Sukses

Bakal Ada Pusat Bedah Jantung di Daerah, Pasien Tak Harus ke Jakarta

Pendirian pusat bedah jantung di daerah akan membantu pasien tidak harus dirujuk ke Jakarta.

Liputan6.com, Jakarta - Banyak pasien dari berbagai daerah di Indonesia yang membutuhkan penanganan bedah jantung harus dirujuk ke Jakarta. Seperti halnya di Pusat Jantung Nasional RS Harapan Kita Jakarta yang menerima pasien rujukan dengan beragam kasus jantung, baik dewasa maupun anak.

Demi pemerataan pelayanan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mendorong pendirian pusat (center) bedah jantung atau istilahnya bedah torak kardiak dan vaskular (BTKV) yang akan tersebar di beberapa daerah. Kelak, pasien tidak harus melulu dirujuk ke Jakarta.

"Untuk pendirian center tadi, maksudnya yang BTKV ya. BTKV terdapat di Jakarta, terus di Surabaya itu. Kalau ngomongin jantung ada dua ya, pertama kardiologi -- jantung dan pembuluh darah -- dan satu lagi BTKV ini. Ini penyakit saru tim sejatinya, harus ada kerja tim," tutur dokter bedah jantung anak Pribadi Wiranda Busro, ditulis Rabu (25/1/2023).

"Tapi memang kalau jantung (kardiologi), butuh lebih banyak. Kalau bedah, kami terkonsentrasi. Sekarang center-nya ada di Jakarta, yang kedua di Surabaya."

Direncanakan tahun 2023, lanjut Wiranda, pusat bedah jantung dibuka di Palembang dan Bali. Ada pula penambahan pendirian center di Makassar dan Semarang.

"Tahun ini sudah dibuka lagi di Palembang dan di Bali, udah nambah dua ya. Kemudian akan ditambahkan nanti di Makassar, satu lagi di Semarang, kalau enggak salah gitu. Jadi center-center-nya udah mulai diperbanyak," katanya saat sesi wawancara khusus yang diikuti Health Liputan6.com di Pusat Jantung Nasional RS Harapan Kita Jakarta.

"Ini dorongan dari Kementerian Kesehatan juga."

2 dari 4 halaman

Hasilkan Lebih Banyak Dokter Bedah Jantung

Dokter bedah jantung anak Pribadi Wiranda Busro berharap dengan semakin banyaknya pendirian center bedah jantung akan menghasilkan tenaga ahli yang lebih banyak. Saat ini, terdapat 165 dokter bedah torak kardiak dan vaskular di Indonesia.

"Diharapkan dengan pendirian pusat pusat pusat pendidikan baru melalui pendirian sentra jantung yang tersebar di seluruh Indonesia serta peningkatan mengenai pelayanan BPJS Kesehatan, cover pelayanan jantung akan lebih baik men-trigger rumah sakit setempat untuk melaksanakan operasi jantung," harapnya.

"Jadi, enggak perlu semua pasien jauh-jauh ke sini (RS Jantung Harapan Kita). Karena kalau untuk kasus jantung anak kan ada yang simpel, ada yang kompleks. Yang simpel, okelah kami bisa kerjakan sebulan - dua bulan. Tetapi yang kompleks, kadang-kadang mereka mengantrenya bisa setahun - dua tahun gitu."

Begitu lama antre pasien yang membutuhkan penanganan bedah jantung lantaran kasus kompleks tidak bisa dikerjakan dalam sekali waktu, selesai. Kehadiran pusat bedah jantung di daerah lain dapat membantu penanganan menjadi lebih cepat sehingga pasien tidak harus dirujuk ke Jakarta.

"Kalau kasus kompleks itu butuh tim dan di ICU-nya lama. Kami mau mengatasi hal itu. Tapi kalau semuanya dikasih kasus-kasus kompleks, yang ada, akan lama dikerjakan," beber Wiranda.

