Sukses

Permintaan Dispensasi Nikah Tinggi, Kepala BKKBN Singgung soal Pendidikan Seks yang Masih Dianggap Tabu

Sepekan terakhir, viral soal dispensasi nikah pada anak-anak di Ponorogo. Terbaru, Kediri melaporkan ada 569 dispensasi nikah.

Liputan6.com, Jakarta Sekitar sepekan terakhir viral mengenai tingginya permintaan dispensasi nikah di beberapa kabupaten. Di Ponorogo, Jawa Timur pada 2022 mencatat ada 191 permintaan dispensasi nikah ke Pengadilan Agama. Di tahun yang sama Kediri melaporkan ada 569 permintaan dispensasi nikah.

Salah satu alasan yang membuat para anak-anak di sana meminta dispensasi nikah karena hamil. Terkait hal ini, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menyinggung soal pengetahuan seks yang rendah pada remaja di Indonesia. 

Hasto mengungkapkan bahwa hingga saat ini pendidikan seks masih dianggap tabu. Alhasil, bila ingin memberikan edukasi tentang seksualitas punya banyak tantangan.

"Pendidikan seks di Indonesia sangat lemah karena masih dianggap tabu. Upaya kita untuk melakukan pendidikan seksual secara komprehensif masih menemui banyak tantangan," kata Hasto.

Sehingga, bukan cuma di Jawa Timur saja yang tinggi permintaan dispensasi nikah. Di wilayah lain pun serupa.

Hasto meluruskan bahwa pendidikan seksualitas itu bukan tentang mengajari soal berhubungan seks. Melainkan mengenai pengenalan alat reproduksi hingga fungsi. Selain itu, mengajarkan cara menjaga dan merawat organ reproduksi termasuk mencegah penyakit. 

Melihat tantangan yang masih besar dalam memberikan pendidikan seksualitas, BKKBN masuk lewat generasi sebaya. 

"Untuk itu melalui Program Generasi Berencana atau GenRe, BKKBN mencoba untuk memberikan pendidikan seks melalui generasi sebaya," kata Hasto mengutip Antara.

Hasto yakin jika remaja pria dan perempuan mendapatkan pendidikan seksualitas yang baik bakal merawat organ reproduksi dengan baik serta tidak melakukan seks bebas. 

"Saya yakin jika remaja khususnya remaja baik laki-laki dan perempuan mendapatkan seks education mereka akan menjaga diri sebaik mungkin dan tidak akan melakukan free sex," ujarnya.

2 dari 3 halaman

Tentang GenRe

Hasto memuji BKKBN Provinsi Jawa Timur yang menjembatani sinergi antara lintas sektor di dalam pembinaan remaja. Mulai dari memberikan dukungan terhadap kegiatan-kegiatan positif remaja, dan bersama-sama remaja mengembangkan kegiatan yang akrab yang sesuai dengan kebutuhan remaja melalui Insan GenRe.

GenRe adalah program yang dikembangkan BKKBN dengan kelompok sasaran, yaitu remaja berusia 10-24 tahun tetapi belum menikah, mulai siswa SMP, SMA, hingga mahasiswa dan mahasiswi yang belum menikah.

Tiga masalah remaja yang saat ini berusaha diselesaikan oleh BKKBN melalui forum GenRe, yakni tingginya pernikahan dini, pergaulan atau seks bebas, dan penggunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (napza).

 

3 dari 3 halaman

Bahaya Remaja Melakukan Hubungan Seks dari Aspek Kesehatan

Hasto yang merupakan dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan ini menjelaskan risiko hubungan seks di usia muda. Ada banyak risiko yang timbul salah satunya rawan terkena kanker serviks nantinya

Perempuan di bawah usia 20 tahun itu memiliki bentuk serviks atau mulut rahim yang masih menghadap keluar, sehingga bila tersentuh alat kelamin laki-laki maka akan rawan dan berpotensi terjadi infeksi Human Papilloma Virus (HPV).

Bila sudah terpapar HPV maka dalam kurun waktu tujuh hingga 20 tahun ke depan berpotensi terjadi kanker serviks atau kanker mulut rahim.

Pendidikan seperti di atas penting diketahui remaja sehingga tahu risikonya. Bila mencontoh Kabupaten Kulon Progo, pendidikan seks diselipkan di mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes).

"Saat saya menjadi Bupati Kulon Progo selama dua periode, pendidikan seks sudah saya masukkan ke mata pelajaran penjaskes. Bisa dilihat bagaimana dispensasi nikah disana dan jumlah kehamilan atau kelahiran pada remaja rendah. Ini bisa dijadikan contoh untuk daerah lain," kata dia.

Video Terkini