Liputan6.com, Jakarta Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menilai pelarangan membawa mainan lato-lato ke sekolah bukanlah pilihan yang bijak. Sebab, bermain lato-lato dapat mengembalikan semangat belajar siswa.
Penegasan di atas disampaikan oleh Wakil Ketua KPAI Jasra Putra merespons adanya larangan membawa lato-lato ke sekolah di beberapa daerah. Sejumlah sekolah menilai lato-lato dapat mengganggu kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Baca Juga
Seperti halnya di Kabupaten Cirebon, dinas pendidikan setempat akan menerbitkan surat edaran (SE) terkait larangan membawa lato-lato ke sekolah. Hal ini guna memastikan kegiatan belajar mengajar berjalan lancar dan mengantisipasi bola lato-lato agar tidak membahayakan jika terkena.
Advertisement
Permainan bola tali yang dihempaskan dan menghasilkan suara ini juga dianggap menimbulkan kebisingan. Bahkan salah satu warga asal Kertawinangun, Kecamatan Cideng mendapati permainan lato-lato yang digunakan anaknya terlepas hingga mengenai televisi di rumahnya.
"Dengan melarang lato-lato dibawa ke sekolah, tentu bukan pilihan bijak para guru. Karena ada hal yang lebih utama, yaitu mengembalikan anak pada dunia bermain dan belajarnya," terang Jasra dalam keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com melalui pesan singkat pada Selasa, 10 Januari 2023.
"Dunia bermain dan belajar inilah yang sebenarnya menjadi harapan para orangtua dengan hadirnya di sekolah."
Menarik Pembelajaran di Sekolah
Lebih lanjut, Jasra Putra mengatakan, sekolah menjadi tempat belajar anak dan bermain yang didampingi oleh guru. Bermain lato-lato dengan penjelasan dari guru dapat menarik minat pembelajaran di sekolah.
"Di sanalah (sekolah) segala permainan, didampingi, dimaknai, transfer nilai dan karakter. Justru fenomena lato lato adalah kesempatan para guru untuk kembali membuat menarik media pembelajaran di sekolah," lanjutnya.
Fenomena lato-lato yang sedang digandrungi anak-anak dinilai baik. Ini lantaran itu adalah dunia bermain anak di tengah permainan game online atau game di ponsel.
"Belakangan ini begitu menjamur anak-anak bermain lato lato. Permainan ini tidak mengenal umur, siapapun bisa memainkannya," ucap Jasra.
"Namun sekali lagi, dunia bermain adalah dunia anak, tentu saja merekalah yang paling suka memainkannya."
Advertisement
Sekolah Bukan Tempat Bermain
Serupa di Kabupaten Cibinong, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat juga melarang siswa membawa mainan lato-lato ke sekolah. Ini guna memastikan kegiatan belajar mengajar tidak terganggu.
"Sangat dilarang siswa untuk membawa lato-lato ke sekolah karena sekolah tempat belajar, bukan tempat bermain. Jadi saya tegaskan, tidak boleh membawa permainan lato-lato ke sekolah," kata Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor Juanda Dimansyah di Cibinong, Bogor, Senin (9/1/2023).
Juanda meminta dukungan dari guru-guru di SD hingga SMP dapat menginformasikan larangan membawa mainan lato-lato ke sekolah kepada para siswa.
"Saya minta hari pertama masuk sekolah ini setiap sekolah untuk mengawasi dan melarang siswa-siswinya, jangan sampai membawa mainan lato-lato ini ke lingkungan sekolah, apa lagi di dalam kelas," jelasnya.
Larangan Tak Boleh Bawa Lato-lato sudah Diterapkan
Seorang guru di SMP Al Yasmin Bogor, Mawar mengatakan, bahwa larangan membawa mainan ke sekolah sudah diberlakukan sejak hari pertama masuk sekolah setelah libur akhir tahun 2023 dan siswa-siswa di sekolahnya sudah memahami ketentuan itu.
"Sudah kami informasikan ke siswa dan orangtua murid, (bahwa) tidak boleh bawa mainan ke sekolah. Tadi setelah diperiksa tidak ada yang membawa," katanya, dikutip dari AntaraNews.com.
Seperti diketahui, permainan lato-lato memang mulai gandrung dimainkan anak-anak. Mereka kerap memainkan permainan itu dengan bunyi tek-tek-tek hampir di semua tempat.
Selain harganya yang murah, lato-lato yang merupakan mainan anak jaman dulu alias jadul bisa dibawa ke mana saja. Menjamurnya permainan itu juga mengundang pemasukan bagi para pedagang mainan.
Advertisement