Liputan6.com, Jakarta COVID-19 Weekly Epidemiological Update Edition 128 yang dipublikasikan pada 1 Februari 2023 menunjukkan penambahan kasus 28 hari terakhir.
Laporan periode 2 hingga 29 Januari 2023 itu menemukan bahwa di Wilayah Asia Tenggara ada lebih dari 17.000 kasus baru dalam 28 hari terakhir. Ada penurunan 71 persen dibandingkan dengan periode 28 hari sebelumnya.
Baca Juga
Negara dengan penambahan kasus baru tertinggi di Asia Tenggara pada periode ini adalah:
Advertisement
- Indonesia dengan 9.392 kasus baru atau 3.4 kasus baru per 100.000 penduduk, turun 77 persen dari dua pekan sebelumnya
- India menyusul dengan 3.990 kasus baru atau kurang dari satu kasus baru per 100.000 penduduk, turun 24 persen
- Thailand melaporkan 3.065 kasus baru atau 4,4 kasus baru per 100.000 penduduk, turun 75 persen.
Sedangkan, jumlah kematian selama 28 hari di Wilayah tersebut menurun sebesar 62 persen dibandingkan periode 28 hari sebelumnya. Ada 428 kematian baru yang dilaporkan.
Sedangkan, jumlah tertinggi kematian baru dilaporkan dari:
- Thailand dengan 196 kasus meninggal baru atau kurang dari satu kematian per 100.000 penduduk, turun 49 persen
- Indonesia di peringkat kedua dengan 184 kematian baru atau kurang dari satu kematian per 100.000 penduduk, turun 71 persen
- India 35 kematian baru atau kurang dari satu kematian per 100.000 penduduk, turun 55 persen dibanding pekan sebelumnya.
Satu (10 persen) dari 10 negara yang datanya tersedia melaporkan peningkatan kasus positif 20 persen atau lebih. Negara tersebut adalah Bhutan yang melaporkan 67 kasus baru, sebelumnya hanya 26 kasus. Artinya, ada penambahan 158 persen.
Laporan Harian 29 Januari
Di periode yang sama yakni Minggu 29 Januari 2023 pukul 12.00 WIB, penambahan kasus baru di Indonesia sebanyak 165.
Angka ini turut menambah akumulasi kasus positif di Indonesia menjadi 6.729.573.
Penambahan juga terjadi pada kasus sembuh sebanyak 199 sehingga akumulasinya menjadi 6.564.335.
Kasus meninggal masih dilaporkan dengan penambahan di tanggal ini ada satu orang wafat akibat COVID-19 di DKI Jakarta. Akibatnya, akumulasi kasus meninggal akibat COVID-19 di Tanah Air menjadi 160.803.
Sedangkan, kasus aktif mengalami penurunan sebanyak 35 sehingga akumulasinya menjadi 4.435.
Data juga menunjukkan jumlah spesimen sebanyak 17.208 dan suspek sebanyak 787.
Advertisement
5 Provinsi dengan Penambahan Kasus Terbanyak
Laporan dalam bentuk tabel di tanggal yang sama turut merinci penambahan kasus terbanyak di lima provinsi Indonesia.
Kelima provinsi itu adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, dan Jawa Tengah.
- DKI Jakarta melaporkan 63 kasus positif baru dan 78 orang sembuh. Menjadikannya provinsi dengan kasus baru terbanyak di Indonesia.
- Jawa Barat menyusul dengan 43 kasus konfirmasi baru dan 21 orang dinyatakan sembuh.
- Jawa Timur di peringkat ketiga dengan 19 kasus baru dan 13 orang sembuh dari COVID-19.
- Banten melaporkan kasus baru sebanyak 14 dan kasus sembuh sebanyak 20 orang.
- Jawa Tengah 8 kasus baru dan 39 orang sembuh.
Provinsi lain tidak menunjukkan penambahan kasus yang signifikan. Bahkan ada 19 provinsi tanpa penambahan kasus baru sama sekali. Tiga di antaranya adalah Sumatera Barat, Riau, dan Jambi.
Di Tingkat Global
Sedangkan di tingkat global, penambahan kasus baru hampir 20 juta atau turun 78 persen. Dan, jumlah kematian yang dilaporkan lebih dari 114.000 atau meningkat 65 persen dibandingkan 28 hari sebelumnya.
Tren epidemiologi dalam beberapa minggu terakhir didominasi oleh gelombang besar kasus dan kematian di Wilayah Pasifik Barat, terutama di China.
Per 29 Januari 2023, lebih dari 753 juta kasus terkonfirmasi dan lebih dari 6,8 juta kematian telah dilaporkan secara global.
Tren kasus COVID-19 yang dilaporkan saat ini tidak 100 persen sama dengan jumlah sebenarnya dari infeksi global dan infeksi ulang.
“Oleh karena itu, data harus ditafsirkan dengan hati-hati mengingat beberapa negara secara bertahap mengubah strategi pengujian COVID-19. Ini membuat jumlah tes yang dilakukan menjadi lebih rendah. Akibatnya, jumlah kasus yang terdeteksi pun lebih rendah,” mengutip laporan Organisasi kesehatan Dunia (WHO) itu.
Advertisement