Liputan6.com, Jakarta - Menyaksikan rambut rontok perlahan usai kemoterapi mungkin jadi salah satu hal terberat yang harus dilalui pasien kanker. Beberapa di antaranya pun memilih untuk mencukur habis rambutnya agar tak perlu melihat kerontokan itu.
Jalan tersebutlah yang dipilih oleh seorang wanita pengidap kanker yang videonya belakangan viral di media sosial.
Baca Juga
Dalam sebuah rekaman singkat, wanita itu tampak murung sesaat sebelum pemangkas di salon mencukur rambutnya.
Advertisement
Di pertengahan jalan saat rambutnya sudah setengah botak, wanita tersebut terlihat terisak-isak tak kuat menahan tangis. Gerak geriknya memperlihatkan ketidaksiapan melihat rambutnya dari panjang menuju tak tersisa.
Dia hanya sesekali membuka mata melihat dirinya di kaca. Sisanya, wanita itu hanya menunduk dan memilih menutup mata.
"Seorang pasien kanker mengunjungi tukang pangkas rambut dan dia melakukan hal yang tidak terduga," tulis keterangan dalam video yang diunggah oleh Kevin W, pemilik akun Twitter @Brink_Thinker ditulis Rabu (18/1/2023).
Mulanya, tukang pangkas yang mencukur rambut wanita itu memang terlihat tak memberikan respons apapun.
Namun, usai selesai mencukurnya, dia melakukan hal terduga yakni memeluk erat wanita tersebut sambil berupaya menenangkan.
Tak berhenti di sana, tiba-tiba pemangkas rambut itu ikut mencukur rambutnya yang semula lebat menjadi botak tak tersisa sehelai pun. Sang wanita pengidap kanker akhirnya terkejut seraya tak percaya melihat aksi itu.
Sepanjang pemangkas itu mencukur rambutnya, dia kembali memberikan pelukan untuk wanita yang masih menangis tersedu-sedu itu.
Menemani dan Memberi Dukungan untuk Pasien Kanker
Saat hidup berdampingan dengan pasien kanker, momen-momen sulit sangat mungkin untuk muncul. Namun, hal terpenting yang bisa dilakukan memang hanyalah menemani dan memberi dukungan.
Dalam kesempatan berbeda, Duta Peduli Kanker Ovarium, Shahnaz Haque, mengungkapkan bahwa saat menemani sang ibu mengalami kanker, dirinya sangat tahu bagaimana rasanya berada di tengah pasien kanker.
"Saya tahu ini perjalanan yang melelahkan karena kita mesti menemani seorang pejuang yang sedang mempertahankan nyawanya," ujar Shahnaz dalam acara bersama Cancer Information & Support Center (CISC) dan AstraZeneca pada Desember 2022.
Shahnaz menjelaskan bahwa pesan yang bisa disampaikan darinya untuk para pendamping pasien kanker adalah bersabar. Hal tersebut lantaran kebanyakan caregiver hanya memiliki empati di awal-awal pasien sakit.
"Kita hanya punya empati di awal biasanya. Sudah berbulan-bulan selanjutnya, kita sudah terkuras habis emosinya. Maka terkadang kita menjadi tidak sabar atau memaksa mereka (pasien) untuk mengikuti apa yang kita mau," kata Shahnaz.
Advertisement
Ciptakan Kenangan Baik Bersama
Menurut Shahnaz, saat bertengkar dengan pejuang kanker dan emosi Anda tidak stabil, ada kemungkinan hal-hal lain dapat terjadi dan mungkin disesali nantinya. Sehingga penting untuk tetap menciptakan kenangan yang baik.
"Emosi yang tidak stabil akan menimbulkan letupan-letupan yang nanti kita akan sesali. Kalaupun mereka harus dipulangkan ke kampung ilahi, jangan sampai ada kenangan yang tidak baik yang terjadi. Itu sangat menyedihkan dan tidak akan bisa terulang lagi," ujar Shahnaz.
Lakukan yang Terbaik
Shahnaz mengungkapkan bahwa apapun peran Anda, entah sebagai caregiver ataupun pejuang kanker, tetap lakukanlah peran Anda dengan baik.
"Siapapun kita, lakukan peran misi jiwa Anda masing-masing. Karena kalau kita teridentifikasi sebagai pejuang, bukan berarti kita tidak berguna bagi orang lain. Lakukan yang terbaik, tetap menjadi orang baik. Orang baik mungkin jalannya di jalan yang sepi sendirian. Tapi enggak apa-apa, terus saja melangkah," kata Shahnaz.
"Karena pada akhir kehidupan dan helaan nafas kita, ternyata bukan siapa yang terbaik. Tapi ketika kita berjuang, kita masih mau berbuat baik untuk orang lain."
Advertisement