Liputan6.com, Jakarta - Ada begitu banyak gejala yang bisa dirasakan anak saat terkena Demam Berdarah Dengue (DBD). Tak jarang orangtua memilih untuk melakukan perawatan dari rumah saja secara mandiri.
Namun, penting untuk tetap memerhatikan gejala DBDÂ pada anak. Sebab, ada tanda bahaya yang perlu untuk diwaspadai.
Baca Juga
dr Mulya Rahma Karyanti, SpA(K), MSc mengungkapkan bahwa tanda bahaya demam berdarah justru bisa muncul saat demam pada tubuh anak sudah mulai menurun. Biasanya pada hari ketiga atau yang disebut dengan fase kritis.
Advertisement
"Perjalanan penyakitnya tujuh hari. Jadi, melewati tiga fase. Fase demam di hari pertama, dia suhu biasanya masih tinggi. Tapi setelah hari ketiga sampai keenam, akan memasuki fase kritis," kata Karyanti dalam media briefing Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) bertema Demam Berdarah Dengue pada Anak belum lama ini.
Kapan Anak Harus Dibawa ke Rumah Sakit Saat Terserang DBD?
Tanda bahaya inipun sekaligus menunjukkan kapan orangtua harus membawa anak ke rumah sakit. Lalu, apa sajakah tanda bahaya yang perlu dipantau orangtua saat anak mengalami demam berdarah?
"Nah, kapan waktunya untuk membawa ke rumah sakit? Waspadai tanda bahaya dari infeksi dengue ini. Jadi setelah hari ketiga di fase kritis itulah biasanya tanda-tanda bahaya itu harus diwaspadai," ujar Karyanti.
"Jadi mulai ada penurunan suhu di hari ketiga. Kadang-kadang kita tanya, gimana kondisi anaknya, 'Oh panasnya sudah turun kok, sudah bisa tidur. Tapi tadi sempat muntah darah'. Nah itu ada yang enggak benar," dia menambahkan.
Suhu Turun Harus Dibarengi dengan Anak Aktif
Lebih lanjut Karyanti mengungkapkan bahwa saat suhu tubuh anak turun, seharusnya ia menjadi aktif kembali beraktivitas. Namun jika yang terjadi sebaliknya, maka orangtua perlu untuk berhati-hati.
"Suhu turun, anak tidur terus nah itu bukan tanda bahaya. Kalau suhu turun harusnya anak aktif sehat bugar. Tapi ini tidur terus, hati-hati ya. Kemudian tidak nafsu makan minum. Dia minum, tapi tidak bisa menerima muntah terus. Itu hati-hati," kata Karyanti.
Karyanti menambahkan, muntah terus-menerus menjadi tanda bahaya lantaran anak bisa mengalami dehidrasi yang semakin parah. Dalam kondisi ini, anak bisa merasa lemas dan hanya ingin tidur.
Maka, jika tanda bahaya sudah terjadi, sebaiknya segera periksakan kondisi anak ke dokter. Sehingga tetap dalam pemantauan yang tepat.
Advertisement
Tanda Bahaya Demam Berdarah Lainnya
Karyanti mengungkapkan bahwa sakit perut hebat dan pendarahan apapun yang terjadi pada anak bisa menjadi tanda bahaya demam berdarah selanjutnya.
"Pendarahan apapun, di kulit, mimisan, gusi berdarah. Itu segera bawa ke rumah sakit. Atau jika anak gelisah mulai tangan kaki teraba dingin," ujar Karyanti.
Dalam kesempatan yang sama, Karyanti turut menjelaskan soal apa-apa saja yang perlu dipantau rutin oleh orangtua. Hal pertama berkaitan dengan asupan minum anak. Saat mengalami demam berdarah, anak perlu minum sesering mungkin.
"Ada tanda dan gejala yang penting dipantau oleh orangtua saat anak demam. Perhatikan asupan minum, inputnya. Dia harus minum sesering mungkin supaya dia tidak dehidrasi," ujar Karyanti.
"Namun dilihat, bisa enggak dia nerima minuman? Kalau muntah-muntah terus enggak bisa minum cairan, nah tetap bawa ke rumah sakit," tambahnya.
Perhatikan Frekuensi BAK dan Aktivitas Anak
Karyanti menambahkan, perhatikan pula frekuensi buang air kecil saat demam berdarah terjadi. Normalnya pada anak, mereka harus buang air kecil setiap tiga hingga empat jam sekali.
"Harusnya kalau anak-anak buang air kecil setiap tiga empat jam, atau enam jam sekali dia harus bisa buang air kecil. Kalau sudah delapan jam enggak buang air kecil, suruh minum banyak," kata Karyanti.
Sambil memantau asupan minum anak dan frekuensi buang air kecilnya, orangtua pun perlu memantau bagaimana aktivitas anak saat mengalami demam berdarah. Dalam hal ini, penting untuk memastikan soal keaktifan anak.
"Aktivitasnya lihat. Anaknya sudah mulai tidur terus atau masih main? Anak-anak biasa suka main gadget. Kalau sudah lemas, pusing sekali itu udah enggak bisa. Dia megang gadget saja sudah pusing ya, biasanya maunya tidur. Nah, itu hati-hati sudah mulai menurun aktivitasnya," pungkasnya.
Advertisement