Sukses

Kemenkes Sebut Kasus Dugaan Keracunan Ciki Ngebul Tambah 1 Lagi

Kementerian Kesehatan RI menerima tambahan satu laporan lagi terkait keracunan ciki ngebul. Tambahan ini dilaporkan dari Jawa Timur.

Liputan6.com, Jakarta Direktur Penyehatan Lingkungan (PL) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, dr Anas Ma'ruf mengungkapkan bahwa laporan terkait keracunan nitrogen cair yang ada dalam jajanan ciki ngebul bertambah satu lagi.

"Setelah kita menyampaikan edaran, sosialisasi, hari ini ada laporan satu dari Jawa Timur kemungkinan anak mengalami kejadian atau keracunan terkait dengan ciki ngebul. Saat ini sudah dilakukan investigasi," ujar Anas dalam konferensi pers, Kamis (12/1/2023).

Anas menjelaskan, pihak Kemenkes tengah melakukan pemantauan baik dari pihak puskesmas maupun rumah sakit. Sehingga bisa dilaporkan kembali jika memang ada dugaan kasus akibat ciki ngebul.

Awal mula laporan keracunan ciki ngebul sendiri terjadi pada Juli 2022. Saat itu ada laporan satu kasus di Desa Ngasinan, Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo. Anak tersebut mengonsumsi ciki ngebul kemudian mengalami luka bakar.

Selanjutnya laporan kedua muncul pada 19 November 2022 di UPTD Puskesmas Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya dengan korban anak sebanyak 23 orang. Satu diantara 23 anak tersebut dirujuk ke rumah sakit karena mengalami gejala.

Laporan ketiga muncul pada 21 Desember 2022 dari UGD Rumah Sakit Haji Jakarta. Pasien berusia 4,2 tahun dan datang dengan keluhan sakit perut yang hebat setelah mengonsumsi ciki ngebul.

"Kalau total yang dilaporkan dengan gejala di Ponorogo satu orang, Tasikmalaya 23 orang tetapi tujuh yang bergejala, satu orang di rumah sakit Jakarta. Satu lagi baru dilaporkan dari Jawa Timur. Jadi ada sekitar 10 kasus dengan gejala," kata Anas.

2 dari 4 halaman

Tidak Pernah Ada Laporan Sebelum 2022

Jika melihat data Kemenkes RI yang ada pada tahun-tahun sebelumnya, tidak pernah ada laporan keracunan pangan yang berkaitan dengan nitrogen cair dalam ciki ngebul.

"Dari data yang kami dapatkan, baru ada kejadian (keracunan) terekam itu 2022. Kami cek kembali tahun 2021, 2022, dari laporan kejadian keracunan pangan itu tidak ada laporan," kata Anas.

Tak hanya itu, menurut Anas, penggunaan nitrogen cair pada pangan siap saji seperti ciki ngebul sebenarnya sudah cukup lama. Anda mungkin salah satu yang tak asing melihat jajanan ciki ngebul tersebut.

"Penggunaan nitrogen cair pada pangan siap saji sebetulnya sudah cukup lama. Ini digunakan tidak hanya di laboratorium saja, tapi memang di pangan juga digunakan," ujar Anas.

"Kalau dulu hanya tersedia di berbagai mal besar, saat ini sudah banyak ditemukan di kalangan masyarakat. UMKM atau istilah lainnya food street, itu (ciki ngebul) sudah banyak ditemukan. Termasuk di pasar malam dan sebagainya," kata Anas.

3 dari 4 halaman

Dampak Kesehatan dari Nitrogen Cair

Anas pun menjabarkan apa-apa saja yang menjadi dampak kesehatan bila terkena nitrogen cair. Salah satu yang utama dapat menyebabkan radang dingin dan luka bakar terutama pada jaringan lunak seperti kulit, mukosa, dan sebagainya.

Dampaknya berupa tenggorokan yang terasa seperti terbakar karena suhu yang sangat dingin dan bersentuhan langsung dengan organ. Sehingga memicu kerusakan internal organ tubuh.

"Kemudian kalau terhirup itu bisa menimbulkan persoalan karena dinginnya tadi. Bisa menimbulkan masalah di pernapasan. Juga, dapat menyebabkan gangguan di saluran pencernaan kalau dia tertelan," kata Anas.

"Bisa di tenggorokannya sampai ke lambung dan sebagainya. Sehingga menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan kalau tertelan," tambahnya.

4 dari 4 halaman

Berbahaya Jika Terkena Kulit dan Mukosa

Lebih lanjut Anas mengungkapkan bahwa umumnya nitrogen sesungguhnya bukanlah zat yang berbahaya. Apalagi penggunaan nitrogen untuk pangan siap saji sudah diperbolehkan dan diatur Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI.

"Nitrogen ini tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, dan dalam waktu singkat dia akan langsung menguap. Tetapi nitrogen yang cair ini kan dingin karena dia dalam teorinya disebutkan minus sampai 196 derajat celsius," ujar Anas.

"Untuk itu kalau ini terkena pada kulit, pada mukosa itu menimbulkan persoalan."