Sukses

Menkes Budi Ungkap 2 Rahasia Sukses RI Urus COVID-19

Ada dua strategi jitu yang diterapkan Indonesia untuk menang melawan COVID-19.

Liputan6.com, Jakarta "Banyak negara rupanya bertanya, 'Bagaimana cara Indonesia sukses mengendalikan COVID-19?' Padahal, negara-negara lain di Amerika, Eropa, dan beberapa negara di kawasan Asia masih terjadi kenaikan COVID-19, bahkan lonjakan kasus yang dipengaruhi penyebaran varian virus Corona.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin menuturkan keberhasilan Indonesia kendalikan COVID-19, yang tujuannya demi menang melawan pandemi COVID-19. Ada dua strategi yang dinilai sudah sangat baik diterapkan Indonesia dalam pengendalian COVID-19.

Kedua strategi yang dimaksud berkaitan dengan ketersediaan laboratorium (lab) genom sekuensing untuk mendeteksi virus SARS-CoV-2 yang masuk dan menyebarluas dan partisipasi masyarakat dalam penerapan protokol kesehatan juga vaksinasi COVID-19.

"Sampai sekarang masih ada (negara) yang naik (kasus) masih ada, kok Indonesia enggak? Ada dua hal yang kita sukses lakukan dengan baik dan benar. Ya rejeki anak soleh ada untungnya juga," tutur Budi Gunadi saat Rapat Koordinasi Pasca Pencabutan PPKM di Jakarta baru-baru ini.

"Yang pertama, Indonesia bisa menjalankan strategi surveilans-nya sehingga kita bisa tahu musuhnya siapa. Satu yang paling penting nanti kalau ada pandemi, kita harus secara efektif punya radar gitu, punya satelit. 'Satelit' kita pakai lab genom."

Lab genom sekuensing bertujuan agar 'musuh' (COVID-19) yang masuk siapa, masuknya dari mana, penyebarannya seperti apa. Ini karena terbukti lonjakan kasus COVID-19 bukan disebabkan oleh mobilitas tinggi seperti Lebaran atau Tahun Baru.

"Kenaikan kasus disebabkan oleh 'musuhnya' (varian virus Corona) berubah tipenya. Untuk tahu itu, kita mesti pakai lab genom sekuens. Apa yang kita berhasil lakukan, enggak banyak orang yang tahu. Dulu nih 'satelit' kita ini, radarnya kita cuma ada (lab genom) di 8 lokasi di Jawa," papar Budi Gunadi.

"Kapasitasnya dulu cuma bisa ngintelin 15 musuh (varian virus) sebulan. Sekarang kita sudah punya 17 lab genom di seluruh Indonesia dan bisa mengintelin 6.000 sampai 8.000 genom sebulan."

2 dari 4 halaman

Daya Tahan Masyarakat Indonesia Luar Biasa

Menkes Budi Gunadi Sadikin melanjutkan, strategi kedua adalah Indonesia memiliki sistem pertahanan masyarakat semesta. Bahwa masyarakat Indonesia mempunyai daya tahan tubuh terhadap COVID-19 yang sudah kuat.

Daya tahan tubuh atau kekebalan diperoleh dari infeksi alamiah dan vaksinasi COVID-19 lengkap (dosis 1 dan 2) beserta booster. Tingkat kekebalan pun diukur melalui sero survei antibodi atau yang disebut sero survei serologi.

Bahwa saat ini antibodi masyarakat Indonesia terhadap virus SARS-CoV-2 terbilang tinggi, di angka 98,5 persen.

"Nomor dua strategi yang kita lakukan juga benar, kita memiliki sistem pertahanan masyarakat semesta. Jadi selain 'musuhnya' (virus Corona) kita tahu, masyarakat kita itu daya tahannya luar biasa," lanjut Budi Gunadi.

"Pandeminya kan bukan ngelawan orang Kementerian Kesehatan (Kemenkes), TNI Polri, dia lawannya 270 juta masyarakat indonesia. Ya capek juga ngelawan virusnya."

Pengukuran antibodi dengan sero survei pun dilakukan rutin 6 bulan sekali. Sero survei pertama kalai dilakukan pada Desember 2021 dengan menyasar 20.000 sampel di 514 kabupaten/kota bersama Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).

