Sukses

Jokowi Sebut Pencabutan PPKM Dilandasi Tingginya Imunitas Penduduk

Imunitas penduduk Indonesia yang tinggi jadi pertimbangan keputusan pencabutan PPKM.

Liputan6.com, Jakarta Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bahwa pencabutan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mulai hari ini, 30 Desember 2022 sudah melalui serangkaian kajian. Dalam hal ini, melihat perkembangan COVID-19 Tanah Air.

Salah satu kajian pencabutan PPKM, yakni hasil sero survei antibodi COVID-19 masyarakat. Bahwa cakupan imunitas atau kekebalan penduduk terhadap virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 terbilang tinggi.

"Pencabutan PPKM ini dilandasi oleh tingginya cakupan imunitas penduduk, jadi dari sero survei nih. Kalau kita lihat angkanya di Desember 2021 itu berada di 87,8 persen, di Juli 2022 ini berada di angka 98,5 persen," papar Jokowi saat konferensi pers terkait PPKM di Istana Negara Jakarta pada Jumat, 30 Desember 2022.

"Artinya, kekebalan kita ini secara komunitas berada di angka yang sangat tinggi dan jumlah vaksinasi sampai ini berada di angka 408.525.478 dosis, ini juga sebuah angka yang tidak sedikit."

Jokowi menambahkan bahwa Indonesia termasuk satu dari empat negara G20 yang dalam 10 bulan atau 11 bulan berturut-turut tidak mengalami gelombang pandemi.

"Kita ingat saat puncak Delta, kita berada di angka 56.000 kasus dan di Juli 2021 dan di Februari 2022 Kita mengalami lagi puncak Omicron, tren berada di angka 64.000 kasus harian," tambahnya.

"Kemudian kondisi pandemi juga semakin terkendali. Kalau kita lihat kemarin kasus harian 29 Desember 2022 hanya 685, kemudian angka kematian di 2,39 persen, Bed Occupancy Ratio (BOR) juga berada di 4,79 persen, ICU 2,97 persen."

2 dari 4 halaman

Kadar Antibodi Naik

Pada Agustus 2022, Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Kementerian Kesehatan RI dan Tim Pandemi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia kembali mengumumkan hasil survei serologi antibodi penduduk Indonesia terhadap virus SARS-CoV-2.

Salah satu peneliti dari FKMUI Iwan Ariawan mengatakan, hasil kadar antibodi penduduk Indonesia meningkat dari yang sebelumnya 444 unit per mililiter menjadi 2.097 unit per mililiter. Hasil ini merupakan survei serologi ke-3 secara nasional.

“Ini adalah survei serologi yang ketiga kali yang besar, yang pertama di Desember 2021 itu bersifat nasional kemudian Maret 2022 khusus untuk Jawa – Bali karena daerah mudik, kemudian Juli 2022 kembali untuk seluruh Indonesia,” kata Iwan pada Kamis (11/8/2022).

Survei serologi yang hasilnya diumumkan Juli 2022 mengunjungi kembali sampel dari survei serologi sebelumnya pada 2021. Dari 20.501 sampel atau responden sebanyak 84,5 persen berhasil dikunjungi. Pemilihan responden yang sama ini untuk menunjukkan peningkatan jumlah dan kadar antibodi pada orang yang sama.

Survei serologi ke-3 ini dilakukan di 100 kabupaten/kota terpilih yang tersebar di 34 provinsi. Metode survei menggunakan kuesioner, pengambilan darah, kemudian pemeriksaan ada tidaknya antibodi SARS-CoV-2 dan kadarnya. Pemeriksaan dilakukan di BKPK dan jejaring laboratoriumnya.

“Responden dari survei serologi ini tersebar di seluruh Indonesia sehingga hasilnya ini menggambarkan kadar antibodi pada penduduk di Indonesia,” lanjut Iwan.

3 dari 4 halaman

Kadar Antibodi Naik 4 Kali Lipat

Iwan Ariawan mengungkapkan, hasil dari survei serologi ke-3 terlihat adanya peningkatan proporsi penduduk yang mempunyai antibodi SARS-CoV-2, yakni dari 87,8 persen pada Desember 2021 menjadi 98,5 persen pada Juli 2022.

“Kadar antibodi penduduk Indonesia meningkat lebih dari 4 kali lipat. Median kadarnya meningkat dari 444 unit per mililiter menjadi 2.097 unit per mililiter,” tuturnya.

Anggota Tim Peneliti FKM UI, Muhammad N Farid menjelaskan peningkatan kadar antibodi tersebut disebabkan oleh vaksinasi dan terinfeksi COVID-19.

Pada Desember 2021, penduduk yang belum divaksin proporsinya sekitar 30 persen, penduduk yang sudah divaksin dosis pertama 19 persen, kemudian penduduk yang sudah divaksin 2 dosis 50 persen, dan penduduk yang sudah booster baru 0,5 persen.

Jika dibandingkan dengan tahun ini, ada penurunan proporsi penduduk yang belum divaksin, antara lain penduduk yang belum divaksin menurun menjadi 18,1 persen, lalu penduduk yang sudah divaksin dosis pertama berkurang jadi 11,6 persen karena mereka sudah divaksin dosis kedua.

Selanjutnya, penduduk yang sudah divaksin dosis kedua meningkat jadi 47,7 persen dan penduduk yang sudah booster pun meningkat jadi 22,6 persen.

Selain vaksinasi, sampai saat ini masih banyak penduduk yang terinfeksi COVID-19. Hal itu dapat meningkatkan antibodi orang yang terinfeksi. Namun kontribusi terbesar adalah dengan vaksinasi.

4 dari 4 halaman

Imunitas Jadi Dasar Kendalikan Pandemi

Sebelumnya, pada Maret 2022, Kementerian Kesehatan bersama Kementerian Dalam Negeri dan Tim Pandemi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UI mengumumkan hasil survei serologi antibodi penduduk Indonesia terhadap virus SARS-CoV-2.

Hasilnya sebanyak 86,6 persen populasi Indonesia memiliki antibodi terhadap COVID-19. Sero survei dilakukan pada November – Desember 2021. Artinya, 86,6 persen penduduk Indonesia memiliki kekebalan terhadap COVID-19 itu pada bulan tersebut.

Namun, seiring dengan masih dilakukannya vaksinasi COVID-19 maka jumlah penduduk yang memiliki kekebalan terhadap COVID-19 akan semakin bertambah.

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan, hasil survei serologi akan menunjukkan berapa persen penduduk Indonesia yang sudah memiliki antibodi terhadap virus SARS-CoV-2.

“Sero survei perlu dilakukan karena ini akan dipakai oleh pemerintah sebagai dasar dalam menentukan kebijakan yang berbasis bukti,” katanya dalam konferensi pers secara virtual terkait hasil sero survei di Jakarta, Jumat (18/3/2022).

Dasar dari penelitian ini adalah mengukur berapa banyak tingkat penduduk yang sudah mempunyai tingkat kekebalan terhadap SARS-CoV-2.

Tim Pandemi FKM UI Pandu Riono menjelaskan, kekebalan imunitas seseorang menjadi dasar untuk mengendalikan pandemi. Kekebalan didapat dari upaya yang sistematik melalui vaksinasi dan didapat secara alami setelah seseorang terinfeksi SARS-CoV-2.

“Sejak Desember 2021 tepat pada penelitian ini berakhir, kita tahu berapa banyak penduduk berdasarkan umur, berdasarkan jenis kelamin, berdasarkan wilayah, yang mempunyai tingkat imunitas terhadap SARS-CoV-2,” jelasnya.