Sukses

Naegleria fowleri, Amoeba Pemakan Otak yang Tewaskan Ratusan Nyawa di Beberapa Negara

Amoeba pemakan otak, membaca namanya saja mungkin sudah membuat Anda merasa ngeri. Di beberapa negara, amoeba pemakan otak diketahui telah menewaskan ratusan nyawa.

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa orang mungkin masih asing dengan Naegleria fowleri, sebuah protista yang lebih dikenal dengan sebutan amoeba pemakan otak. Ia merupakan satu-satunya spesies Naegleria yang dapat menginfeksi manusia.

Membaca namanya saja mungkin sudah membuat Anda merasa ngeri. Pasalnya, amoeba pemakan otak ini memang cukup menyeramkan. Di beberapa negara, Naegleria fowleri berhasil menewaskan ratusan nyawa.

Kasus terbaru Naegleria fowleri baru saja muncul di Korea Selatan pada Desember 2022. Korbannya adalah seorang pria berusia 50 tahun yang baru saja pulang dari Thailand, setelah menetap di sana selama empat bulan.

Sehari setelah tiba di Korea Selatan pada 10 Desember 2022, pria yang tidak diketahui identitasnya ini dirawat di rumah sakit. Dirinya menjalani perawatan intensif selama berhari-hari dan dinyatakan meninggal dunia pada Rabu, 21 Desember 2022.

Mengutip laman Strait Times, Kamis (29/12/2022), kasus kematian akibat amoeba pemakan otak di Korea Selatan bukan yang pertama. Dahulu, kasus Naegleria fowleri pertama kali muncul di Virginia, Amerika Serikat tahun 1937.

Setelahnya, ada sekitar 381 kasus Naegleria fowleri yang telah dilaporkan di dunia pada tahun 2018. Ratusan kasus tersebut muncul di India, Thailand, Amerika Serikat, China, dan Jepang.

Khusus di Amerika Serikat, terdapat setidaknya 154 kasus Naegleria fowleri yang dilaporkan sejak 1962 hingga 2021. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) melaporkan hanya empat orang yang berhasil selamat.

Alhasil, tingkat kematian akibat Naegleria fowleri di AS mencapai 97 persen.

2 dari 4 halaman

Gejala Awal Naegleria fowleri yang Dilaporkan

Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (Korea Disease Control and Prevention Agency/KDCA) menjelaskan terkait gejala awal dan lanjutan yang muncul pada pasien Naegleria fowleri.

"Gejala awal bisa termasuk sakit kepala, demam, mual atau muntah, dan gejala selanjutnya timbul sakit kepala parah, demam, muntah, dan leher kaku," tulis keterangan KDCA.

Masa inkubasi Naegleria fowleri bisa berbeda-beda pada tubuh manusia. Hanya saja, rentang waktunya berada pada dua hingga 15 hari setelah terinfeksi.

Amoeba pemakan otak ini dapat masuk ke tubuh melalui hidung. Setelahnya, ia akan berjalan menuju otak dan mulai menimbulkan gejala pada orang yang terkena.

Menurut KDCA, penularan Naegleria fowleri dari manusia ke manusia tidak mungkin terjadi. Hanya saja pihaknya mengimbau masyarakat untuk tidak berenang di daerah atau lingkungan dimana penyakit itu menyebar.

3 dari 4 halaman

Sebagian Besar Kasus Dimulai Usai Berenang

Risiko infeksinya memang tidak tinggi dari manusia ke manusia. Namun, KDCA mengungkapkan bahwa pihaknya mengimbau masyarakat untuk tidak berenang pada area di mana penyakit ini menyebar.

Hal tersebut lantaran sebagian besar kasus Naegleria fowleri baru muncul usai seseorang berenang.

"Untuk mencegah infeksi Naegleria fowleri, kami merekomendasikan untuk menghindari aktivitas berenang, rekreasi, dan gunakanlah air bersih saat bepergian ke daerah dimana kasus telah dilaporkan," ujar Dr Jee Young-mee pada KDCA dalam sebuah siaran pers.

Naegleria fowleri biasanya hidup di air tawar yang hangat. Seperti danau, sungai, tanah, dan mata air panas. Sejauh inipun, hanya satu spesies Naegleria yang dapat menginfeksi manusia. Itu adalah Naegleria fowleri.

4 dari 4 halaman

Kondisi Pasien yang Terinfeksi Naegleria fowleri

Sebelumnya, otoritas kesehatan Korea mengonfirmasi soal kabar meninggalnya pasien Naegleria fowleri melalui sebuah keterangan.

"Korea Selatan melaporkan kasus pertama infeksi Naegleria fowleri, yang biasa disebut sebagai amoeba pemakan otak," kata otoritas kesehatan.

KDCA menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan tes genetik pada tiga patogen penyebab Naegleria fowleri untuk memastikan penyebabnya.

Hasil tes menunjukkan gen dalam tubuh pria tersebut 99,6 mirip dengan yang ditemukan pada pasien meningitis yang dilaporkan di luar negeri.

Begitupun dengan kasus Naegleria fowleri yang sempat muncul di AS. Mulanya, pasien mengalami gejala seperti sakit kepala yang parah, demam tinggi, hingga halusinasi.