Liputan6.com, Jakarta - Putra kedua Venna Melinda, Athalla Naufal mengatakan sang ibu baru merasakan ketakutan selepas mengalami kekerasan yang diduga dilakukan oleh suaminya, aktor Ferry Irawan.
Berdasarkan keterangan Athalla Naufal, kekerasan yang dialami Venna Melinda tak hanya memengaruhi fisik melainkan juga psikis. Athalla yang mendampingi Venna sejak di rumah sakit mengatakan, ibunya kerap terbangun lewat tengah malam, mengigau dan menangis.
Baca Juga
"Jadi ya itu, setiap jam 02.00, jam 03.00 suka ngigau-ngigau gitu, nangis tiba-tiba. Sering kayak gitu,' tutur Athalla ketika berbincang dengan Deddy Corbuzier dalam podcast Close the Door.
Advertisement
Bahkan, Athalla mengatakan, Venna Melinda sempat bertanya-tanya mengapa baru merasakan ketakutan selepas kejadian KDRT dan tiba di Jakarta.
" Terus dia suka bilang, pas udah sampai di Jakarta, dia cerita lagi, 'Kok Mama baru ngerasa ketakutannya sekarang? Mama baru ngerasain ini semua kok baru sekarang ya?' gitu lho," lanjutnya.
Dalam kesempatan yang sama, Venna mengakui bahwa dirinya kini tengah mengalami kesulitan tidur.
"Aku masih susah tidur aja," ujar Venna melalui sambungan telepon pada Deddy Corbuzier.
Ibu tiga anak itu juga mengalami gangguan kecemasan, ditandai dengan beberapa kali mengecek kondisi pintu rumahnya sudah terkunci atau belum.
Diketahui, dampak dari kekerasan yang diduga dilakukan oleh Ferry Irawan, Venna Melinda mengalami pecah pembuluh darah hidung dan tulang rusuk retak karena KDRT.
 Â
Â
Post-Sraumatic Stress Disorder
Psikolog Oktina Burlianti mengatakan, yang dialami oleh Venna Melinda saat ini kemungkinan besar adalah post-traumatic stress disorder (PTSD). Adapun PTSD yaitu kesehatan mental yang dipicu oleh peristiwa menakutkan — baik mengalaminya atau menyaksikannya. Gejala mungkin termasuk kilas balik, mimpi buruk dan kecemasan yang parah, serta pikiran yang tidak terkendali tentang kejadian tersebut.
Ketika menghadapi kekerasan atau ancaman, jelas Oktina, manusia secara alami menggunakan metode fight (melawan), flight (menghindar), atau freeze (berdiam diri). Namun, ketika kondisi yang melibatkan salah satu dari ketiga mekanisme pertahanan diri itu telah berlalu, maka bagian otak yang disebut prefrontral cortex mulai bekerja dan timbul kesadaran bahwa ada sesuatu yang salah.
"Mulai terbayang-bayang, makanya gangguannya disebut PTSD--post-traumatic stress disorder. Gejalanya bukan saat kejadian, (tapi) sesudah," kata Oktina atau akrab disapa Ullie ketika dihubungi Liputan6.com, Minggu, 15 Januari 2023.Â
Â
Advertisement
Gejala PTSD
Mengutip laman Mayoclinic, gejala gangguan stres pascatrauma dapat dimulai dalam waktu satu bulan setelah peristiwa traumatis, tetapi terkadang gejala mungkin tidak muncul hingga bertahun-tahun setelah peristiwa tersebut.
Gejala PTSD umumnya dikelompokkan menjadi empat jenis: ingatan yang mengganggu, penghindaran, perubahan negatif dalam pemikiran dan suasana hati, serta perubahan dalam reaksi fisik dan emosional. Gejala dapat bervariasi dari waktu ke waktu atau bervariasi dari orang ke orang.
"Seberapa kompleks kita enggak tahu, setiap individu akan berbeda-beda," ucap Ullie.
Ullie mengapresiasi Venna Melinda yang berani bersuara atas kekerasan yang menimpanya. Menurutnya, keberanian Venna Melinda untuk speak up dapat dijadikan contoh oleh individu-individu lain yang mengalami kejadian serupa.
"Venna perempuan yang kuat ya menurutku. Jadi dia melakukan hal yang benar. Aku salut, dia jadi bisa menjadi contoh buat perempuan-perempuan lain yang mengalami KDRT."
Individu yang mengalami PTSD disarankan untuk mendapat bantuan dan pendampingan dari profesional agar kondisi trauma bisa teratasi dengan baik.