"Dengan pendirian pusat-pusat jantung di seluruh Indonesia oleh Kementerian Kesehatan akan menyebabkan pelayanan, service untuk kelainan jantung, penyakit jantung koroner, penyakit jantung lain, kalau bisa enggak dikirim ke Jakarta."

3 dari 4 halaman

Peran Sebagai RS Pengampu

Untuk penanganan katup jantung, RS Jantung Harapan Kita tetap menjadi rujukan utama dan masih belum bisa dikerjakan di rumah sakit di daerah. Sebab, ada keterbatasan sumber daya manusia (SDM) dan alat untuk penanganan.

"Penyakit katup jantung yang dialami, sebagian-bagian ketika udah fase lanjut itu harus dilakukan tindakan, apakah bisa diperbaiki ataupun diganti. Kalau katup jantung masih bisa dia (pasien) sesekali bisa dikirim ke Jakarta," Pribadi Wiranda Busro melanjutkan.

"Tapi kalau penyakit jantung koroner setidaknya bisa dikerjakan di rumah sakit daerah."

Rumah Sakit Jantung Harapan Kita pun sebagai pengampu ditugaskan oleh Kementerian Kesehatan. Dalam setahun ini, tim RS Jantung Harapan Kita keliling Indonesia untuk mendorong bagaimana rumah sakit di daerah memberikan pelayanan jantung terbaik.

Termasuk juga dengan pendirian pusat bedah jantung yang membutuhkan keterampilan para dokter bedah jantung. Sebagai rumah sakit pengampu, tim dokter jantung dari rumah sakit lain bisa mendiskusikan penyelesaian masalah-masalah kardiovaskular yang ada dan untuk mempersiapkan pelayanan bedah jantung.

Sesuai dengan tugas RSJPD Harapan Kita dalam Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) Nomor 602 Tahun 2017 tentang RSJPD Harapan Kita sebagai Pusat Jantung Nasional maka RSJP Harapan Kita bertugas mengampu jejaring rujukan kardiovaskuler terhadap pelayanan kardiovaskular secara nasional.

4 dari 4 halaman

Pendirian Center Bedah Jantung

Pribadi Wiranda Busro menyoroti soal pendirian pusat bedah jantung di daerah. Ketika akan mendirikan sebuah pusat pendidikan melalui center jantung, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.

"Tentunya, harus mendapatkan jumlah kasus yang cukup banyak kan. Untuk mendapatkan jumlah kasus yang banyak, harus mendapatkan suplai pasien yang banyak di rumah sakit pendidikan setempat," jelasnya.

"Untuk mendapatkan suplai pasien yang banyak di rumah sakit setempat, membutuhkan support (dukungan) dana yang cukup besar di rumah sakit setempat."

Sayangnya, perihal biaya pelayanan jantung, khususnya penyakit jantung bawaan belum sepenuhnya ditanggung BPJS Kesehatan. Hal ini berbeda dengan penyakit jantung koroner yang ditanggung sepenuhnya oleh BPJS Kesehatan.

"BPJS untuk (jantung bawaan) anak masih agak kurang gitu tapi untuk dewasa sudah semakin banyak. Di sisi lain, (dengan adanya center jantung) Insya Allah, dalam kita akan dalam dua tahun atau tiga tahun ini akan semakin banyak dokter spesialis bedah jantung," ucap Wiranda yang sehari-hari berpraktik di RS Jantung Harapan Kita Jakarta.

"Jadi pelayanan kita akan semakin lebih baik. Kalau dilihat di dunia perbandingan antara dokter jantung dengan yang dibutuhkan itu masih sangat kurang sekali. Kami, ada 165 BTKV, mestinya di seluruh Indonesia sekitar 800 sampai 900 dokter BTKV. Selama ini, pendidikan itu lulusannya cuma sekitar 10 atau 20 dokter spesialisnya."