"Juli 2022 kita lakukan dan sekarang sedang berjalan lagi. Ini mengukur daya tahan, daya tempur masyarakat kita dan terbukti kita kuat, maka kita tidak ada lonjakan," pungkas Budi Gunadi.

3 dari 4 halaman

Kasus COVID-19 Turun Drastis

Berkat pengendalian COVID-19 yang baik, kasus Corona semakin turun drastis. Salah satu upaya dengan adanya vaksinasi COVID-19.

Capaian vaksinasi COVID-19 Indonesia berhasil masuk lima besar dunia. Indonesia menduduki peringkat ke-5 setelah Tiongkok, India, Amerika Serikat (AS), dan Brasil, sebagaimana data yang dihimpun Kementerian Kesehatan (Kemenkes) per 4 Januari 2023 pukul 11.25 WIB.

Menkes Budi Gunadi Sadikin memaparkan, hampir 204 juta orang penduduk Indonesia yang telah mendapatkan vaksin COVID-19. Jumlah tersebut dari total akumulatif sasaran vaksinasi sebesar 234 juta orang, yang sudah mencakup kelompok anak-anak dan dewasa.

"Untuk vaksinasi, kami bisa laporkan di sini bahwa Indonesia sekarang sudah masuk peringkat 5 besar dunia. Kita ada di bawah Amerika, China dan India," paparnya saat konferensi pers 'Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2022 dan Program Kerja 2023' di Gedung Kemenkes RI Jakarta pada Kamis, 5 Januari 2023.

"Kita sudah memberikan hampir 450 juta dosis vaksin yang disuntikkan ke 204 juta orang dari 234 juta orang. Dari 204 juta orang ini khususnya yang masuk target populasi itu anak-anak dan dewasa."

Untuk sasaran usia anak-anak 6 tahun, cakupan vaksinasi COVID-19 dosis 1 di angka 86,95 persen dan dosis 2 di angka 74,49 persen. Pada sasaran usia 12 tahun, dosis 1 di angka 97,98 persen dan dosis 2 di angka 83,93 persen.

Kemajuan capaian vaksinasi COVID-19 nasional, menurut Budi Gunadi, berujung pada penurunan kasus Corona. Pencegahan penularan virus Corona berhasil dilakukan melalui upaya vaksinasi.

"Kita juga bisa lihat bahwa vaksinasi ini sudah berhasil menurunkan secara drastis kasus COVID-19 di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa program vaksinasi kita ini dilakukan dengan cukup efektif," imbuhnya.

4 dari 4 halaman

Harapan COVID-19 Tak Lagi Berstatus Darurat

Menjelang tiga tahun pandemi COVID-19, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan virus itu akan tetap ada, tetapi perlu ditangani bersama dengan penyakit pernapasan lainnya.

Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, jumlah kematian COVID-19 mingguan sekarang sekitar seperlima dari tahun lalu, meski angka itu masih terlalu tinggi.

"Minggu lalu, kurang dari 10.000 orang kehilangan nyawa. Tetap 10.000 terlalu banyak dan masih banyak yang bisa dilakukan semua negara untuk menyelamatkan nyawa," katanya dalam konferensi pers pada 16 Desember 2022.

"Kita telah menempuh perjalanan panjang. Kami berharap pada suatu saat tahun depan (2023), kami dapat mengatakan bahwa COVID-19 tidak lagi menjadi darurat kesehatan global."

Komite Darurat WHO untuk COVID-19 akan membahas kriteria untuk menyatakan berakhirnya fase darurat ketika mereka bertemu lagi di bulan Januari 2023. Komite darurat ini yang memberi nasihat kepada Tedros tentang apakah virus tersebut merupakan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional (PHEIC).

Pimpinan teknis COVID-19 WHO Maria Van Kerkhove menambahkan, komite akan melihat epidemiologi, varian seperti Omicron, dan dampak virus. Sementara gelombang infeksi masih diperkirakan terjadi, pandemi disebut 'tidak seperti pada awalnya.'

Kasus pun akan mengakibatkan lebih sedikit rawat inap dan kematian.

"Kematian ini sebagian besar terjadi di antara orang-orang yang tidak divaksinasi, atau belum menerima suntikan penuh," ujar Van Kerkhove.