Liputan6.com, Jakarta Sebelum memberikannya pada anak, Makanan Pendamping ASI (MPASI) tentunya harus dipersiapkan dengan matang. Mulai dari memilih jenis makanan yang tepat hingga waktu pemberiannya yang tak boleh terlewat.
Berkaitan dengan hal ini, Dr dr Dian Pratamastuti, SpA mengungkapkan bahwa MPASI merupakan fase dimana anak akan mulai belajar tentang hal baru. Seperti belajar makan, eksplorasi indera pengecap, penglihatan, dan peraba.
Baca Juga
Serta, MPASI turut menjadi fase anak akan berkenalan dengan tekstur makanan untuk pertama kalinya. Menurut Dian, pengenalan pada tekstur makanan anak inilah yang menjadi salah satu tahap terpenting dan jangan sampai terlambat.
Advertisement
Hal tersebut lantaran bila terlambat, anak berisiko mengalami gangguan oromotor. Akibatnya, tantangan pemberian MPASI menjadi bertambah dan berujung pada risiko stunting yang meningkat.
"Anak makan terlalu lama, susah mengunyah karena gangguan oromotor. Lho, kok bisa? Ya, karena pengenalan MPASI naik teksturnya terlambat," ujar Dian dalam virtual talkshow Crystal of the Sea bertema Upaya Bersama Mencegah Stunting ditulis Sabtu, (4/2/2023).
"Sudah umur enam bulan, bubur saring. Tujuh delapan bulan harus bubur kasar, eh enggak, ini masih bubur halus saja. Maka 12 bulan sudah harus makan nasi keluarga, nasi biasa. Eh, masih makan bubur saja (karena gangguan oromotor)," tambahnya.
Seperti diketahui, MPASI masuk dalam satu tahapan terpenting untuk mencegah stunting. Pasalnya, stunting dapat dicegah lewat 1.000 hari pertama kehidupan anak, yang mana MPASI termasuk dalam periode waktu itu.
Kenalkan Tekstur Makanan pada Anak
Lebih lanjut Dian mengungkapkan, mengenalkan tekstur makanan pada anak harus didasari oleh usia. Bukan dilihat berdasarkan faktor lain seperti gigi.
"Kenaikan tekstur makanan anak tidak berdasarkan tumbuhnya gigi, tapi berdasarkan usia. Semakin anak cepat makan padat, maka kandungan makanan padatnya akan membentuk ototnya lebih baik dibandingkan kelamaan makan bubur halus," kata Dian.
Dian menambahkan, masalah lainnya yang biasa ditemui saat MPASI adalah anak memiliki alergi pada makanan tertentu. Namun, saat mengetahui anak memiliki alergi, bukan berarti anak tidak boleh diberikan makanan lain yang serupa.
"Tantangan lainnya dalam pemberian MPASI adalah bayi mengalami alergi makanan tertentu. Nah, kalau yang ini segera konsultasikan ke dokter spesialis anak untuk sama-sama dipilihkan, dicarikan makanan yang cocok untuknya," kata Dian.
"Ingat, jangan mentang-mentang anaknya alergi makanan tertentu, langsung dipantang seterusnya, enggak. Kita masih punya jenis protein lain untuk digantikan sebagai pengganti makanan yang diduga alergi," tambahnya.
Advertisement
Hal Penting Saat Memberikan MPASI
Dalam kesempatan yang sama, DIan mengungkapkan masih ada sederet tantangan lain yang biasanya ditemui saat proses memberikan MPASI. Seperti soal pemberian ASI yang tidak disesuaikan.
"Ibu tidak paham setelah diberi MPASI, (bertanya) 'Kok bayi saya menyusunya kurang ya dok ya'. Jelas, namanya sudah makan, pasti frekuensi menyusuinya sudah akan berkurang," ujar Dian.
Belum berhenti di sana, Dian mengungkapkan bahwa dirinya masih menemukan orangtua yang gagal memberikan MPASI pada anak lantaran susu yang diberikan terlalu banyak.
"Masih saya temui banyak orangtua gagal memberikan MPASI, karena apa? Susu masih diberikan banyak-banyak pada saat MPASI. Akhirnya mereka gagal dalam pemberian makan. Anak GTM. Bayi menolak dikasih makan. Kenyang terus, karena susunya kebanyakan," kata Dian.
Jumlah Cairan Saat MPASI Harus Disesuaikan
Dian menjelaskan, berdasarkan rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) UKK Nutrisi Metabolik, pemberian cairan per hari untuk bayi adalah 100 ml. Takaran itu kemudian harus dikalikan dengan berat badan.
"Contoh nih, bayinya berat 8 kilo di 6 bulan, jadi dia butuh 800 ml air per hari. Jadi ASI atau susu formula hanya butuh 600 ml itu maksimal. Jadi tolong dong 200 ml nya adalah cairan bebas diantaranya air putih, kuah sayur, air kaldu," kata Dian.
"Jadi jangan banyak nyusu, harus belajar banyak MPASI. Makanan padat (harus) diperkenalkan," tegasnya.
Selain itu, menurut Dian, MPASI pun tidak boleh melupakan faktor kenikmatan. Sehingga penting bagi para orangtua untuk tidak hanya menyiapkan MPASI yang sehat, melainkan juga harum dan lezat.
Advertisement