Liputan6.com, Jakarta - BPOM RI meminta produsen dari merek obat Praxion untuk menghentikan produksi dan distribusi untuk sementara waktu.
Perintah BPOM ini merupakan bentuk kehati-hatian usai adanya laporan mengenai kasus gagal ginjal akut pada anak di DKI Jakarta baru-baru ini.
Baca Juga
"BPOM sudah mengeluarkan perintah penghentian sementara produksi dan distribusi obat yang dikonsumsi pasien hingga investigasi selesai dilaksanakan," kata BPOM dalam keterangan tertulis yang diterima Health Liputan6.com pada Senin, 6 Februari 2023.
Advertisement
Terkait perintah penghentian sementara dari BPOM, industri farmasi pemegang izin edar obat Praxion telah melakukan voluntary recall atau penarikan obat secara sukarela.
1 Kasus Terkonfirmasi Gagal Ginjal Akut
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan mengonfirmasi ada dua laporan kasus gagal ginjal akut progresif atipikal (GGAPA) di DKI Jakarta. Satu kasus sudah terkonfirmasi alami gagal ginjal akut.
Kasus yang terkonfirmasi GGAPA itu terjadi pada anak berumur satu tahun. Dia mengalami demam pada 25 Januari 2023. Lalu diberi obat penurun demam yang dibeli secara mandiri di apotek dengan merek Praxion.
Mengenal Obat Praxion untuk Penurun DemamÂ
Obat Praxion biasa digunakan untuk mengatasi demam dan gejala nyeri pada bayi dan anak-anak. Jenis Praxion di antaranya
- Praxion Suspensi
- Praxion Drops
- Praxion Forte.
Â
Â
Praxion Masuk Dalam Daftar Obat Aman yang Dikeluarkan BPOM RI
Ketiga jenis obat sirup Praxion ini masuk dalam daftar obat aman yang dikeluarkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) berdasarkan Lampiran II Penjelasan BPOM RI Nomor HM. 01.1.2.11.22.179 yang dikeluarkan pada 17 November 2022.
Tiga hari usai pembelian obat demam atau pada 28 Januari 2023 pasien mengalami batuk, pilek, dan tidak bisa buang air kecil atau anuria.
Guna menyelidiki kasus gagal ginjal akut ini, BPOM dan Kemenkes bekerja sama juga dengan pihak lain seperti ahli epidemiologi, Labkesda DKI, Farmakolog, para Guru Besar dan Puslabfor Polri.
Mereka bekerja sama melakukan penelusuran epidemiologi untuk memastikan penyebab pasti dan faktor risiko yang menyebabkan gangguan ginjal akut.
Untuk saat ini, tengah dilakukan pemeriksaan sampel obat dan darah pasien.Â
"Saat ini sedang dilakukan pemeriksaan lebih lanjut sampel obat dan darah pasien," kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI, Mohammad Syahril.
Â
Â
Â
Advertisement
Kronologi Ditemukannya Kasus Gagal Ginjal Akut pada Anak di DKI Jakarta
Pada 28 Januari 20023, pasien gagal ginjal akut pada anak mengalami batuk, pilek, dan sulit buang air kecil atau anuria.
Kemudian, kata dr Syahril, pasien dilarikan ke Puskesmas Pasar Rebo, Jakarta, guna mendapatkan pemeriksaan.
"Dan, pada 31 Januari mendapatkan rujukan ke Rumah Sakit Adhyaksa," katanya menambahkan.Â
Pasien tersebut kemudian memiliki gejala mengarah ke GGAPA. Oleh sebab itu, pasien dirujuk ke RS Cipto Mangunkusumo. Namun, keluarga menolak dan memilih membawa pulang sang anak.
Lalu, pada tanggal 1 Februari, orangtua membawa pasien ke RS Polri. Anak itu mendapatkan perawatan di ruang IGD, dan pasien sudah mulai buang air kecil.
Pada tanggal 1 Februari, pasien kemudian dirujuk ke RSCM untuk mendapatkan perawatan intensif sekaligus terapi fomepizole.
"Namun 3 jam setelah di RSCM pada pukul 23.00 WIB pasien dinyatakan meninggal dunia,"Â Syahril menerangkan.Â
Satu Kasus Masih Suspek Gagal Ginjal Akut
Syahril mengatakan bahwa satu lagi laporan gagal ginjal akut statusnya masih suspek. Terjadi pada anak berumur 7 tahun yang sempat mengalami demam pada 26 Januari 2023.
Anak tersebut kemudian mengonsumsi obat penurun panas sirup yang dibeli secara mandiri.
Lalu, pada 30 Januari 2023, dia mendapatkan pengobatan penurun demam tablet dari Puskesmas.
Pada 1 Februari 2023, pasien berobat ke klinik dan diberikan obat racikan. Keesokan harinya dirawat di RSUD Kembangan, kemudian dirujuk, dan saat ini masih menjalani perawatan di RSCM Jakarta.
Pada saat ini sedang dilakukan pemeriksaan lebih lanjut terkait pasien ini.
Total Kasus Gagal Ginjal Akut pada Anak per 5 Februari 2023
Dengan adanya laporan dari DKI Jakarta di tahun ini, maka hingga 5 Februari 2023 tercatat 326 kasus GGAPA dan satu suspek yang tersebar di 27 provinsi di Indonesia.
Dari angka di atas, 116 kasus dinyatakan sembuh, sementara enam kasus masih menjalani perawatan di RSCM Jakarta.
Advertisement