Liputan6.com, Jakarta Pelatihan penggunaan alat USG (ultrasonografi) di Puskesmas rupanya baru menyasar 45 persen dokter. Saat ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sedang menggenjot pelatihan dokter-dokter di Puskesmas untuk bisa menggunakan alat USG.
Dirjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes Republik Indonesia Maria Endang Sumiwi mengatakan, pelatihan dokter di Puskesmas terus dilakukan demi mengimbangi pengadaan alat USG.
Baca Juga
Hal ini sejalan dengan Kemenkes sedang melakukan pengadaan alat USG ke 10.000 Puskesmas di Indonesia sebagai upaya percepatan penurunan stunting dan menekan angka kematian ibu.
Advertisement
"Kami sudah taruh USG ke 6.000 Puskesmas atau sekitar 60 persen Puskesmas sudah ada USG. Tapi kami memang melatih juga, harus melatih dokter kan. Yang dilatih kemarin, sampai tahun lalu baru 45 persen," terang Endang kepada Health Liputan6.com saat ditemui usai 'Press Conference: Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI)' di Gedung Kemenkes RI Jakarta, Jumat (27/1/2023).
"Jadi 60 persen (Puskemas) udah ada alat (USG), tapi yang terlatih (dokter) baru 45 persennya. Nah, ini kami akan genjot terus tuh pelatihannya, supaya ada alat dan udah dilatih itu untuk (menggunakan) USG."
Sementara di Posyandu, penggunaan alat ukur panjang badan atau disebut antropometri juga harus melatih kader. Pelatihan dilakukan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas.
"Jadi tenaga kesehatan di Puskesmas membina kader-kader di Posyandu. Cara nimbangnya harus benar. Kemarin saya lihat di Posyandu Kembangan ya, untuk mengukur panjang badan itu ada effort yang cukup kayak ini kaki anaknya harus napak gini, ukur tinggi badan harus sabar," imbuh Endang.
Target Pemenuhan USG di Puskesmas
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin sedang mengejar pemenuhan 10.000 USG di Puskesmas seluruh Indonesia. Upaya ini termasuk salah satu intervensi yang dilakukan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam penanganan stunting.
Agar mencegah anak stunting, intervensi kesehatan dilakukan semenjak ibu hamil. Pemeriksaan rutin USG dan pemberian tablet tambah darah bila sang ibu hamil mengalami anemia dapat dilakukan.
"Intervensi kesehatan itu harus dilakukan adalah pada saat ibunya hamil. Karena faktor-faktor stunting yang paling besar. Ibu hamil enggak boleh kurang darah, anemina. Mesti dicek darahnya," tutur Budi Gunadi saat menghadiri Rakernas Program Banggakencana dan Penurunan Stunting di Kantor BKKBN, Jakarta pada Rabu, 25 Januari 2023.
"Kalau di bawah 12 Hb, cepet dikasih tablet tambah darah. Cek USG, kalau bayi tubuhnya kurang, harus dikasih makanan khusus. Itu sebabnya kami sekarang melengkapi 10.000 Puskesmas dengan USG."
Target pemenuhan USG di 10.000 Puskesmas diharapkan dapat tercapai tahun 2024. Saat ini, sudah ada 5.000 Puskesmas yang sudah mempunyai alat USG, tinggal 5.000 Puskesmas lagi yang akan dialokasikan USG.
"Mudah-mudahan, target 2024 selesai. Bapak Presiden tanya, target bisa dipercepat enggak? Ya diupayakan tahun 2023 selesai, (sekarang) sudah 5.000 Puskesmas -- yang punya USG," ucap Budi Gunadi.
"(Dulu) saya masuk (sebagai Menteri Kesehatan tahun 2020), sekitar 1.800 Puskesmas punya USG."
Advertisement
Dukung Pemeriksaan Ibu Hamil
Kemenkes tengah dalam proses menyediakan USG di seluruh Provinsi di Indonesia. Upaya ini untuk mendukung pemeriksaan ibu hamil atau Antenatal Care (ANC) dilakukan minimal sebanyak 6 kali selama 9 bulan.
Sebelumnya, pemeriksaan USG hanya dapat dilakukan di rumah sakit atau klinik. Saat ini, ibu hamil sudah dapat melakukan pemeriksaan di Puskesmas.
Menkes Budi Gunadi Sadikin mengatakan, dalam 6 kali pemeriksaan ibu hamil tersebut, dua kali di antaranya harus diperiksa oleh dokter dan di USG.
“Nantinya akan terlihat dan terdeteksi lebih cepat pada saat hamil apabila ada kelainan dan risiko komplikasi persalinan yang mungkin terjadi,” ujarnya melalui pernyataan resmi pada 15 Januari 2023.
Kemenkes secara bertahap akan memenuhi kebutuhan USG di semua Puskesmas di Indonesia. Hingga nantinya, akan terpenuhi kebutuhan 10.321 USG di 10.321 jumlah Puskesmas pada tahun 2024.
Sampai akhir tahun 2022, sebanyak 66,7 persen Puskesmas atau sebanyak 6.886 puskesmas telah tersedia USG dan pelatihan dokter terpenuhi di 42 persen Puskesmas atau sebanyak 4.392 Puskesmas.
Pemenuhan USG untuk tahun 2023 ditargetkan 1.943 Puskesmas dan tahun 2024 sebanyak 1.492 Puskesmas. Demikian juga dengan pelatihan dokter yang akan dilanjutkan pada tahun ini.
Pemeriksaan USG ini perlu didukung dengan penguatan kolaborasi layanan ANC antara bidan, dokter umum dan dokter spesialis kebidanan serta jejaring (PONEK) di rumah sakit serta Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas.