Liputan6.com, Jakarta Bagi Anda yang kerap membuat ramuan tradisional atau jamu, terkadang menambahkan madu agar terasa manis. Pemberian madu sebaiknya ditambahkan terakhir agar tidak teroksidasi seperti disampaikan dokter Richard Siahaan dari Persatuan Dokter Herbal Medik Indonesia.
"Karena takut teroksidasi. Itu bahan akhir untuk flavour (rasa) jadi lebih aman ditaruh di akhir karena dia bahan yang memang tidak perlu diolah lagi. Bukan bahan untuk diekstraksi," kata Richard.Â
Baca Juga
Dalam produksi obat herbal di pabrik pun akan menaruh pemanis pada urutan terakhir dalam pengolahan produk. Hal ini lantaran madu juga tak direbus atau dipanaskan seperti bahan alami lainnya.
Advertisement
Menurut Richard hal ini berbeda dengan bahan-bahan semisal jahe atau kunyit yang digunakan ekstraksinya dalam racikan herbal. Bahan-bahan ini umumnya dipanaskan bersama air dan bahan lain di atas kompor.
"Ketika buat bahan di pabrik, kan pemanis ditaruh terakhir, tidak dicampur bahan untuk ekstraksi. Jadi ekstraksi itu bahan yang berbeda dengan sesudah dari bentuk kemasan," katanya mengutip Antara.
Â
Berlaku Juga pada Serai
Richard mengatakan hal yang sama terjadi pada serai. Ia mengatakan bahwa saat membuat ramuan herbal atau jamu masukkan serai terakhir karena fungsinya untuk meningkatkan aroma.
"Sama seperti sereh, ditaruh di akhir karena itu bukan simplisia. Bahan tadi simplisia semua kan, kering. Yang satu basah (sereh), itu hanya flavour, supaya aromanya enak," tutur Richard.
Simplisia merupakan bahan alami yang dimanfaatkan sebagai ramuan tradisional dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Peralatan untuk merebus simplisia tidak boleh menggunakan logam kecuali stainless steel.
Alat merebus simplisia juga sebaiknya terbuat dari kaca, keramik atau porselen. Selain itu, bahan ramuan herbal harus dicuci bersih sebelum diproses lebih lanjut dan saringan yang digunakan terbuat dari plastik atau nilon, stainless steel atau kassa.
Advertisement