Liputan6.com, Jakarta Setiap hari raya besar yang berlangsung, masing-masing agama biasanya mempunyai warna identik yang mendominasi. Tanpa terkecuali saat Tahun Baru Imlek, yang selalu lekat dengan warna merah cerah.
Mulai dari dekorasi, angpao imlek, hingga pakaian, semua disiapkan dengan warna merah. Warna merah pun digunakan bukan tanpa arti. Selama bertahun-tahun, warna satu ini dipercaya sebagai sebuah simbol dari begitu banyak hal baik.
Baca Juga
Mengutip laman Yahoo News, Rabu (11/1/2023), warna sendiri memainkan peranan penting dalam budaya Tiongkok karena mewakili berbagai kualitas dan gagasan yang sudah terbentuk sejak ribuan tahun yang lalu.
Advertisement
Sejak dahulu kala, orang Cina akan menganggap merah sebagai warna keberuntungan dan kebahagiaan. Sehingga warna merah kerap dipilih sebagai warna utama dalam perayaan besar seperti Imlek. Serta, dianjurkan untuk acara-acara penting lainnya termasuk pernikahan.
Terlebih, 2023 dinobatkan sebagai tahun Kelinci Air. Kelinci dicirikan dengan harapan, kedamaian, kemakmuran, dan umur panjang. Ternyata, warna keberuntungan untuk hewan Kelinci salah satunya adalah merah. Selain itu, merah muda, ungu, dan biru juga dianggap warna yang baik untuk Kelinci.
Selain warna merah, warna lainnya yang punya arti baik menurut tradisi Tionghoa adalah kuning dan hijau. Warna-warna tersebut berasal dari Chinese Five Elements Theory.
Berdasarkan teori itu, warna merah melambangkan api, kuning melambangkan bumi, hijau melambangkan kayu, putih melambangkan logam, dan hitam melambangkan air.
Â
Legenda Asal Muasal Warna Merah di Tahun Baru Imlek
Menurut legenda, zaman dahulu terdapat binatang buas bernama Nian yang akan datang pada malam Tahun Baru Imlek. Nian dipercaya akan melahap penduduk desa, ternak, dan tanaman.
Demi melindungi diri, masyarakat pada zaman itu biasanya akan meletakkan makanan di depan pintu mereka dengan harapan Nian tidak akan menyakiti siapapun setelah kenyang memakannya.
Suatu malam, ada orang-orang yang melihat Nian ketakutan pada seorang anak yang berbaju merah. Sejak saat itulah, masyarakat mulai menggunakan warna merah dimulai dari malam Imlek.
Masyarakat turut menggantungkan lentera merah dan kertas merah dengan bait-bait yang artinya menjauhkan Nian yang dianggap keburukan selama satu tahun kedepan.
Orang-orang kemudian mulai saling menyapa pada Hari Imlek dengan mengatakan 'Gong Xi Fa Cai' yang berarti 'Selamat' untuk semakin menakut-nakuti Nian.
Dengan alasan yang sama pula, barongsai biasanya ramai dimainkan pada malam Tahun Baru Imlek.
Advertisement
Penggunaan Warna Merah yang Meluas
Merah pun merupakan warna tradisional Han, kelompok etnis dominan yang ada di Tiongkok. Artinya serupa dengan apa yang beredar selama ini yang melambangkan nasib baik, keberuntungan, vitalitas, perayaan, dan kemakmuran.
Dari sana pula, saat Tahun Baru Imlek, orang-orang di sana mulai menggunakan pakaian merah untuk meningkatkan keberuntungan dan mengusir roh-roh yang jahat.
Tradisi kemudian terbawa hingga saat ini dan diikuti secara luas setiap Imlek dan acara-acara penting. Dalam hal angpao yang berwarna merah, tradisi ikut berlanjut dengan berbagai ketentuan pemberiannya.
Angpao hanya boleh diberikan untuk anak-anak, orang dewasa muda yang belum menikah, dan karyawan untuk keberuntungan dan kesehatan setahun mendatang.
Menurut adat yang berlaku, jumlah uang yang diberikan dalam angpao harus berjumlah genap karena jumlah uang ganjil hanya diberikan selama pemakaman atau yang berkaitan dengan kematian.
Tradisi Lain yang Dilarang Saat Imlek
Tak berhenti pada pemaparan di atas, Imlek masih memiliki sederet tradisi termasuk hal-hal yang dilarang. Mengutip China Highlights, salah satunya adalah larangan menyapu rumah dan membuang sampah
Hal tersebut lantaran menyapu di Hari Imlek dipercaya bisa menyapu pula kekayaan yang hendak menghampiri Anda pada tahun itu. Membuang sampah sendiri melambangkan membuang keberuntungan atau nasib baik di rumah.
Begitupun dalam hal makanan. Bubur menjadi makanan yang sangat dihindari ketika Imlek. Pasalnya, bubur diasosiasikan dengan kemiskinan pada zaman dahulu. Sehingga saat Imlek, mengonsumsi bubur tidak diperbolehkan.
Terlebih lagi, bubur juga diasosiasikan sebagai makanan berduka atau biasa ada di tempat kematian. Jadi mengonsumsinya dianggap bisa membawa keburukan pada nyawa.
Advertisement