Liputan6.com, Jakarta - Perubahan fisik kerap dialami wanita hamil. Terkadang perubahan fisik itu tak diantisipasi, seperti misalnya yang terjadi pada hidung. Hal ini pun ramai dibahas di media sosial TikTok. Para ibu hamil menyandingkan gambarnya sebelum kehamilan dengan gambar hidung bengkaknya saat hamil.
Jadi, apa itu pregnancy nose?
Baca Juga
"Hidung kehamiln (pregnancy nose) adalah istilah yang biasa digunakan untuk menggambarkan hidung membesar yang banyak dialami wanita selama kehamilan," ujar Dr. Jamil Abdur-Rahman, OB-GYN kepada Romper.
Advertisement
Meski sering membuat banyak wanita hamil kecewa, pregnancy nose sangat normal terjadi dan seringkali merupakan bukti kehamilan yang sehat, Abdur-Rahman menambahkan. "Jadi wanita hamil dengan pregnancy nose seharusnya tidak perlu terlalu sedih."
Seperti hal lainnya yang terjadi pada tubuh Anda selama kehamilan, hidung membesar saat hamil akibat pengaruh hormon.
"Pregnancy nose adalah hasil dari peningkatan kadar hormon yang bersirkulasi," jelas Abdur-Rahman. Banyak hormon kehamilan misalnya, estrogen, progesteron, dan beta HcG yang menyebabkan otot polos rileks, tambahnya.
Merilekskan otot polos adalah bagian yang cukup penting dari kehamilan yang sehat karena rahim Anda pada dasarnya adalah otot polos yang besar, kata Abdur-Rahman.
"Selama kehamilan, ketika rahim membesar dan otot-otot rahim diregangkan, mereka cenderung ingin berkontraksi secara refleks. Namun kontraksi terlalu dini akan menyebabkan kontraksi atau persalinan prematur.
Jadi, kadar hormon kehamilan yang beredar, khususnya estrogen membantu merilekskan rahim dan mencegahnya berkontraksi terlalu dini dalam kehamilan, katanya.
Pembuluh Darah Melebar Membuat Hidung Terlihat Lebih Besar
Karena semua otot polos rileks, ini berarti otot-otot di sekitar pembuluh darah juga rileks, yang menyebabkan pembuluh membesar, termasuk pembuluh darah di hidung Anda.
Inilah yang menyebabkan hidung tersumbat serta membesar. Ini juga menjadi alasan mengapa wanita hamil lebih rentan terhadap mimisan, karena dirinya lebih rentan mengalami hidung tersumbat.
Namun jangan khawatir. Untungnya, hidung akan kembali ke ukuran semula setelah semua hormon keluar dari sistem. Ini biasanya terjadi empat hingga enam minggu setelah melahirkan, ujar Abdur-Rahman.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pregnancy nose hanyalah sebuah kondisi hidung yang membesar karena estrogen mengendurkan otot polos dan membuat pembuluh darah membesar.
Meskipun demikian, terdapat mitos yang menyelimuti pregnancy nose, yaitu bahwa Anda akan memilikinya jika mengandung anak laki-laki. Namun, ini jelas keliru.
"Mitos yang menghubungkan ukuran hidung wanita hamil dengan jenis kelamin bayinya adalah salah. Terlepas dari jenis kelamin bayinya, wanita hamil menghasilkan sejumlah besar hormon terkait kehamilan," jelas Abdur-Rahman.
Dalam mayoritas kasus, baik mengandung bayi laki-laki maupun perempuan, kadar hormon ini mirip.
Advertisement
Preeklamsia
Meskipun pregnancy nose merupakan perubahan umum dan tidak berbahaya yang terjadi selama kehamilan, jika orang hamil lebih dari 20 minggu dan melihat wajah serta tangannya mulai membengkak di samping gejala seperti penglihatan kabur dan sakit kepala, ia harus segera berkonsultasi dengan dokter.
"Itu semua adalah tanda-tanda preeklampsia," ujar seorang profesor kedokteran ibu-janin di University of Texas Medical Branch di Galveston Dr. Shannon M. Clark, dilansir dari NBC News.
"Preeklamsia pada kehamilan adalah kondisi yang rumit dan perlu dipantau dan didiagnosis dengan benar."
Preeklamsia adalah komplikasi kehamilan. Saat terkena preeklampsia, Anda mungkin memiliki tekanan darah tinggi, kadar protein tinggi dalam urin yang mengindikasikan kerusakan ginjal (proteinuria), atau tanda-tanda kerusakan organ lainnya.
Preeklamsia biasanya dimulai setelah 20 minggu kehamilan pada wanita yang tekanan darahnya sebelumnya berada dalam kisaran standar.
Menurut situs Mayo Clinic, preeklampsia dapat menyebabkan komplikasi serius bahkan fatal bagi ibu dan bayi jika tidak segera diobati.
Dokter biasanya menganjurkan persalinan lebih awal. Waktu persalinan tergantung pada seberapa parah preeklampsia dan berapa minggu Anda hamil. Sebelum melahirkan, perawatan preeklampsia mencakup pemantauan dan obat-obatan untuk menurunkan tekanan darah dan mengelola komplikasi.
Preeklampsia dapat berkembang meski setelah bayi dilahirkan. Kondisi ini dikenal sebagai preeklampsia postpartum.
Gejala Preeklamsia
Ciri khas preeklampsia adalah tekanan darah tinggi, proteinuria, atau tanda-tanda kerusakan lain pada ginjal serta organ lain. Anda mungkin tidak memiliki gejala yang terlihat. Tanda-tanda pertama preeklampsia sering terdeteksi selama kunjungan prenatal rutin dengan dokter.
Selain tekanan darah tinggi, tanda dan gejala preeklampsia meliputi:
-Kelebihan protein dalam urin (proteinuria) atau tanda-tanda lain dari masalah ginjal.
-Penurunan kadar trombosit dalam darah (trombositopenia).
-Peningkatan enzim hati yang menunjukkan masalah hati.
-Sakit kepala parah.
-Perubahan penglihatan, misalnya kehilangan penglihatan sementara, penglihatan kabur atau sensitivitas cahaya.
-Sesak napas, yang disebabkan oleh cairan di paru-paru.
-Nyeri perut bagian atas, biasanya di bawah tulang rusuk di sisi kanan.
-Mual atau muntah.
Peningkatan berat badan dan pembengkakan (edema) umum terjadi selama kehamilan yang sehat. Namun, kenaikan berat badan atau munculnya edema secara tiba-tiba, terutama di wajah dan tangan Anda, bisa jadi merupakan tanda preeklampsia.
Â
(Adelina Wahyu Martanti)
Advertisement