Liputan6.com, Jakarta Terkait temuan kasus keracunan jajanan 'Chiki Ngebul' atau yang populer disingkat 'Cikbul', Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia menyebut, seluruh korban sudah sehat. Jajanan Cikbul yang menggunakan nitrogen cair ini marak digandrungi anak-anak.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI Siti Nadia Tarmizi menyampaikan, kondisi korban anak akibat Cikbul sekarang semua anak sehat. Mereka kembali beraktivitas seperti biasa.
Baca Juga
Temuan kasus keracunan Cikbul mencuat dari kejadian 7 orang siswa SD di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat yang terjadi pada November 2022. Ketujuh siswa keracunan usai menyantap jajanan yang menggunakan nitrogen cair di sekolah.
Advertisement
Gejala yang dialami berupa mual hingga muntah. Kemudian ada juga sempat dilaporkan 4 kasus anak yang keracunan Cikbul nitrogen di Bekasi pada Desember 2022.
"Semua sehat. Karena ini yang di Tasikmalaya kejadiannya November 2022 dan yang di Bekasi tanggal 21 Desember 2022 kemarin, semua sudah sehat," kata Nadia dalam konfirmasi yang diterima Health Liputan6.com melalui pesan singkat pada Sabtu, 7 Januari 2023.
Agar kejadian keracunan Cikbul tidak terulang, menurut Nadia, pengawasan bahan pangan harus lebih diperhatikan kembali, terutama untuk jajanan anak-anak.
Penggunaan nitrogen cair dalam bahan pangan juga sebaiknya diawasi. Hal ini melihat gejala keracunan yang dialami dapat membahayakan anak-anak.
"Biar enggak terulang (kejadian), pengawasan bahan pangan ya," imbuh Nadia.
Kasus Cikbul di Tasikmalaya dan Bekasi
Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Jawa Barat, Ryan Bayusantika Rustandi sebelumnya mengatakan, sebanyak 28 anak di Jawa Barat mengalami keracunan setelah mengonsumsi makanan 'Chiki Ngebul' yang mengandung nitrogen cair.
Kasus tersebut terjadi di daerah Tasikmalaya dan Kota Bekasi. Di Tasikmalaya, total ada 24 anak yang mengonsumsi 'Chiki Ngebul' dan diduga mengalami keracunan.
Dari 24 anak tersebut, 16 anak di antaranya, tidak bergejala. Kemudian 7 anak bergejala dan satu anak dilarikan ke rumah sakit.
Satu anak yang dilarikan ke rumah sakit lalu menjalani perawatan tapi tak berlangsung lama. Satu anak itu dipulangkan setelah kondisinya sehat.
Di Kota Bekasi, tercatat ada 4 anak yang keracunan setelah mengonsumsi 'Chiki Ngebul.' Seorang anak dilarikan ke Rumah Sakit Haji Jakarta Selatan karena mengalami peradangan pada bagian dinding usus pada Desember 2022.
Selain mengkaji kemungkinan larangan peredaran 'Chiki Ngebul', Ryan mengatakan, Pemprov Jawa Barat juga terus menjalin koordinasi dengan dinas kesehatan (dinkes) di tingkat kabupaten/kota untuk meningkatkan kewaspadaan atas konsumsi 'Chiki Ngebul' oleh anak-anak.
Advertisement
Gejala Keracunan Cikbul
Secara rinci, dengan dilaporkannya kasus sebanyak 7 orang siswa Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat mendadak mengalami keracunan.
Kejadian tersebut terjadi pada November 2022. Ketujuh siswa keracunan usai menyantap jajanan yang menggunakan nitrogen cair di sekolah. Gejala yang dialami berupa mual hingga muntah.
Pada waktu itu, seluruh siswa yang keracunan dilarikan ke Puskesmas Leuwisari dan RSUD SMC Kabupaten Tasikmalaya untuk mendapatkan penanganan medis.
"Keluhan pertama yang dialami itu pusing, lalu ada juga yang mual sampai muntah,” kata salah satu orangtua siswa, bernama Wiwin, Selasa (15/11/2022).
Sebagai informasi, penggunaan nitrogen cair dalam makanan belakangan ini marak terjadi, bahkan viral di media sosial. Jajanan nitrogen cair biasanya berupa makanan ringan yang berasal dari tepung beras atau jagung.
Camilan ini berbentuk bulat, kering, dan bertekstur renyah. Sebelum disajikan, penjual akan menuangkan nitrogen cair ke wadah berisi snack tersebut.
Muncul Gejala Setelah Makan Cikbul
Sebagaimana hasil pemeriksaan dokter di RSUD SMC, Kabupaten Tasikmalaya, ketujuh anak SD yang keracunan Cikbul nitrogen didiagnosis mengalami intoksikasi makanan.
Intoksikasi merupakan respons tubuh akan suatu zat yang tertelan atau terhisap. Akibatnya, anak-anak yang keracunan mengalami gejala tambahan. Misal, diare dan kembung sehingga harus dilakukan observasi sementara waktu oleh pihak rumah sakit selama pemulihan.
“Kalau dari kami itu, diagnosis tambahannya adalah suspek intoksikasi nitrogen, dan ini sebagai diagnosis tambahan saja,” jelas Kasie Pelayanan RSUD SMC Kabupaten Tasikmalaya dr. Sudaryan.
Diketahui, ketujuh siswa membeli jajanan nitrogen cair tersebut saat pagi hari, sebelum jam sekolah. Tak berapa lama kemudian, muncul gejala diare dan muntah.
Kondisi itu pun berujung mereka dilarikan ke fasilitas kesehatan terdekat dan dirujuk ke RSUD SMC.
Advertisement