Liputan6.com, Jakarta Sinyal pencabutan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang bertepatan dengan libur Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 (Nataru) menimbulkan kekhawatiran lantaran mobilitas masyarakat akan tinggi saat berlibur. Lalu, yakinkah aman libur Nataru di tengah COVID-19?
Menurut Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Moh. Adib Khumaidi, Pemerintah pasti punya pertimbangan terkait peluang pencabutan PPKM. Keputusan tersebut berdasarkan kajian yang dilaporkan dari pakar kesehatan.
Baca Juga
"Selama ini, kalau kita melihat, Pemerintah selalu memakai dasar suatu referensi dari pakar kedokteran, dari sisi kesehatan," terangnya saat berbincang dengan Health Liputan6.com dalam kunjungan ke Kantor KapanLagiYouniverse (KLY) Jakarta pada Rabu, 21 Desember 2022.
Advertisement
"Artinya, kita bisa melihat dari kasus COVID-19 ya. Umpamanya, kasusnya itu menurun, terus positivity rate menurun, maka tentunya itu menjadi satu dasar dari kebijakan Pemerintah yang akan diputuskan. Apakah menyoal PPKM, pembatasan atau apapun namanya."
Dalam hal ini, pengambilan kebijakan penanganan COVID-19 Pemerintah termasuk kesiapan libur Nataru juga merujuk dari sisi kesehatan. Hal itu juga berkaitan dengan pengaturan protokol kesehatan dan syarat perjalanan.
"Kami melihat bahwa Pemerintah masih memakai dasar (pengambilan kebijakan) secara ilmiah kedokteran, ilmiah kesehatan," lanjut Adib.
Pentingnya Pemantauan Surveilans
Selanjutnya, hal yang menjadi pertimbangan pengambilan keputusan terkait PPKM, yakni dari sisi pemantauan surveilans. Pemantauan surveilans yang dimaksud adalah perkembangan kasus COVID-19 (kasus harian, insiden laju penularan, kematian, kesembuhan, proporsi testing) serta penyebaran virus Corona.
"Yang paling penting lagi adalah pemantauan terkait dengan epidemiologi surveilans. Ini yang menjadi perhatian di lapangan, dari sudut pandang Pemerintah ya," tegas Moh. Adib Khumaidi.
Tak hanya itu saja, laporan sero survei antibodi atau Survei Serologi menjadi bahan pertimbangan Pemerintah dalam pengambilan keputusan. Terlebih lagi, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) akan melakukan kembali survei antibodi masyarakat Indonesia pada akhir tahun 2022 atau awal 2023 nanti.
Survei antibodi ini melihat seberapa besar kekebalan masyarakat terhadap virus Corona, baik dari infeksi alamiah maupun vaksinasi COVID-19. Diharapkan pula masyarakat yang belum divaksin lengkap atau booster segera vaksinasi.
"Saya kira kalau itu (sero survei) bagian dari surveilans epidemiologi. Satu lagi yang memang harus tetap kita kejar ya cakupan vaksin juga," imbuh Adib.
Advertisement
45 Juta Orang Bakal Bepergian
Menteri Keuangan RI Sri Mulyani memperkirakan sebanyak 45 juta orang akan bepergian selama libur Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 (Nataru). Melihat besarnya jumlah orang yang bepergian, ia yakin hal itu akan meningkatkan kondisi ekonomi.
"Akan ada sekitar 45 juta masyarakat melakukan travelling pada akhir tahun ini tentu akan meningkatkan kegiatan ekonomi. Namun, di sisi lain, tetap terjaga dari sisi ancaman COVID-19," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers virtual APBN Kita 2022, Selasa (20/12/2022).
Sri Mulyani pun berharap 2022 sebagai tahun ketiga pandemi COVID-19 akan menjadi tahun terakhir untuk Indonesia. Ia juga menyebut kondisi pandemi di Indonesia saat ini terhitung baik, yang mana jumlah kasus COVID-19 yang rendah dan tingkat vaksinasi yang tinggi.
"Mengenai pandemi ini adalah tahun ketiga dan kita harapkan merupakan tahun terakhir untuk Indonesia," harapnya.
Meskipun demikian, Menkeu mengimbau masyarakat untuk tetap berhati-hati karena aktivitas masyarakat yang akan meningkat selama libur Nataru.
"Secara keseluruhan, Indonesia dalam situasi yang relatif baik dari jumlah kasus maupun kenaikan vaksinasi. Jelang akhir tahun, ditekankan oleh Pemerintah kemarin di dalam sidang kabinet menjelang Nataru ini kita akan terus berhati-hati," ungkapnya.
Penumpang Pesawat Diprediksi Naik
Pergerakan penumpang di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang Banten pada periode puncak Natal dan Tahun Baru periode 2022-2023 diprediksi akan mencapai 159.282 orang per hari. Jumlah tersebut akan diangkut menggunakan 1.090 pesawat per hari.
Executive General Manager (EGM) Bandara Soekarno-Hatta Dwi Ananda Wicaksana mengatakan, jumlah di atas merupakan prediksi pada puncak arus penerbangan di tanggal 23 Desember 2022.
"Di mana peak day (puncak) terjadi H-2, sekitar tanggal 23 Desember nanti. Untuk arus balik lebih sedikit dibanding arus keberangkatan dan terjadi diprediksi pada H+5 setelah Natal," jelas Dwi, Selasa (20/12/2022).
Menurut Dwi, angka di atas ada peningkatan sekitar 12 persen bila dibandingkan dengan jumlah penerbangan pada hari biasa di Bandara Soekarno-Hatta. Lalu, meningkat sebanyak 80 persen bila dibandingkan periode Nataru pada 2021-2022.
"Bila dibandingkan tahun lalu, penumpang ada kenaikan 80 persen sementara pergerakan pesawat 48 persen dibandingkan 2021," lanjutnya.
Hal tersebut, dipengaruhi karena masih ketatnya peraturan soal protokol kesehatan COVID-19 untuk penumpang pesawat terbang.
"Dapat dipahami tahun 2021 masih ketat protokol kesehatan untuk terbang dari bandara, sehingga ada peningkatan tahun ini meski pun prokes tetap ada," pungkas Dwi.
Advertisement