tidak ada. Halusinasi bisa dalam indra apa pun, tetapi yang paling umum adalah mendengar suara.

2. Delusi

Delusi merupakan keyakinan salah yang tidak didasarkan pada kenyataan. Misalnya, pikiran bahwa Anda sedang disakiti atau dilecehkan, gerakan atau komentar tertentu yang ditujukan kepada Anda, serta memiliki kemampuan atau ketenaran yang luar biasa.

Anda juga mungkin saja merasa orang lain jatuh cinta pada Anda atau bencana besar akan segera terjadi. Delusi terjadi pada kebanyakan orang dengan skizofrenia.

3. Gangguan Pikiran (Cara Bicara)

Gangguan pikiran dapat dilihat dari cara bicara pasien yang tidak teratur. Ini dapat menyebabkan komunikasi terganggu. Selain itu, jawaban yang diberikan atas suatu pertanyaan mungkin sebagian atau seluruhnya tidak berhubungan.

Terkadang, pasien skizofrenia juga menyusun kata-kata yang tidak memiliki arti menjadi satu kalimat sehingga tidak dapat dipahami.

 

4 dari 4 halaman

4. Gejala Negatif

Gejala negatif mengacu pada berkurangnya atau kurangnya kemampuan untuk berfungsi secara normal. Misalnya, orang tersebut mungkin mengabaikan kebersihan pribadi atau tidak memperlihatkan emosi (tidak melakukan kontak mata, tidak mengubah ekspresi wajah atau berbicara dalam nada monoton).

5. Perilaku motorik yang tidak biasa

Perilaku tidak biasa dapat dilihat melalui beberapa cara, mulai dari melakukan hal-hal konyol seperti anak kecil hingga agitasi yang tidak terkontrol.

Pasien mungkin berperilaku yang tidak sopan, kesulitan mengontrol emosi, mengalami gangguan saat melakukan aktivitas sehari-hari, atau melakukan gerakan yang tidak berguna dan berlebihan.

Orang tersebut juga kehilangan minat dalam kegiatan sehari-hari serta menarik diri dari lingkungan sosial.

Sementara itu, gejala skizofrenia pada remaja mirip dengan gejala pada orang dewasa, meski kondisinya mungkin lebih sulit dikenali. Ini karena beberapa gejala awal skizofrenia pada remaja umum dialami mereka yang sedang berada dalam masa pubertas, misalnya:

-Menarik diri dari teman dan keluarga

-Penurunan performa di sekolah

-Sulit tidur

-Lekas marah dan tersinggung

-Kurang motivasi.

 

(Adelina Wahyu Martanti)