Liputan6.com, Jakarta Kasus baru Omicron Kraken atau subvarian XBB 1.5 dari warga domisili Tangerang Selatan (Tangsel) mempunyai riwayat sudah divaksin booster. Lantas, kenapa bisa tetap terkena varian Kraken walau telah vaksinasi booster?
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) Siti Nadia Tarmizi menerangkan, vaksin memang memberikan perlindungan terhadap virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19, termasuk varian Kraken.
Baca Juga
Meski begitu, penularan tetap berpotensi terjadi terhadap seseorang yang sudah divaksin booster sekalipun. Artinya, bagi individu yang telah divaksin booster, potensi terkena COVID-19 tetap ada.
Advertisement
"Vaksin menurunkan risiko penularan, tapi bukan berarti tidak ada penularan," terang Nadia dalam keterangannya melalui pesan singkat yang diterima Health Liputan6.com pada Kamis, 2 Februari 2023.
Kabar baiknya, apabila terkena infeksi COVID-19, gejala yang akan ditimbulkan ringan sehingga tidak perlu dirawat ke rumah sakit. Pasien cukup isolasi mandiri di rumah.
Selain itu, perlindungan vaksin dapat menekan kematian akibat COVID-19. Prevalensi perlindungan dari vaksin mencapai lebih dari 95 persen.
"Terhadap sakit berat dan kematian, perlindungan vaksin COVID mencapai lebih dari 95 persen," imbuh Nadia.
Kasus Varian Kraken Tangsel Cukup Isolasi
Satu kasus baru subvarian Omicron XBB 1.5 dari warga domisili Tangsel dilaporkan sudah sembuh. Penelusuran kontak erat (tracing) juga telah dilakukan, yang mana ditemukan satu orang diantaranya positif COVID-19.
Siti Nadia Tarmizi menyampaikan, warga domisili Tangsel yang positif varian Kraken merupakan Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN). Setelah dinyatakan positif COVID-19, orang yang bersangkutan langsung melakukan isolasi mandiri.
Warga domisili Tangsel ini baru pulang umrah dari Tanah Suci Mekkah. Setibanya di Indonesia, orang yang bersangkutan mengalami gejala batuk ringan dan positif COVID-19. Kemudian mulai dilakukan pemeriksaan spesimen sejak tanggal 16 Januari 2023.
"Iya, PPLN. Ada satu kontak positif (dari hasil kontak erat). Pemeriksaan spesimen 16 Januari, gejalanya batuk ringan dan saat ini sudah sembuh," ujar Nadia dalam keterangannya melalui pesan singkat yang diterima Health Liputan6.com pada Kamis, 2 Februari 2023.
"Tidak ada perawatan di rumah sakit, hanya isolasi."
Advertisement
Booster Kurangi Risiko Kematian
Pemerintah terus menggenjot capaian vaksinasi COVID-19 untuk mengurangi risiko kesakitan dan kematian akibat COVID-19, terutama di kelompok lansia. Bahkan dari data yang ada saat ini, kelompok lansia memiliki faktor risiko jauh lebih tinggi dibandingkan anak-anak.
“Vaksin ini sangat penting untuk melindungi kita terutama yang usia lanjut,” ujar Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin di Jakarta pada 9 November 2022.
Budi Gunadi menekankan, perlunya vaksinasi karena mayoritas penyebab pasien COVID-19 dengan kondisi berat hingga kritis di rumah sakit dan pasien yang meninggal karena tidak divaksin atau vaksinnya belum lengkap terutama vaksin booster.
Tercatat, dari Periode 4 Oktober hingga 8 November 2022 sebanyak 27.081 pasien konfirmasi positif COVID-19 mendapatkan perawatan di rumah sakit.
Dari jumlah tersebut, hampir separuh atau sebanyak 10.639 pasien memiliki gejala sedang, berat hingga kritis, yang mana 74 persen di antaranya, belum mendapatkan vaksin booster COVID-19.
Sebanyak 1.373 pasien tercatat meninggal dunia pada periode yang sama, yang mana 84 persen di antaranya, belum mendapatkan vaksin booster COVID-19. Kematian tertinggi pada kelompok lansia dan 50 persen lansia ini belum mendapatkan vaksinasi.
“Kalau sudah booster, maka risiko kesakitan dan kematian karena COVID-19 turun jauh dibandingkan yang belum vaksin,” tegas Menkes Budi Gunadi.