Sukses

Anak Kena Campak, Boleh Enggak Sih Mandi dan Kena Angin?

Larangan untuk mandi dan terkena angin saat sedang terkena campak mungkin pernah Anda dengar. Lalu, benarkah faktanya demikian?

Liputan6.com, Jakarta Larangan untuk mandi saat sedang terkena campak mungkin pernah Anda dengar. Pasalnya, ada anggapan bahwa mandi bisa membuat ruam kulit saat campak bertambah parah.

Padahal campak tidak bisa hilang hanya dalam waktu satu atau dua hari saja. Anda pun mungkin kebingungan soal aturan mandi saat campak ini. Lalu, benarkah mandi jadi hal yang dilarang saat kena campak?

Ketua Unit Kerja Koordinasi Penyakit Infeksi Tropik Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr dr Anggraini Alam, SpA(K) mengungkapkan bahwa aturan mandi atau tidaknya saat campak bergantung pada gejala yang tengah dialami.

"Kalau soal mandi atau kena air, tentunya kalau anak sedang demam, jangan mandi karena dengan dimandikan, dia menjadi kedinginan. Suhu tubuh malah jadi naik," ujar dokter yang akrab disapa Anggi dalam media briefing bersama IDAI ditulis Sabtu, (21/1/2023).

Anggi menjelaskan, suhu tubuh manusia diatur di otak. Jikalau suhu di luar sedang tinggi, maka suhu di badan bisa lebih meningkat lagi dan menyebabkan demam bertambah tinggi.

Tak hanya itu, ada pula anjuran agar anak menggunakan baju yang tebal agar tidak terkena angin saat campak. Hal itu turut dianggap bisa menyebarkan ruam kulit menyebar lebih luas ke area tubuh lainnya.

Anggi menerangkan, tanpa terkena angin, ruam yang muncul saat campak memang sebenarnya akan menyebar dengan sendirinya.

"Sebenarnya enggak kena angin juga menyebar ke seluruh badan. Tentu tiap individu berbeda, namun begitulah cara penyebaran dari campak," kata Anggi.

2 dari 4 halaman

Proses Penyebaran Ruam Campak

Lebih lanjut Anggi mengungkapkan bahwa pada dasarnya campak akan menyebar dari waktu ke waktu. Ruam tersebut umumnya akan dimulai pada bagian kepala lebih dulu, tepatnya dari belakang telinga.

"Mulai dari belakang telinganya, atau antara rambut dengan kulit, kemudian di wajah, barulah tangan, kemudian ke tubuh, dan akhirnya menyatu. Lama-lama menggelap, memang demikian," ujar Anggi.

Sedangkan persoalan mata merah saat campak sendiri biasanya ikut terjadi. Anggi mengungkapkan bahwa mata merah terjadi karena epitel (sel yang berasal dari permukaan tubuh) ikut terkena virus campak.

"Kenapa itu (mata) menjadi merah? Karena sama-sama epitelnya itu terkena oleh si virus. Tidak hanya mata, tetapi mulut juga bisa. Bayangkan merah-merah itu yang di mata, di kulit, itu juga kejadian di saluran pencernaan. Jadinya bisa mencret-mencret (saat campak)," kata Anggi.

3 dari 4 halaman

Kasus Campak Tiba-Tiba Naik di RI

Di Indonesia sendiri, kasus campak naik pada 2022. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, ada 3.341 kasus di tahun 2022 dilaporkan di 223 kabupaten kota dari 31 provinsi. Sementara itu, di 2021 kasus campak hanya sekitar ratusan. 

Dalam kesempatan yang sama, Anggi mengungkapkan bahwa peningkatan kasus campak tersebut kemungkinan besar terjadi karena menurunnya cakupan imunisasi anak selama pandemi COVID-19.

"Indonesia ini diperlihatkan sejak tahun 2015 cakupan DPT (difteri, pertusis, dan tetanus), atau kita tahu anak-anak mendapatkan pentavalen, itu sudah mulai turun. Lebih menurun lagi di 2020," ujar Anggi.

"Artinya, memang cakupan kita se-Indonesia sudah rendah. Mulai kapan? Mulai di 2015 utamanya, apalagi ditambah adanya COVID-19. Secara global memang imunisasi menjadi turun cakupannya," tambahnya.

4 dari 4 halaman

Campak Sempat Tidak Ditemukan

Sebelumnya, Anggi pun mengungkapkan bahwa dahulu setelah imunisasi campak diperkenalkan tahun 1968, sebenarnya dunia hampir tidak menemukan penyakit campak mengalami peningkatan lagi.

"Kita tuh hampir enggak ketemu lagi penyakit campak. Ini gara-gara imunisasi itu sangat spesial. Meningkatkan kesehatan, bisa sampai ke pelosok dirasakan kita semua, menyelamatkan kehidupan," kata Anggi.

"Jadi tidak heran, begitu diperkenalkan vaksin campak tahun 68, sejak itu kita hampir enggak jumpa campak. Namun kita waspada," jelasnya.

Barulah setelah cakupan imunisasinya menurun, kasus campak mulai bermunculan lagi.