Liputan6.com, Jakarta Rasio jumlah dokter di Indonesia masih lebih rendah dibandingkan negara yang ada di Asia Tenggara seperti seperti Timor Leste, Myanmar, dan Filipina.
Rasio dokter di Indonesia sebesar 0,47 per seribu penduduk --- berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2019 yang dipublikasikan dalam Indexmundi.
Baca Juga
Sementara itu, di tahun yang sama, negara tetangga seperti Timor Leste rasio dokter 0,77 per 1.000 penduduk dan Myanmar dengan 0,74. Lalu, Filipina rasio dokternya adalah 0,60 per seribu penduduk.
Advertisement
Rasio Dokter di Indonesia
Sementara itu, negara di Asia Tenggara yang memiliki rasio lebih dari satu dokter yang melayani seribu penduduk adalah Malaysia (1,54), Brunei (1,61) dan tentu saja Singapura (2,29).
Negara tetangga Singapura menurut data 2016 menunjukkan ada dua dokter per seribu penduduk.
Kurangnya dokter di Indonesia juga sempat disinggung Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, dalam beberapa kesempatan.
Menurut data, saat ini terdapat 120-an ribu dokter yang praktik di Tanah Air.
Lantas, berapa idealnya rasio dokter Indonesia? Menurut Menkes idealnya adalah dengan jumlah penduduk sekitar 270 juta penduduk maka butuh 270 ribu dokter seperti disampaikan Budi.
"Nah, kan kurangnya 150 ribu dokter," kata Budi dalam konferensi pers pada 5 Januari 2023.Â
Merujuk data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), rasio kebutuhan dokter untuk secara umum adalah 1 banding 1.000 penduduk.
Rasio untuk negara maju ada di angka 3 banding 1.000 penduduk, bahkan beberapa negara berupaya mencapai rasio sebanyak lima berbanding 1.000 penduduk.
Rasio Dokter di Singapura
Budi juga mengungkapkan sempat malu saat bertemu dengan Ikatan Dokter Singapura. Negeri Singa itu memiliki dokter yang praktik sekitar 14 ribu dengan penduduk sekitar 5 juta.
"Terus saya katakan, 'Oh sudah banyak ya (tiga dokter per seribu penduduk)?' (Lalu dijawab) 'Iya, tapi kita maunya empat dokter per seribu penduduk karena negara maju itu empat (dokter) per seribu penduduk'," cerita Budi.
Pertemuan tersebut membuat Budi malu lantaran jumlah dokter di Indonesia masih di bawah satu.
"Saya malu, khan Indonesia 0,5 per seribu penduduk jadi sangat kurang, dari 270 juta penduduk kita butuh 270 ribu dokter," kata Budi.
Jumlah dokter yang mesti melayani banyak pasien membuat sering kita lihat ada dokter ynag praktik sampai malam. Lalu, pasien saat bertemu dokter hanya bisa berkonsultasi lima menit lantaran sudah mengular antrean pasien lainnya.
Â
Advertisement
Upaya Atasi Dokter yang Kurang
Demi upaya percepatan produksi dan pemerataan dokter spesialis, Kemenkes berupaya mengakselerasi jumlah dokter tersebut. Akselerasi bisa berupa penawaran dalam bidang pendidikan seperti beasiswa.
"Kami akan lakukan akselerasi mulai dari bentuk pendidikan, biar lebih murah, bisa lebih diakses oleh seluruh masyarakat," terang Budi.
"Kemudian juga bisa lebih banyak masuk (calon dokter spesialis) lagi, karena yang berminat sebenarnya banyak sekali."
Â
Tambah Fellowship untuk Dokter
Kemenkes juga menggelontorkan program beasiswa untuk dokter spesialis. Selain itu, ada kepastian supaya mereka mendapatkan gaji atau insentif.
"Kami ada program beasiswa, baru saja diluncurkan buat 1.500 untuk dokter spesialis. Jadi, mudah-mudahan itu bisa membantu mereka," imbuhnya.
"Kita akan kerja sama dengan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan pemerintah daerah (pemda) untuk memastikan gaji mereka dibayar dengan cukup."
Kemenkes dan Kemenkeu terus berupaya meningkatkan jumlah penerima beasiswa pendidikan dokter spesialis. Dari yang semula 300 menjadi 600 di tahun 2022, lalu naik 1.600 di tahun 2023.
Selanjutnya, pada tahun 2024 akan disediakan sebanyak 2.500 beasiswa untuk dokter spesialis, subspesialis, termasuk fellowship lulusan luar negeri.
Advertisement