Sukses

Menkes Budi Bakal Pasang EKG Jantung di Seluruh Puskesmas

Rencana memasang alat elektrokardiogram (EKG) jantung di seluruh Puskesmas.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin akan memasang alat elektrokardiogram (EKG) jantung di seluruh Puskesmas. Upaya ini demi penguatan deteksi lebih dini penyakit jantung di lingkup pelayanan kesehatan primer.

"Kita baru ngomong akan pasang EKG di seluruh Puskesmas. Saya baru tahu penyebab orang penyakit jantung meninggal karena dideteksinya telat," ujarnya saat acara HUT Holding BUMN Farmasi di The Tribrata Darmawangsa Jakarta pada Selasa, 31 Januari 2023.

Pemasangan alat EKG juga untuk skrining penyakit jantung sehingga dapat mengetahui kesehatan jantung.

Sebagai informasi, EKG merupakan pemeriksaan untuk mengukur dan merekam aktivitas listrik jantung yang digambarkan dengan sebuah grafik menggunakan alat metal elektroda yang dipasang pada permukaan tangan kaki dan dinding dada.

Tujuan pemeriksaan ini adalah memberikan informasi penunjang diagnosis penyakit jantung seperti iskemik dan infark miokard dan memantau serta menilai kondisi berkaitan dengan jantung, misal serangan jantung penyakit jantung koroner atau penyakit lainnya.

"Orang sakit jantung enggak tahu kalau dia kena serangan jantung," lanjut Budi Gunadi.

2 dari 3 halaman

Hanya Ada 2 Ribu Alat EKG di Puskesmas

Kebutuhan alat EKG jantung diperlukan di Puskesmas. Sebab, baru ada sekitar 2.000 alat EKG yang tersebar di seluruh Puskesmas.

Padahal, ada 10.000 Puskesmas yang ada di Indonesia. Melihat situasi ini, membuat alat EKG terbilang sangat minim tersedia.

"Saya baru tahu EKG di Puskesmas cuma 2.000 kali," kata Budi Gunadi Sadikin.

Penyediaan alat EKG pun demi melengkapi cath lab atau layanan kateterisasi yang sedang digencarkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Cath lab dapat terpenuhi di 207 kabupaten/kota di 34 provinsi.

"Saya pasang cath lab banyak tuh, tapi itu harusnya di lead (penuhi) dulu sama EKG di Puskesmas," sambung Menkes Budi Gunadi.

Budi Gunadi menggambarkan, salah satu penyakit yang paling banyak di Indonesia adalah jantung. Alat medis yang dibutuhkan untuk pengobatan jantung adalah layanan kateterisasi jantung (cath lab).

“Yang bisa melakukan layanan cath lab hanya di 28 provinsi dari 34 provinsi. Provinsi yang belum bisa melakukan layanan cath lab kateterisasi antara lain Bangka Belitung, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat,” katanya saat Rapat Kerja Pengurus Pusat Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI) Periode 2022-2025 di Surabaya, Kamis (7/7/2022).

3 dari 3 halaman

Skrining Penyakit Kronis

Di hadapan karyawan Holding BUMN Farmasi, Menkes Budi Gunadi Sadikin menyoroti, Kemenkes sedang berfokus dalam pelayanan skrining di layanan kesehatan primer (primary health care).

Utamanya, skrining terhadap penyakit kronis yang menyebabkan kematian tertinggi di Indonesia. Upaya skrining termasuk dalam transformasi kesehatan bidang layanan kesehatan primer Kemenkes.

"Transformasi paling besar di primary health care, promosi preventif menjaga orang tetap sehat. Dari sisi kuratifnya, bukan mengobati orang sakit, ya kita jangan mengobati aja, cegah juga dong," jelas Budi Gunadi.

"Kami akan mulai mandatoris skrining penyakit. Yang paling banyak bikin Indonesia meninggal itu jantung, stroke, cancer (kanker)."

Skrining pun menyasar pemeriksaan kolesterol, gula darah, dan hipertensi. Pemeriksaan tidak hanya dilakukan di Puskesmas, melainkan di Posyandu.

"Saya akan pastikan semua Posyandu bisa tes kolesterol, gula darah sama hipertensi. Itu adalah leading incators (indikator utama) untuk the top 3 disease killer in the country (peringkat tiga teratas pembunuh penyakit di negara ini) -- jantung, stroke dan kanker," imbuh Menkes.

"Kolesterol, gula darah, hipertensi dites."