Sukses

Asupan Protein Hewani Amat Vital Cegah Stunting, Pakar Beberkan Alasannya

Mencegah stunting erat kaitannya dengan konsumsi protein hewani.

Liputan6.com, Jakarta Persoalan terkait stunting masih menjadi sorotan di Indonesia. Sayang, pemenuhan gizi untuk mencegah stunting nampaknya belum maksimal terutama pada penegasan soal pentingnya konsumsi protein hewani.

Anda pun mungkin bertanya-tanya, memangnya seberapa vital sih protein hewani untuk mencegah stunting?

Menurut Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr Piprim Basarah Yanuarso, pentingnya protein hewani baru digaungkan selama beberapa waktu belakangan ini. Padahal, protein hewani sebenarnya merupakan kata kunci yang sangat penting sejak dahulu untuk bantu mencegah stunting.

"Kata kunci protein hewani ini baru saja muncul. Padahal ini sebetulnya kata kunci yang sangat penting sejak dahulu," ujar piprim dalam seminar media bersama IDAI bertema Peranan Protein Hewani dalam Mencegah Stunting di Indonesia, Selasa (24/1/2023).

"Kita mungkin ingat, anak-anak balita di posyandu pemberian makanan tambahannya bubur kacang hijau atau biskuit. Padahal masalah stunting ini kata kuncinya harus keluar protein hewani," tambahnya.

Terlebih Piprim menjelaskan, dalam tubuh anak terdapat mTORC, yang dapat memicu pertumbuhan. mTORC tersebutlah yang sebenarnya sangat sensitif pada kadar asam amino esensial.

"Ketika asam amino esensial yang berasal dari protein hewani itu rendah, mTORC ini tidak aktif. Tapi ketika kadar asam amino esensialnya cukup tinggi, maka saklar pertumbuhan ini terpicu, di switch on," kata Piprim.

"Kemudian pertumbuhan anak-anak tersebut berlangsung dengan baik. Termasuk pertumbuhan linear, tumbuh badan, pertumbuhan otaknya, pertumbuhan ususnya, sistem imunnya, dan lain-lain."

2 dari 4 halaman

Konsumsi Asam Amino Esensial

Dalam kesempatan yang sama, turut hadir Ketua Satuan Tugas (Satgas) Stunting IDAI, Prof Dr Damayanti Rusli Sjarif, SpA(K). Dokter yang akrab disapa Yanti ini menjelaskan bahwa konsumsi asam amino esensial memang akan mengaktivasi mTORC.

"Nah, mTORC ini akan memengaruhi pembentukan protein. Jadi kalau dia kurang, pembentukan protein kurang. Protein itu dipakai untuk apa? Protein itu dipakai untuk membuat pertumbuhan tulang, otot," ujar Yanti.

"Sehingga (jika kadarnya kurang) anaknya mudah terjadi weight faltering, berat badan kurang, gizi kurang. Menghambat pembentukan sel darah, bisa anemia. Gangguan fungsi kekebalan tubuh sehingga mudah terjadi infeksi," tambahnya.

Yanti menambahkan, kurangnya kadar mTORC turut dapat menyebabkan terhambatnya pembentukan lemak yang berdampak pada linisasi sistem saraf, dan berujung pada menurunkan kecerdasan.

"Jadi kita lihat betapa pentingnya konsumsi asam amino esensial," kata Yanti.

3 dari 4 halaman

Protein Hewani, Sumber Asam Amino Esensial

Lebih lanjut, Yanti mengungkapkan bahwa sumber asam amino esensial dapat diperoleh paling tinggi dari protein hewani. Hal itulah yang menjawab pertanyaan soal pentingnya protein hewani dalam mencegah stunting.

"Sumber asam amino esensial ini kalau kita lihat itu adalah di protein hewani. Kita lihat dari kedelai, kacang-kacangan, semua rendah. Yang tinggi itu justru ada di protein hewani yang berasal dari susu, telur, ikan, ayam, dan sebagainya," ujar Yanti.

Bahkan Yanti menjelaskan, penelitian menunjukkan jikalau seorang anak mengonsumsi protein hewani lebih dari satu jenis dalam satu hari, maka risiko untuk stunting ikut mengalami penurunan.

"Kalau tiga jenis (berbeda) protein hewaninya, itu menjadi kurang 6,1 persen. Ini juga dibuktikan bahwa ada 49 negara yang angka stuntingnya tinggi, semua itu terkait dengan rendahnya kandungan protein hewani dalam MPASI-nya," kata Yanti.

4 dari 4 halaman

Tak Hanya Perlu Lengkap tapi Jumlahnya Harus Cukup

Yanti mengungkapkan bahwa selain dari jenisnya yang harus lengkap berasal dari berbeda-beda sumber, jumlah protein hewani turut harus dicukupkan.

"Jumlah protein hewani pun harus lengkap. Penelitian memperlihatkan bahwa satu saja asam amino esensialnya berkurang, maka dia bisa menurunkan hormon pertumbuhannya 34 persen," ujar Yanti.

"Padahal kalau semuanya itu benar-benar 50 persen. Artinya apa? Asam amino bukan hanya lengkap, tapi juga cukup sesuai RDA," tambahnya.

Protein yang harus digunakan pun protein hewani. Hal tersebut lantaran jikalau menggunakan protein nabati, hasil asam amino esensial yang dihasilkan tidak setinggi dari protein hewani.